Pada hakikatnya
manusia merupakan pribadi yang utuh dan memiliki sifat-sifat sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Dalam kedudukannya sebagai makhluk individu,
seseorang menyadari bahwa dalam kehidupannya memiliki kebutuhan yang
diperuntukkan bagi kepentingan diri pribadi, baik fisik maupun nonfisik.
Kebutuhan diri pribadi tersebut meliputi kebutuhan fisik dan kebutuhan sosio-psikologis.
Dalam pertumbuhan fisiknya, manusia memerlukan kekuatan dan daya tahan tubuh
serta perlindungan keamanan fisiknya. Kondisi fisik amat penting dalam
perkembangan dan pembentukan pribadi seseorang.
Kehidupan
pribadi seseorang individu merupakan kehidupan yang utuh dan lengkap dan
memiliki cirri khusus dan unik. Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai
aspek, antara lain aspek emosional, sosial psikologis dan sosial budaya, dan
kemampuan intelektual yang terpadu secara integrative dengan factor lingkungan
kehidupan. Pada awal kehidupannya dalam rangka menuju pola kehidupan pribadi
yang lebih mantap, seorang individu berupaya untuk mampu mandiri, dalam arti
mampu mengurus diri sendiri sampai dengan mengatur dan memenuhi kebutuhan serta
tugasnya sehari-hari. Untuk itu diperlukan penguasaan situasi untuk menghadapi
berbagai rangsangan yang dapat mengganggu kestabilan pribadinya.
Kekhususan
kehidupan pribadi bermakna bahwa segala kebutuhan dirinya memerlukan pemenuhan
dan terkait dengan masalah-masalah yang tidak dapat disamakan dengan individu
yang lain. Oleh karenanya, setiap pribadi akan dengan sendirinya menampakkan
cirri yang khas yang berbeda dengan pribadi yang lain. Di samping itu, dalam
kehidupan ini diperlukan keserasian antara kebutuhan fisik dan nonfisiknya.
Kebutuhan fisik tiap orang perlu pemenuhan, misalnya seseorang perlu bernapas
dengan lega, perlu makan enak dan cukup, perlu kenikamatan, dan perlu keamanan.
Berkaitan dengan aspek sosio-psikologis, setiap pribadi membutuhkan kemampuan
untuk menguasai sikap dan emosinya serta sarana komunikasi untuk
bersosialisasi. Hal itu semua akan tampak secara utuh dan lengkap dalam bentuk
perilaku dan perbuatan yang mantap. Dengan demikian, masalah kehidupan pribadi
merupakan bentuk integrasi antara factor fisik, sosial budaya, dan factor
psikologis. Di samping itu, seorang individu juga membutuhkan pengakuan dari
pihak lain tentang harga dirinya, baik dari keluarganya sendiri maupun dari
luar keluarganya. Tiap orang mempunyai harga diri dan berkeinginan untuk selalu
mempertahankan harga diri tersebut.
Perkembangan
pribadi menyangkut perkembangan berbagai aspek, yang akan ditunjukan dalam
perilaku. Perilaku seseorang yang menggambarkan perpaduan berbagai aspek itu
terbentuk di dala lingkungan. Sebagaimana diketahui, lingkungan tempat anak
berkembang sangat kompleks.
Seseorang
individu, pertama tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga. Sesuai dengan
tugas keluarga dalam melaksanakan misinya sebagai penyelenggara pendidikan yang
bertanggung jawab, mengutamakan pembentukan pribadi anak. Dengan demikian,
faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak adalah kehidupan
keluarga beserta berbagai aspeknya. Seperti telah diuraikan di bagian
terdahulu, perkembangan anak yang menyangkut perkembangan psikofisis
dipengaruhi oleh : status sosial ekonomi, fisafat hidup keluarga, dan pola
hidup keluarga seperti kedisiplinan, kepedulian terhadap kesehatan, dan
ketertiban termasuk ketertiban menjalankan ajaran agama.
Bahwa
perkembangan kehidupan seseorang ditentukan pula oleh faktor keturunan dan
lingkungan aliran nativisme menyatakan bahwa seorang individu akan menjadi
”orang” sebagaimana adanya yang telah ditentukan oleh kemampuan an sifatnya
yang dibawa sejak ia dilahirkan. Sedangkan aliran empirisme mengatakan
sebaliknya bahwa seorang akan menjadi ”manusia” seperti yang dikehendakioleh
lingkungan. Kedua aliran itu menggambarkan bahwa faktor bakat dan pengaruh
lingkungan sama-sama mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pribadinya.
Pengaruh-pengaruh itu akan terpadu bersama-sama saling memberi andil
”menjadikan manusia sebagai manusia”. Aliran yang mengakui bahwa kedua aliran
itu secara terpadu memberikan pengaruh terhadap kehidupan seseorang adalah
aliran konvergensi. Proses pendidikan Indonesia menganut aliran ini, seperti
dinyatakan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu ing ngarsa sung tulada, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani.
A. Penyesuaian
Pribadi
Penyesuaian
pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga
tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia
menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya
dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.
Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari
dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya.
Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan
yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan
keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya
kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan,
ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya
gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah
yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut
dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian
diri.
B. Penyesuaian
Sosial
Setiap
iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat
proses saling mempengaruhi satu sama
lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan
tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang
mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup
sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi
sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial
terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi
dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan
masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau
masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama
memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya
dan adat istiadat yang ada, sementara
komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang
diberikan oleh sang individu.
Apa yang diserap
atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum
cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk
mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya
yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk
mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat
biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau
nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu
mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu
mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya
dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua hal tersebut
merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial
untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami
proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan
sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati
nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi
penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan
diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak
diterima oleh masyarakat.
C. Pembentukan
Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri
yang baik, yang selalu ingin diraih setiap orang, tidak akan dapat tercapai,
kecuali bila kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan,
kegoncangan dan ketegangan jiwa yang
bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara
objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya
dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.
Pada dasarnya
penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya, pada penulisan ini
beberapa lingkungan yang dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup
sehat bagi remaja, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan Keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat
dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana
terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan
bahwa kehidupannya berarti. Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu
kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam prakteknya
banyak orangtua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan mengejar
karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga dan menjamin masa depan anak-anak. Hal ini seringkali ditanggapi
negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan
bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu
yang cukup panjang (terutama pada masa kanak-kanak) maka akan sangat
berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di kemudian
hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang
berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang tingkat pemahamannya,
namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan
membuat dirinya tertekan, cemas dan stres. Berdasarkan kenyataan tersebut diatas maka pemenuhan kebutuhan anak
akan rasa kekeluargaan harus diperhatikan. Orang tua harus terus berusaha untuk
meningkatkan kualitas pengasuhan, pengawasan dan penjagaan pada anaknya; jangan
semata-mata menyerahkannya pada pembantu. Jangan sampai semua urusan makan dan
pakaian diserahkan pada orang lain karena hal demikian dapat membuat anak tidak memiliki rasa aman. Lingkungan
keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang
dipelajari melalui permainan, senda gurau, sandiwara dan pengalaman-pengalaman
sehari-hari di dalam keluarga. Tidak diragukan lagi bahwa dorongan semangat dan
persaingan antara anggota keluarga yang dilakukan secara sehat memiliki
pengaruh yang penting dalam perkembangan kejiwaan seorang individu. Oleh sebab
itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak
dimengerti olehnya atau sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan olehnya,
sebab hal tersebut memupuk rasa putus asa pada jiwa individu tersebut. Dalam
keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat berbagi
dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai hak orang
lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai orang tua, kakak,
adik, kerabat maupun pembantu. Kemudian dalam lingkungan keluarga individu
mempelajari dasar dari cara bergaul dengan orang lain, yang biasanya terjadi
melalui pengamatan terhadap tingkah laku dan reaksi orang lain dalam berbagai
keadaan. Biasanya yang menjadi acuan adalah tokoh orang tua atau seseorang yang
menjadi idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut untuk mampu
menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindkan
yang mendukung hal tersebut. Dalam hasil interaksi dengan keluarganya
individu juga mempelajari sejumlah adat dan kebiasaan dalam makan, minum,
berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan lain sebagainya. Selain itu
dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat berperan dalam proses
pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada
orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi,
kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan rasa aman karena semua hal
tersebut akan berguna bagi masa depannya.
b. Lingkungan Teman Sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh
dari temannya, individu mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan di
dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada
mereka secara bebas tentang rencananya, cita-citanya dan dorongan-dorongannya.
Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang
dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya. Dengan demikian
pengertian yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam penerimaan
terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam
memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang
lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat
kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan
kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang
tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.
c. Lingkungan Sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya
terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup
tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak
hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk
masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut
individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Pendidikan modern
menuntut guru atau pendidik untuk
mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai
dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan
merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang
diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual
individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode
yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru
sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.
Pendidikan remaja hendaknya tidak didasarkan atas tekanan atau sejumlah bentuk
kekerasan dan paksaan, karena pola pendidikan seperti itu hanya akan membawa
kepada pertentangan antara orang dewasa dengan anak-anak sekolah. Jika para
remaja merasa bahwa mereka disayangi dan diterima sebagai teman dalam proses
pendidikan dan pengembangan mereka, maka tidak akan ada kesempatan untuk
terjadi pertentangan antar generasi. Kehidupan merupakan rangkaian yang
berkesinambungan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Keadaan kehidupan
sekarang dipengaruhi oleh keadaan sebelumnya dan keadaan yang akan datang
banyak ditentukan oleh keadaan kehidupan saat ini. Dengan demikian, tingkah
laku seseorang juga dipengaruhi oleh hasil proses perkembangan kehidupan
sebelumnya dan dalam perjalanannya berintegrasi dengan kejadian-kejadian saat
sekarang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jika sejak awal perkembangan
kehidupan pribadi terbentuk secara terpadu dan harmonis, maka dapat diharapkan
tingkah laku yang merupakan pengejawantahan berbagai aspek pribadi itu akan
baik. Kehidupan pribadi yang mantap memungkinkan seorang anak akan berperilaku
mantap, yaitu : mampu menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan dengan
pengendalian emosi secara matang, tertib, disiplin, dan penuh tanggung jawab.
D. Upaya
Pengembangan Kehidupan Pribadi
Kehidupan
pribadi yang merupakan rangkaian proses pertumbuhan dan perkembangan, perlu
dipersiapkan dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan pembiasaan dalam hal :
·
Hidup sehat dan teratur
serta pemanfaatan waktu secara baik
·
Pengenalan dan
pemahaman nilai dan moral yang berlaku di dalam kehidupan perlu ditanamkan
secara benar.
·
Mengerjakan tugas dan
pekerjaan praktis sehari-hari secara mandiri dengan penuh tanggung jawab.
·
Hidup bermasyarakat
dengan melakukan pergaulan dengan sesama, terutama dengan teman sebaya.
·
Menunjukkan gaya dan
pola kehidupan yang baik sesuai dengan kultur yang baik dan dianut oleh
masyarakat.
·
Cara-cara pemecahan
masalah yang dihadapi.
·
Menunjukkan dan melatih
cara merespon berbagai masalah yang dihadapi.
·
Mengikuti aturan
kehidupan keluarga dengan penuh tanggung jawab dan disiplin.
·
Melakukan peran dan
tanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga.
Di dalam
keluarga perlu dikembangkan sikap menghargai orang lain dan keteladanan. Di
samping perlu diciptakan suasana keteladanan oleh pihak-pihak yang berwewenang,
seperti orang tua di dalam keluarga, guru di sekolah, dan tokoh masyarakat
dalam kehidupan sosial. Dalam suasana ini yang perlu ditonjolkan antara lain
adalah sifat sportif dan kejujuran, berjuang keras dengan berpegang pada prispi
yang maton (dapat dipercaya)
E. Perkembangan
Kehidupan Pendidikan dan Karier.
Sekolah
menyediakan pelajaran dasar yang belum bermakna sebagai pembekalan anak – anak
untuk siap bekerja dan belum terarah kepemberian keterampilan tertentu untuk
terjun ke dunia kerja di dalam masyarakat. Sikap remaja terhadap pendidikan
sekolah banyak diwarnai oleh karakteristik guru yang mengajarnya. Guru yang
baik itu adalah guru yang akrab dengan siswanya dan menolong siswa dalam hal
pelajaran. Dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan menilai atas dasar
objektivitas yang tidak disertai faktor emosional. Sekolah bermaksud untuk
mampu memberikan kepada para peserta didik “apa yang sesuaidengan kebutuhannya
dan keadaannya”.
Pencapaian
tingkat pendidikan dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan atau IQ. Dalam
kenyataannya IQ setiap orang berbeda-beda, hal itu berpengaruh terhadap pola
kehidupannya di dalam bidang pendidikan. Kehidupan pendidikan merupakan bagian
awal dari kehidupan karier, maka perbedaan kehidupan pendidikan tersebut
konsekuensinya akan membawa perbedaan individual di dalam kehidupan kariernya.
Orang tua perlu
memahami kemajuan pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah dan di luar
keluarga karena dengan norma dan ketentuan yang tidak terlalu jauh berbeda
antara rumah, sekolah, dan masyarakat dapat dicapai. Proses pemilihan kerja
sebenarnya telah berlangsung sejak dini, di saat anak menetapkan pilihan
sekolah. Remaja telah berkemampuan untuk menarik keputusan, sekalipun dasar
pertimbangan yang digunakan belum cukup luas, terutama yang berkaitan dengan
pandangan masa depan yang belum mantap.Oleh karena itu mereka masih memerlukan
arahan atau bimbingan orang tua atau pembimbing. Faktor yang digunakan untuk
menentukan pilihan pekerjaan antara lain :
1. minat
dan kemampuan
2. jenis
kelamin
3. latar
belakang orang tua
4. kondisi
sosial ekonomi
5. jenis
pekerjaan itu sendiri
Secara
psikologis remaja telah cukup mampu untuk memikul tanggung jawab dan hidup
mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. Akan tetapi tidak semua remaja siap
menghadapi kondisi masyarakat yang terus berkembang sehingga mereka belum
memiliki konsep kehidupan masa depan. Hal ini akan berakibat mereka akan tampak
tidak memiliki pendirian dan mengalami kesulitan memilih jenis pekerjaan serta
tergantung kepada kelompok.