A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
A.
Dinamika
perilaku
Dinamika perilaku adalah perilaku-perilaku yang dapat membuat suatu
kelompok menjadi hidup dan dinamis, sehingga dapat menciptakan dinamika kelompok
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya individu mempunyai
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang
dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada
dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis,
individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat
mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi. Pengembangan pribadi yang
dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum
seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan
menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan
sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan
kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.
B. Pengertian perilaku
Menurut beberapa ahli psikologi, perilaku adalah aktivitas yang dapat
diobservasi. Sedangkan pengertian lain dari perilaku adalah serentetan kegiatan
atau perubahan dalam ruang hidup. Berdasarkan berbagai pengertian diatas
kelompok dua menyimpulkan bahwa perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang
merupakan manifestasi dari jiwa manusia dan dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada
pada diri manusia dan aspek-aspek di luar manusia yang bisa terbentuk dari
proses belajar, imitasi pembiasaan dan lain-lain sebagainya.
C.
Macam-macam
perilaku
Secara umum perilaku manusia sangatlah banyak dan berikut ini adalah
beberapa perilaku yang menurut sugiyo (psikologi social, 2006:1) adalah:
1.
Perilaku
motorik adalah perilaku yang dinyatakan dalam perbuatan jasmaniah misalnya
makan, berjalan, mandi dan sebagainya.
2.
Perilaku
kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan pemahaman, penalaran, pengenalan
dan lain-lain.
3.
Perilaku
konatif adalah perilaku yang berhubungan dengan motivasi untuk mencapai tujuan
misalnya harapan, cita-cita dan lain-lain.
4.
Perilaku
afektif adalah perilaku yang merupakan manifestasi dari penghayatan misalnya
marah, sedih, cinta dan lain-lain. Erilaku agresif adalah perilaku yang
dimaksud melukai orang lain dan perilaku melukai orang lain.
5.
Perilaku
normal adalah perilaku yang sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
6.
Perilaku
abnormal adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan masyarakat
tertentu.
7.
Perilaku
prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa
harus menyesuaikan suatu keuntungan.
D.
Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agardapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi,
konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari
dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu
berada.Kapasitas
individu antara satu orang dengan yang lain tidak sama. Ada
keterbatasanketerbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu,
perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri,
yaitu sebagai berikut:
a.
Setiap
individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbeda.
b.
Penyesuaian
diri sebagian besar ditentukan oleh kapasitas internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.
c.
Penyesuaian
diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan. Penyesuaian diri ini antara lain:
·
Bagaimana menimbulkan jiwa pemimpin bagi anak
dan remaja. Jika orang dewasa memberikan
kesempatan untuk berkembang jiwa kepemimpinannya, antara lain dengan memberikan
kebebasan mengeluarkan pendapat, menciptakan situasi yang demokratis dan adanya
sarana untuk itu, maka akan tumbuh calon-calon pemimpin yang baik. Tatapi
apabila orang dewasa menampakan rasa keakuan dan kekuasaannya, maka hal itu
akan mematikan bakat memimpin bagi remaja.
·
Anak
dan remaja harus belajar mentaati norma-norma agama, dan aturan-aturan
masyarakat, serta perturan pemerintah, tata tertib sekolah dan orang tuanya.
Hal ini banyak bergantung dari contoh-contoh orang dewasa sendiri. Artinya jika
orang dewasa sudah biasa mentaati segala norma dan peraturan tersebut di atas
tentu anak dan remaja akan pula mentaatinya. Dan yang pokok bahwa pendidikan
agama, pendidikan kemasyarakatan, hukum dan sebagainya harus pula secara
sistematis diajarkan kepada mereka di sekolah, di rumah dan di lingkungan
masyarakat.
·
Menghindarkan
konflik psikis yang ditimbulkan oleh adanya pertentangan antara keinginan
remaja dengan tuntutan masyarakat. Mana yang benar antara keinginan remaja atau
tuntutan masyarakat.
Konsep penyesuaian diri makna akhir dari hasil pendidikan seseorang
individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dapat membantunya
dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme
yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi
peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri
secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1. Konsep penyesuaian diri penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistensinya
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Proses penyesuaian diri penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai
3. Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karen
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
E.
Penyesuaian
diri secara positif diri ditandai hal-hal sebagai berikut :
1.
Tidak
menunjukkan adanya ketegangan emosional,
2.
Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis,
4.
Tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi,
5.
Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri,
6.
Mampu
dalam belajar,
7.
Menghargai
pengalaman,
8.
Bersikap
realistik dan objektif.
Melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1.
Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung,
2.
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan),
3.
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba,
4.
Penyesuaian
dengan substansi (mencari pengganti),
5.
Penyesuaian
diri dengan menggali kemampuan diri,
6.
Penyesuaian
dengan belajar,
F.
Persoalan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat
a. Hubungan
remaja dengan orang dewasa
Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua.tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam keluarga. Contoh :
sikap orang tua yang menolak. Penolakan orangtua terhadap anaknya dapat dibagi
menjadi dua macam.
·
Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa
tidak senang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak menghadaki
kehadirinya. Boldwyn dalam dayajat (1983) mengilustrasikan seorang bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan dan mengambil ukuran kekerasan,
kekejaman tanpa alasan nyata
·
jenis
kedua dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan
anak. Contohnya orang tua memberikan tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan sejawatnya. Hasil dari kedua
macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung
menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis mungkin akan
terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah di luar
tangganya lebih baik dari pada rumahnya sendiri.
b. Sikap
orang tua yang otoriter
Yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan
menghambat prosedur penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk
menentang kekuasaan ortu dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temanya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup didalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi. Tampak padanya ada kecendrungan
yang besar untuk marah, suka menyindir, disamping kurang kepekaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Perbedaan
antara perlakuan laki-laki dan anak perempuan akan mempengaruhi hubungan antar
mereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak pertemuan
terhadap saudaranya yang laki-laki.
G.
Pengaruh
lingkungan itu bagi diri individu
a.
Lingkungan
membuat individu sebagai makhluk sosial yang dimaksud dengan lingkungan pada
uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut
suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan
yang lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada
tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya. Dapat
kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan
dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.
b.
Lingkungan
membuat wajah budaya bagi individu lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya
merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba
terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya. Lingkungan memiliki
peranan bagi individu, sebagai :
·
Alat
untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan
sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman
ketika berkunjung ke rumah.
·
Tantangan
bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air
banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.
·
Sesuatu
yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya
untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.
·
Obyek
penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya.
Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di
kamarnya menjadi sejuk.
H.
Lingkungan
pembentukan penyesuaian diri
a. Lingkungan
keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik
bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
b. Lingkungan
teman sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan
di dalam hatinya dari anggan–anggan, pemikiran, dan perasaan.
c. Lingkungan
sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup
tanggung jawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengaar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan. Lingkungan sekolah juga mendidik individu untuk bekerja
sama, membagi tugas, dan berpikir kritis pada masalah – masalah yang ada keterkatian
dengan pendidikan.
I.
Penolakan
Penolakan
terhadap perubahan.Beberapa jenis penolakan yang sering individu:
- Kebiasaan yang sulit diatasi
- Pengetahuan saat ini
- Kepentingan pribadi
- Rasa tidak aman
- Kurang percaya
- Perbedaan persepsi
a.
Strategi
mengatasi penolakan
Ada
beberapa strategi untuk mengatasi setiap penolakan, yaitu:
·
Negosiasi, untuk
mengatasi penolakan akibat kepentingan pribadi.
·
Pendidikan, untuk
mengatasi penolakan akibat kebiasaan, pengetahuan saat ini dan kurang percaya.
·
Paksaan dan
dukungan, untuk mengatasi penolakan karena rasa tidak aman.
·
Partisipasi, untuk
mengatasi penolakan akibat perbedaan persepsi.
b.
Memperkuat
perubahan secara konstan
Orang tidak berubah dengan
cepat. Dalam proses perubahan penting untuk mengidentifikasi apa yang tidak
berubah dengan baik. Individu membutuhkan ide dan cara kerja baru yang
diperkuat secara konstan untuk membantu mereka berubah dan menyesuaikan diri
dengan situasi baru.
J. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
a. Konteks
studi psikologi
Abin
syamsuddin makmun(2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
1.
Durasi
kegiatan;
2.
Frekuensi
kegiatan;
3.
Persistensi
pada kegiatan;
4.
Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5.
Devosi
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6.
Tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.
Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan.
b.
Teori
herzberg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional
antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik