Pengaruh metode pembelajaran Jig Saw dan metode
pembelajaran STAD terhadap hasil belajar
IPA Siswa Kelas 5 SDN Rowosari 01
BACA JUGA
Contoh Penelitian TIndakan Kelas PAUD : Peningkatan Keterampilan Bicara Anak Usia 3-4 Tahun
Download Kumpulan Contoh Skripsi Penelitian dan Pengembangan (R&D) Jurusan PGSD
Contoh Judul Skripsi Kualitatif PGSD Tahun 2016 (Download Filenya Dengan Sekali KLIK)
Download Contoh PTK SD Lengkap Kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 MUDAH DOWNLOAD 1 x KLIK!!
Download 101 Contoh Skripsi Penelitian Kuantitatif (PDF) PGSD Dengan Sekali KLIK!!!
Download Contoh Skripsi Pendidikan PGSD Lengkap FIle PDF Sekali KLIK
100 Contoh Judul Penelitian Kualitatif PGSD Berkualitas! dan Cara Membuat Judul Penelitian
CONTOH PROPOSAL SKRIPSI KUANTITATIF PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pendidikan
IPA sebagai salah satu aspek pendidikan yang memiliki peran penting dalam
peningkatan mutu pendidikan. IPA sangat penting bagi kehidupan dan berkaitan
dengan kegiatan yang ada di lingkungan sekitar siswa. Melalui IPA siswa mampu
memecahkan masalah – masalah yang ada di lingkungan. Pelajaran IPA juga dapat
menumbuhkan dan mengembangkan siswa untuk berpikir kreatif, kritis dan inovatif.
Untuk itu pembelajaran IPA harus dilaksanakan secara komprehensif yang
menyangkut ranah kognitif, dan psikomotor sehingga tertanam sikap yang baik
dalam diri peserta didik.
Proses belajar mengajar merupakan
aktifitas sehari – hari yang dilakukan guru. Materi yang disajikan oleh guru
kepada siswa akan langsung diserap oleh siswa sehingga siswa dapat memahami isi
materi tersebut. Pada materi pelajaran IPA banyak konsep – konsep IPA yang
sulit untuk dipahami siswa pada usia anak sekolah dasar. Selain itu
pembelajaran yang dilakukan masih secara konvensional dengan dominasi guru
melalui ceramah dan metode yang di gunakan guru kurang bervariasi. Akibatnya
hasil belajar yang diperoleh siswa
kurang memuaskan.
Kenyataannya, hanya 12 siswa dari 30
siswa atau 40 % siswa yang mencapai ketuntasan belajar minimal 75. Sehingga
guru menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan agar materi yang di
sampaikan dapat dipahami dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu
kegiatan belajar yang menyenangkan menggunakan pembelajaran secara kooperatif
yang bertujuan untuk menanamkan ketrampilan kerja sama antar siswa dengan
diskusi kelompok. Dalam berdiskusi sering-kali peserta didik mampu menjelaskan
gagasan sulit yang disampaikan guru dengan menerjemahkan ke dalam bahasa
anak-anak yang lebih mudah diterima oleh peserta didik (Slavin, 2011). Dari
beberapa penelitian yang dilakukan Slavin bahwa pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dengan pembelajaran kooperatif dapat
menumbuhkan kesadaran peserta didik untuk belajar berpikir, menyelesaikan
masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan
mereka (Slavin, 2011).
Menurut Riyanto (2012) pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan
kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social
skill) termasuk interpersonal skill. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2012). Salah satu
pembelajaran kooperatif yang di gunakan untuk pembelajaran adalah menggunakan
model pembelajaran jigsaw yang di padukan dengan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division).
Metode pembelajaran Jigsaw dan metode
pembelajaran STAD merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan keahlian dalam menyelesaikan persoalan
tertentu. Untuk dapat menguasai semua materi pelajaran maka peserta didik harus
saling tergantung dengan teman satu timnya. Dengan demikian peserta didik harus
dapat bekerja sama dalam kelompok untuk dapat memahami materi pelajaran.Dengan
melakukan kerja sama dalam memahami materi pelajaran, memungkinkan peserta
didik untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Berdasarkan paparan diatas peneliti
ingin membuat siswa mudah memahami suatu materi yang disampaikan guru dan
mencapai hasil belajar yang maksimal. Penggunaan metode pembelajaran Jigsaw dan
metode pembelajaran STAD untuk menumbuhkan siswa lebih kreatif , berpikir
kritis, dan bekerja sama dalam memahami pelajaran IPA dan meningkatkan hasil
belajar.
I.2 Identifikasi masalah
Pembelajaran
IPA yang masih dianggap sulit dipahami bagi Siswa SDN Rowosari 01 kelas V
dikarenakan beberapa faktor seperti :
a.
Pembelajaran yang
dilakukan masih secara konvensional
b.
Metode pembelajaran
kurang bervariasi
c.
Penjelasan guru kurang
jelas
d.
Siswa kurang konsentrasi
e.
Tujuan hasil belajar
siswa pada pelajaran IPA kurang optimal
Dari faktor di atas, seharusnya guru
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan menarik agar siswa tertarik dan
paham tentang materi yang disampaikan. Guru juga dapat menggunakan berbagai metode
pembelajaran yang bervariasi dan memanfaatkan media atau lingkungan disekitar
sekolah untuk mendukung materi yang akan disampaikan kepada siswa.
I.3 Batasan masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah yang disebutkan diatas maka peneliti akan membatasi
permasalahan agar penelitian yang dilakukan lebih spesifik dan fokus.
Permasalahan yang hendak dikaji adalah pengaruh metode pembelajaran Jigsaw yang
dipadukan dengan metode pembelajaran STAD dan hasil belajar pada pelajaran ipa
pada siswa kelas V SDN Rowosari 01.
I.4 Rumusan
masalah
Masalah dalam Peneliti adalah
1. Bagaimana
cara menerapkan metode pembelajaran Jigsaw dan STAD pada siswa kelas V?2. Apakah
pengaruh metode pembelajaran Jigsaw dan STAD dapat meningkatkan hasil belajar
IPA?
I.5 Tujuan
penelitian
Tujuan
yang diteliti adalah
1. Menerapkan
metode pembelajaran Jigsaw dan STAD pada siswa kelas V
2. Mengetahui
pengaruh metode pembelajaran Jigsaw dan STAD untuk meningkatkan hasil belajar
IPA
I.6 Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh metode
pembelajaran dalam merespon materi pembelajaran dan motivasi belajar dari guru
terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca atau pihak –
pihak yang berkepentingan. Sedangkan manfaat secara praktisnya yaitu :
1.
Bagi Siswa
Siswa diharapkan
mendapatkan pengalaman baru dalam proses belajar dan dapat meningkatkan
motivasi untuk aktif dalam kegiatan belajar sehingga terpacu untuk terus
berlomba-lomba menjadi yang terdepan dalam prestasi.
2.
Bagi Guru atau
Peneliti
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan pembelajaran yang
kreatif dan inovatif. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan penulis dan
semua pihak yang berkepentingan dapat lebih memahaminya.
3.
Bagi Sekolah
Penelitian ini
difokuskan kepada siswa kelas V SD dengan mata pelajaran yang diamati adalah
mata pelajaranIPA sebagai objek dan materinya. Sehingga para
pembaca, guru, atau pihak-pihak lain yang berkepentingan diharapkan dapat
menggunakan hasil penelitian ini sebagai pertimbangan dalam aplikasi dalam
proses pembelajarannya. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk
meningkatkan komitmen sekolah dalam meningkatkan meningkatkan kualitas peserta
didik menjadi semakin baik lagi.
I.7 Batasan istilah
1.
Berdasarkan dari para
ahli, maka dapat disimpulkan bahwa Metode Jig saw adalah proses belajar siswa
secara kelompok yang terdiri dari 4-6 siswa dan saling bekerja sama dalam
mempelajari suatu materi yang di berikan serta materi yang sudah dikuasai
disampaikan kepada anggota kelompok lain.
2. Berdasarkan dari para ahli, maka dapat di
simpulkan bahwa metode pembelajaran STAD merupakan suatu pembelajaran yang
mengacu pada belajar kelompok. Yang di bentuk heterogen menurut tingkat
kinerja, jenis kelamin dan suku. Anggota kelompok menggunakan lembar kerja
untuk menyelesaikan materi dan di lakukan dengan cara diskusi dan kuis.
3. Berdasarkan
dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar adalah suatu
penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang.
Serta akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama bahkan tidak akan hilang
selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk individu yang
selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik, sehingga akan merubah cara
berfikir serta menghasilkan perilaku
kerja yang lebih baik.
Baca Juga : Contoh Proposal Skripsi Kuantitatif Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pembelajaran
kooperatif
Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat
dijadikan alternative bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas
berlangsung secara efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif
merubah peran guru dari peran yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa
dalam kelompok – kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan
untuk mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat
membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi social dan
hubungan antar manusia.
Model
pembelajaran kooperatif merupakan terjemahan dari istilah cooperative learning.
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan
sesuatu secara bersama – sama dengan saling membantu sama lainnya sebagai satu
kelompok atau satu tim (Isjoni,2009).
Menurut Lie (2008) Model pembelajaran kooperatif
merupakan system pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama dengan sesama siswa dalam tugas – tugas yang terstruktur.
Menurut Slavin (2008) Model pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil untuk saling membantu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran.
Menurut Johnson dan Johnson dalam Isjoni (2009) Model
pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam
suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal
yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
2.1.1
Unsur-unsur Pokok Model Pembelajaran Kooperatif
Ada
4 unsur pokok model pembelajaran kooperatif, yaitu: 1. adanya peserta dalam
kelompok, 2. adanya aturan kelompok, 3. adanya upaya belajar setiap anggota
kelompok, dan 4. adanya tujuan yang akan dicapai (Sanjaya, 2009: 241).
1.
Adanya Peserta dalam Kelompok
Peserta
pembelajaran kooperatif adalah para siswa yang melakukan kegiatan belajar
secara berkelompok. Pengelompokan siswa bisa dilakukan berdasarkan beberapa
pertimbangan, misalnya minat, bakat kemampuan akademis, dst. Pertimbangan
apapun yang dipilih dalam mengelompokkan siswa, tujuan pembelajaran harus yang
diutamakan.
2.
Adanya Aturan Kelompok
Aturan kelompok merupakan sesuatu
yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat, baik siswa sebagai
peserta didik maupun siswa sebagai anggota kelompok.
3.
Adanya Upaya Belajar Setiap Anggota Kelompok
Upaya belajar merupakan segala
aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuan, baik kemampuan yang telah
dimiliki, maupun kemampuan yang baru. Aktivitas belajar siswa dilakukan secara
berkelompok, sehingga diantara mereka terjadi saling membelajarkan melalui
tukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan.
4.
Adanya Tujuan yang Akan Dicapai
Aspek
tujuan dalam model pembelajaran ini dimaksudkan untuk memberikanb arah pada
perencanaan, pelaksanaan, dan juga evaluasi. Dengan adanya tujuan yang jelas,
setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap aktivitas belajar.
Berdasarkan
para ahli maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama
dengan sesama dalam menyelesaikan persoalan materi yang di berikan oleh guru
serta meningkatkan pemahaman pada suatu materi pelajaran.
2.2 Pengertian Metode
Pembelajaran Jigsaw
Ada
beberapa metode dalam pembelajaran kooperatif. Salah satunya adalah metode
pembelajaran Jig saw.
Menurut Slavin. Metode Jigsaw adalah salah satu dari
metode-metode kooperatif yang paling fleksibel. Metode pembelajaran Jigsaw
merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar
kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap,
pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara
bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.
Menurut Sudrajat (2008) Pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa
anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian
materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya.
Menurut Zaini (2008). Model pembelajaran Jigsaw
merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan
dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak
mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan
seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang
lain.
Menurut arens metode Jig sawmerupakan
model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi
pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain.
2.2.1Karakteristik Metode Jigsaw
Metode Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot
Aronson dan rekan-rekan sejawatnya (Arends, 2008: 13). Dalam metode Jigsaw para
siswa dari suatu kelas dikelompokkan menjadi beberapa tim belajar yang
beranggotakan 5 atau 6 orang secara heterogen. Guru memberikan bahan ajar dalam
bentuk teks kepada setiap kelompok dan setiap siswa dalam satu kelompok
bertanggung jawab untuk mempelajari satu porsi materinya. Para anggota dari
tim-tim yang berbeda tetapi membahas topik yang sama bertemu untuk belajar dan
saling membantu dalam mempelajari topic tersebut. Kelompok semacam ini dalam
metode Jigsaw disebut kelompok ahli (expert group).
2.2.2 Sintaks
metode Jigsaw
Pelaksanaan metode Jigsaw terdiri dari 6 langkah
kegiatan (Trianto, 2007) sebagai berikut.
Fase ke-1: Guru membagi kelas menjadi beberapa
kelompok belajar. Setiap kelompok
beranggotakan 5 – 6 orang siswa.
Fase ke-2: Guru memberikan materi ajar dalam bentuk
teks yang telah terbagi menjadi
beberapa sub materi untuk dipelajari
secara khusus oleh setiap anggota
kelompok.
Fase ke-3: Semua kelompok mempelajari materi ajar yang
telah diberikan oleh guru.
Fase ke-4: Kelompok ahli bertemu dan membahas topik
materi yang menjadi tanggung
jawabnya.
Fase ke-5 : Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok
asal masing-masing
(home teams) untuk membantu kelompoknya.
Fase ke-6: Guru mengevaluasi hasil belajar siswa
secara individual.
Berdasarkan dari para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa Metode Jig saw adalah proses belajar siswa secara kelompok yang terdiri
dari 4-6 siswa dan saling bekerja sama dalam mempelajari suatu materi yang di
berikan serta materi yang sudah dikuasai disampaikan kepada anggota kelompok
lain.
2.3 Pengertian STAD (Student
Teams Achievement Division)
MenurutIbrahim, (2000) Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah suatu pembelajaran yang mengacu pada belajar
kelompok siswa menyajikan informasi dengan menggunakan presentasi verbal atau
teks, dimana di dalamnya siswa diberikan kesempatan untuk melakukan kolaborasi
dan elaborasi dengan teman sebayanya dalam bentuk diskusi kelompok untuk
memecahkan suatu permasalahan
Menurut Rachmadiarti (2001) Student Teams
Achievmet Division (STAD) merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk
melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran
kooperatif berupa pendekatan yang dikembangkan dengan melibatkan siswa menelaah
materi dalam bentuk diskusi kelompok.
Menurut Nur Citra Utomo dan C. Novi Primiani (2009: 9), “STAD
merupakan desain untuk memotivasi siswa-siswa supaya kembali bersemangat dan
saling menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru”.
Menurut Mohamad Nur (2008: 5), pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim
dengan anggota 4 siswa pada setiap tim. Tim dibentuk secara heterogen menurut
tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku.
Model
pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan temantemannya di
Universitas John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi
kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri
atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau
perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan
kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui
diskusi dan kuis.
2.3.1 Karakteristik Metode STAD
STAD kependekan dari Student Team
Achievement Divisions. Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dkk. dari
Universitas John Hopkins. Dalam metode STAD guru membagi siswa suatu kelas
menjadi beberapa kelompok kecil atau tim belajar dengan jumlah anggota setiap
kelompok 4 atau 5 orang siswa secara heterogen. Setiap anggota tim menggunakan
lembar kerja akademik dan saling membantu untuk menguasai materi ajar melalui
Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Secara individual atau
kelompok setiap satu atau dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk
mengetahui penguasaan mereka terhadap materi yang telah mereka pelajari.
Setelah itu seluru siswa dalam kelas tersebut diberikan materi tes tentang
materi ajar yang telah mereka pelajari. Pada saat menjalani tes mereka tidak
diperbolehkan saling membantu.
2.3.2 Sintaks Metode STAD
Sintaks metode STAD terdiri atas 6
fase (Trianto, 2007: 54), yaitu sebagai berikut ini.
Fase ke-1: menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk aktif belajar.
Fase ke-2: menyajikan materi ajar
kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau melalui bahan bacaan.
Fase ke-3: menjelaskan kepada siswa
bagaimana cara membentuk kelompok belajar .
Fase ke-4: membimbing setiap kelompok
belajar untuk belajar dan bekerja.
Fase ke-5: mengevaluasi hasil belajar
dan kerja masing-masing kelompok.
Fase ke-6: Guru memberikan
penghargaan pada para siswa baik sebagai individu maupun kelompok, baik karena
usaha yang telah mereka lakukan maupun karena hasil yang telah meerka capai.
Berdasarkan dari para ahli, maka dapat di simpulkan bahwa metode
pembelajaran STAD merupakan suatu pembelajaran yang mengacu pada belajar
kelompok. Yang di bentuk heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan
suku. Anggota kelompok menggunakan lembar kerja untuk menyelesaikan materi dan
di lakukan dengan cara diskusi dan kuis.
2.4
Pengertian IPA
IPA merupakan pengetahuan dari hasil
kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang
berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang
bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan.
Menurut
Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau
disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan
demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”.
Dalam
pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta
persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya,
bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya.
Carin
(Marleviandra, 2009) mendefinisikan natural science/science sebagai suatu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan
science tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga oleh
timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Pendidikan
IPA menurut Tohari (1978:3) merupakan “usaha untuk menggunakan tingkah laku
siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap
yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip,
hokum dan teori IPA”.
Pendidikan
IPA menurut Sumaji (1998:46) merupakan “suatu ilmu pegetahuan social yang
merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi)
antara disiplin ilmu yang bersifat produktif”.
Menurut Maslichah Asy’ari (2006: 7)Sains adalah pengetahuan manusia
tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini
mengandung maksud bahwa sains selain menjadi sebagai produk juga sebagai
proses. Sains sebagai produk yaitu pengetahuan manusia dan sebagai proses yaitu
bagaimana mendapatkan pengetahuan tersebut.
Menurut Bube, seorang ahli fisika. Science adalah
pengetahuan tentang dunia alamiah yang diperoleh dari interaksi indera dengan
dunia tersebut.
Pernyataan ini memberikan suatu
ketelitian yang menarik terhadap dua aspek tentang bagaimana observasi terjadi
(berlangsung) :
1. Observasi
gejala-gejala alam (yang merupakan dasar-dasar otoritas dimana pengetahuan
ilmiah berlaku) melalui pikiran dan indra seseorang.
2. Proses observasi menyangkut dua
jalur interaksi antara pengamat (orang yang melakukan observasi) dan objek
(sesuatu yang diobservasi)
Berdasarkan teori dari para ahli , maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalahgejala-gejala alam dan kebendaan yang diperoleh dengan cara
observasi, eksperimen/penelitian, erupakan pengetahuan manusia tentang atau uji
coba yang berdasarkan pada hasil pengamatan manusia. Pengamatan manusia dapat
berupa fakta-fakta, aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori
dan lain sebagainya.Pendidika IPA menjadi suatu bidang
ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa dapat mengembangkan potensi yang
ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2.5 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki setelah
ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting
dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi bagi guru tentang kemajuan siswa dalam mencapai tujuan
–tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari dari informasi
tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut,
baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Menurut Hamalik (2006: 155), memberikan gambaran bahwa hasil
belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa
setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui
perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2006), hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi
guru. Dari siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan
mental tersebut terwujud pada jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan
pelajaran.
Menurut Udin S. Winataputra (2007), hasil belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa. dimana setiap kegiatan
belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Dalam hal ini belajar
meliputi ketrampilan proses,keaktifan, motivasi juga prestasi belajar. Prestasi
adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan.
Menurut Slameto (2008:7)hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu
proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat diukur dengan
menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa”. Lebih lanjut Slameto (2008:8)
mengemukakan bahwa ”hasil belajar diukur dengan rata-rata hasil tes yang
diberikan dan tes hasil belajar itu sendiri adalah sekelompok pertanyaan atau
tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan mengukur
kemajuan belajar siswa.
Menurut Cece Rahmat dalam Abidin (2004 :1) hasil
belajar adalah penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai
dengan aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa
setelah menguasai materi pelajaran yang telah diberikan
Berdasarkan
Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melaui tiga kategori
ranah antara lain,
1. Kognitif,
yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri ats 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisisi, sintesis, dan penilaian.
2. Afektif, yaitu berkenaan dengan siskap dan
nilai. Ranah afektif meliputi jenjang kemampuan
yaitu menerima, menjawab atau mereaksi, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai atu kompleks nilai.
3. Psikomotor, yaitu meliputi keterampilan
motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular ( menghubungkan,
mengamati ).
Berdasarkan teori dari
para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian
akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta
akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama bahkan tidak akan hilang
selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk individu yang
selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik, sehingga akan merubah cara
berfikir serta menghasilkan perilaku
kerja yang lebih baik.
Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010: 22) mengembangkan
kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain:
1)
hasil belajar intelektual merupakan
hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik.
2) strategi kognitif yaitu mengatur cara
belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan
memecahkan masalah.
3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah
intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari
kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian.
4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti
informasi dan fakta.
5) keterampilan motorik yaitu kecakapan
yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.
Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan melakukan
tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data
yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar.
2.1
Penelitian
yang relevan
Beberapa hasil
penelitian yang relavan adalah :
1. Penelitian yang dilakukan olehCornelius Sri
Murdo Yuwono(2014) yang berjudul “PENINGKATAN KETRAMPILAN METAKOGNISI SISWA DENGAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF JIGSAW- MODIFIKASI”. Di muat di Jurnal Santiaji, Universitas
Mahasaraswati. ISSN : 2087 – 9016. Dari hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa Produk
perangkat pembelajaran hasil pengembangan model pembelajaran kooperatif Jigsaw-Modifikasi
berupa Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan
Assesmen melalui LS dalam meningkatkan keterampilan metakognisi berdasar
rubrik pada siswa berkemampuan akademik atas dan bawah.
2. Penelitian yang dilakukan olehUmi Romadiyah(2014) yang berjudul “PEMBELAJARAN
STAD DAN TSTS BERMEDIA ICE CREAM STICK PADA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT . Di
muat di Jurnal Pendidikan Saint,. ISSN : 2338 – 9117. Dari hasil penelitian
peneliti menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD) dan Two
Stay Two Stray (TSTS) berbantuan media Ice Cream Stick menghasilkan
langkah-langkah pembelajaran model STAD dan Two Stay Two Stray berbantuan media
Ice Cream Stick yaitu, 1) presentasi kelas; 2) kerja tim; 3) berbagi informasi
antar kelompok; 4) mencocokkan hasil kerja kelompok; 5) kuis; 6) skor
perkembangan individu; dan 7) penghargaan kelompok.
3. Penelitian yang dilakukan olehNunung Sri
Rochaniningsih, Muhsinatun Siasah Masruri(2015)
yang berjudul “PENGGUNAAN METODE JIGSAW DENGAN BANTUAN
MEDIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR
1807. Dari hasil penelitian peneliti
menyimpulkan bahwapeningkatan keterampilan kerja sama
setelah diterapkan metode jigsaw, baik dengan menggunakan media gambar
maupun artikel ber-gambar pada pembelajaran
4. Penelitian yang dilakukan olehRahmawan,
Suyitno, Agoestanto(2013) yang berjudul “PENERAPAN JIGSAW II DAN STUDENT
TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS BERBANTUAN ALAT PERAGA”. Di muat di Jurnal
Kreno
Semarang. ISSN : 2086 – 2334. Dari hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berbantuan alat peraga pada
materi pokok Segiempat efektif Dan Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD berbantuan alat peraga pada materi pokok Segiempat efektif.
2.2
Kerangka Pikir Penelitian
Keberhasilan siswa dalam memahami dan menguasai suatu
mata pelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah pengaruh
metode pembelajaran Jigsaw dan STAD yang menjadi perhatian dalam penelitian
ini. Untuk mengajarkan pokok bahasan tertentu diperlukan cara mengajar yang
tertentu pula. Hal ini disebabkan cara mengajar yang dianggap baik untuk suatu
materi pelajaran belum tentu cocok untuk mengajarkan materi pelajaran yang lain.
Umumnya siswa beranggapan bahwa
IPA merupakan mata pelajaran yang membosankan karena banyaknya konsep – konsep sulit
dipahami dan pembelajaran yang kurang
bervariasi. Emosi dan kesan negatif siswa ini secara langsung maupun tidak
langsung akan sangat mempengaruhihasilbelajar siswa. Salah
satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
pembelajarannya bertujuan agar siswa mudah memahami materi pelajaran dan
menyenangkan.di dalam pembelajaran kooperatif berisi metode yang efektif dan
dapat di gunakan untuk meningkatkan hasil belajar misalnya metode Jig saw
maupun STAD karena metode tersebut pembelajarannya dengan adanya kerja sama
dalam kelompok.misalnya metode Jig saw pada pembelajaran yang menggunakan
metode Jigsaw terdapat beberapa kelompok. Setiap kelompok yang terdiri dari 4-6
siswa. Di dalam kelompok tersebut siswa diberikan materi pelajaran untuk
dipahami bersama anggota kelompoknya. Setelah menerima materi, setiap kelompok
mendiskusikan materi tersibut. Jika sudah paham, anggota kelompok menyampaikan
hasil diskusinya kepada kelompok lain.dengan cara tersebut setiap siswa akan mudah
memahami materi pelajaran.
Berdasarkan gambar diatas variable (Y)
dipengaruhi oleh variable metode pembelajaran
Jigsaw(X1) dan Variabel metode
pembelajaran STAD (X2)
2.1 Hipotesis
Berdasarkan pada kerangka berpikir.
1) Hipotesis Nol (Ho)
Ho1 : Tidak ada pengaruh antara metode
pembelajaran Jigsaw terhadap Hasil belajar IPA
Ho2 : Tidak
ada pengaruh antara metode pembelajaran STAD terhadap hasil belajar
2)
Hipotesis Alternatif (Ha)
Ha1 : Ada
pengaruh antara metode pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar IPA
Ha2 : Ada
pengaruh antara metode pembelajaran STAD terhadap hasil belajar IPA
3)
Hipotesis Total
Ho4 : Tidak
ada pengaruh metode pembelajaran Jigsaw dan pembelajaran STAD terhadap hasil
belajar IPA
Ha4 : Ada
pengaruh metode pembelajaran Jigsaw dan pembelajaran STAD terhadap hasil
belajar IPA
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1
Metode
Pengumpulan Data
Sesuai
dengan permasalahan penelitian sebagaimana telah dirumuskan, Metode penelitian
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Survey. Metode Survey
digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah ( bukan
buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data.
1.2
Populasi
dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas : obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,2015). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas V SDN
Rowosari 01.
Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang di ambil dari populasi.
Teknik sampling adalah
merupakan teknik pengambilan sampel. Pada sampel penelitian ini menggunakan
Teknik probability sampling. Adapun metode yang digunakan adalah simple random
sampling. Simple random sampling
dikatakan sederhana karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
1.3
Instrumen
Penelitian
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dalam bentuk tes.Instrumen tes yang berupa tes obyektif terdiri dari10 butir soal.
1.4
Teknik
pengumpulan data
Teknik yang digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data adalah menggunakan kuesioner (angket). Koesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
1.5
Analisis
Instrumen
Sebelum
instrumen digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen tersebut harus
benar-benar sudah teruji kehandalannya. Validitas dan reliabilitas merupakan
dua persyaratan pokok yang harus diuji coba peneliti terhadap instrumennya
(Suharsimi, 2007: 167).
a. Validitas
Butir Soal
Cara untuk
menghitung validitas butir soal dapat menggunakan rumus:
b. Taraf
Kesukaran (Difficulty Index)
Taraf
kesukaran menunjukkan kemampuan butir soal untuk menyaring banyaknya peserta
tes yang dapat mengerjakan dengan benar. Semakin banyak subjek yang menjawab
soal dengan benar, maka taraf kesukaran soal tersebut tinggi. Jika taraf
kesukarannya tinggi maka soal tersebut tergolong mudah.
Seperti dituliskan Y. Padmono (2002: 214) taraf kesukaran
(P) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
c. Daya
Beda (Discriminating Power)
Suharsimi Arikunto (2006: 211) menyebutkan
bahwa daya pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut dalam memisahkan antara
subjek yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan subjek yang bodoh (berkemampuan
rendah).
Seperti dituliskan Y. Padmono (2002: 214) cara menghitung
daya beda soal adalah sebagai berikut:
d. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan keterandalan atau
sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat
dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek
yang sama akan diperoleh hasil yang relatif sama. Rumus untuk
menghitung koefisien reliabilitas instrumen dengan menggunakanCronbach Alphaadalah sebagai berikut:
E. Teknik
Pengumpulan Data
1. Teknik non tes yaitu dilakukan dengan:
a.
Wawancara
oleh observer dan peneliti yaitu untuk mengetahui minatsiswa dalam merespon materi pembelajaran yang
mempengaruhi hasil belajaripa
b.
Dokumentasi untuk
mengumpulkan data hasil belajar ipa
c.
Angket,
diisi oleh siswauntuk mengumpulkan data kebutuhan
belajar anak.
2. Teknik tes dilakukan dengan tes tertulis yaitu untuk
mengumpulkan data kuantitatif (nilai) dari hasil belajarIPA.
F. Teknik
Analisis Data
Uji
Prasyarat
Uji
prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji
homogenitas.
1.
Uji Normalitas
Uji
normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian
ini menggunakan metode Lilliefors. Adapun prosedur ujinya adalah sebagai
berikut:
a.
Hipotesis
H0 : sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel
tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b.Taraf
signifikansi :a= 0,05
c.Statistik
Uji
Daftar Pustaka
Abidin Zainal.2004. Evaluasi Pengajaran. Padang : UNP
Abdullah Aly & Eny Rahma. (1998). Ilmu Alamiah
Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran Cetakan
Ke-3. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Marleviandra, Anto. 2009. Definisi IPA. (Online), (http://techonly13.wordpress.com/2010/06/10/definisi-ipa-2,
diakses pada 16 Juli 2015).
Maslichah
Asy’ari .(2006: 7). Definisi IPA. (Online (https://karyatulisku.com/2013/03/pengertian-ilmu-pengetahuan-alam-ipa.html,
di akses pada 20 Juli 2015)
Slameto. 2008. Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.
Sumaji,
Soehakso, Mangun Wijaya, dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanistis.
Yogyakarta: Kanisus
Thohari Mustamar. (1978). Program Pengajaran Ilmu
Pengetahuan Alam. Yogyakarta
Udin S Winataputra
dkk.2007.Teori Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Slavin, R.E. (2011). Cooperative
Learning: Teori, riset dan praktik. (Terjemahan Nurulita Yusron). Bandung: Nusa
Media.
Rianto,Y. 2012. Paradigma
Baru Pembelajaran. Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi
Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Lie, Anita.2008. Cooperative Leraning.Jakarta: Grasindo
Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media
Sugianto.
2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Zaini,
Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani.
Sugiyono.2015. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung :
Alfabeta
Romadiyah,Umi. Pembelajaran STAD dan TSTS bermedia ice
cream stick pada operasi hitung bilangan bulat.(http://journal.um.ac.id/index.php/jps/article/download/4502/975)
di akses pada 24 juli 2015.