A. Pengertian
Perkembangan Hubungan Sosial
Manusia tumbuh
dan berkembang pada masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan
jenjang . Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangan itu pada dasarnya
merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan.Interaksi sosial
merupakan proses sosialisasi yang mendudukan anak sebagai insan yang secara
aktif melakukan proses sosialisasi. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan
proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial.
Hubungan sosial
merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial
dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana.
Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat
hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang
perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi
memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa
pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar
manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
B. Karakteristik
Perkembangan Sosial Remaja
Remaja pada
tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada
jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial
dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma
pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam
keluarganya. Remaja menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan
berbagai kelompok umur. Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan
dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang
tua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting
tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan
sesama remaja, juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk
memilih teman hidup.
•
Pada masa remaja, anak
mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan . Pergaulan sesama
teman lawan jenis dirasakan sangat penting , tetapi cukup sulit , karena di
samping harus memperhatikan norma pergaulan sesame remaja juga terselip
pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
•
Kehidupan sosial remaja
ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional . Remaja sering
mengalami sikap hubungan sosial yang tertuutup sehubungan dengan masalah yang
dialaminya.
•
Menurut “ Erick Erison”Bahwa masa remaja
terjadi masa krisis , masa pencarian jati diri. Dia berpendapat bahwa penemuan
jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural. Sedangkan menurut Freud,
Kehidupan sosial remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan
seksual.
•
Pergaulan remaja banyak
diwujudkan dalam bentuk kelompok – kelompok , baik kelompok besar maupun
klelompok kecil.
C. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status
ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan
inteligensi.
a.
Keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di
dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada
dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Proses pendidikan
yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh
keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap
lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
b. Kematangan anak
Bersosialisasi
memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam
proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula
menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan
kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan
fungsinya dengan baik.
c. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan
sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga
dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak
yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam
keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan
sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku
di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak
memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga”
status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga
status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam
pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu
anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk
kelompok elit dengan normanya sendiri.
d. Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi
anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang
normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus
diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja
diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat,
tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan
antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
e. Kapasitas Mental,
Emosi, dan Integensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi
banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik.
Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam
perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang
lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah
dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
D. Pengaruh
Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Pikiran remaja sering dipengaruhi
oleh hide-ide dari teori – teori yang menyebabkan siakp kritis terhadap situasi
dan orang lain .
Pengaruh egosentris sering terlihat pada pemikiran
remaja, yaitu :
a. Cita-cita
dan idealisme yang baik , terlalu menitik beratkan pikiran sendiri tanpa
memikirkan akibat jauh dan kesulitan-kesuliatn praktis.
b. Kemampuan
berpikir dengan pendapat sendiri belum disertai pendapat orang lain.
c. Pencerminan
sifat egois dapat menyebabkan dalam menghadapi pendapat oaring lain , maka
sifat ego semakin kecil sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang semakin
baik dan matang.
E. Perbedaan
Individual dalam Perkembangan Sosial
Bergaul dengan
sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh setiap orang, baik secara
individual maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek, terdapat perbedaan
individual manusia, yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.
Sesuai dengan Teori komprehensif yang dikemukakan oleh Erickson yang menyatakan
bahwa manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan
masyarakat menyediakan segala Hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan
minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang
kelompok-kelompok sosial yang beranekaragam. Remaja yang telah mulai
mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah mempelajari pola-pola yang
sesuai dengan kepribadiannya.
F. Upaya
Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan
Pendidikan
a. Penciptaan
kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada
mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
b. Perlu
sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya dan kelompok-kelompok
belajar untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.
G. Perilaku
Hubungan Sosial dan Solidaritas Antar Teman pada Prilaku Gaya Hidup Remaja
Pada
masa remaja, terdapat banyak hal baru yang terjadi, dan biasanya lebih bersifat
menggairahkan, karena hal baru yang mereka alami merupakan tanda-tanda menuju
kedewasaan. Dari masalah yang timbul akibat pergaulan, keingin tahuan tentang
asmara dan seks, hingga masalah-masalah yang bergesekan dengan hukum dan
tatanan sosial yang berlaku di sekitar remaja. Hal-hal yang terakhir ini
biasanya terjadi karena banyak faktor, tetapi berdasarkan penelitian, jumlah
yang terbesar adalah karena “tingginya” rasa solidaritas antar teman,
pengakuan kelompok, atau ajang penunjukkan identitas diri. Masalah akan timbul
pada saat remaja salah memilih arah dalam berkelompok.
Banyak ahli
psikologi yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh masalah,
penuh gejolak, penuh risiko (secara psikologis), over energi, dan lain
sebagainya, yang disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu. Tetapi statement
yang timbul akibat pernyataan yang stereotype dengan pernyataan diatas, membuat
remaja pun merasa bahwa apa yang terjadi, apa yang mereka lakukan adalah suatu
hal yang biasa dan wajar.
Minat untuk
berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami. Yang
dimaksud di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang
memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara
khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa disebut geng. Biasanya
kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group.
Demi kawan yang
menjadi anggota kelompok ini, remaja bisa melakukan dan mengorbankan apa pun,
dengan satu tujuan, Solidaritas. Geng, menjadi suatu wadah yang luar biasa apabila
bisa mengarah terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang solidaritas menjadi
hal yang bersifat semu, buta dan destruktif, yang pada akhirnya merusak arti
dari solidaritas itu sendiri.
Demi alasan
solidaritas, sebuah geng sering kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan
kepada anggota kelompoknya (peer pressure) yang terkadang berlawanan dengan
hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk
menggunakan narkoba, mencium pacar, melakukan hubungan seks, melakukan penodongan,
bolos sekolah, tawuran, merokok, corat-coret tembok, dan masih banyak lagi.
Secara
individual, remaja sering merasa tidak nyaman dalam melakukan apa yang
dituntutkan pada dirinya. Namun, karena besarnya tekanan atau besarnya
keinginan untuk diakui, ketidak berdayaan untuk meninggalkan kelompok, dan
ketidak mampuan untuk mengatakan “tidak”, membuat segala tuntutan
yang diberikan kelompok secara terpaksa dilakukan. Lama kelamaan prilaku ini
menjadi kebiasaan, dan melekat sebagai suatu karakter yang diwujudkan dalam
berbagai prilaku negatif.
Kelompok atau
teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menentukan arah hidup
remaja. Jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang penuh dengan
“energi negatif” seperti yang terurai di atas, segala bentuk sikap,
perilaku, dan tujuan hidup remaja menjadi negatif. Sebaliknya, jika remaja
berada dalam lingkungan pergaulan yang selalu menyebarkan “energi
positif”, yaitu sebuah kelompok yang selalu memberikan motivasi, dukungan,
dan peluang untuk mengaktualisasikan diri secara positif kepada semua
anggotanya, remaja juga akan memiliki sikap yang positif. Prinsipnya, perilaku
kelompok itu bersifat menular.
Motivasi dalam
kelompok (peer motivation) adalah salah satu contoh energi yang memiliki
kekuatan luar biasa, yang cenderung melatarbelakangi apa pun yang remaja
lakukan. Dalam konteks motivasi yang positif, seandainya ini menjadi sebuah
budaya dalam geng, barangkali tidak akan ada lagi kata-kata “kenakalan
remaja” yang dialamatkan kepada remaja. Lembaga pemasyarakatan juga tidak
akan lagi dipenuhi oleh penghuni berusia produktif, dan di negeri tercinta ini
akan semakin banyak orang sukses berusia muda. Remaja juga tidak perlu lagi
merasakan peer pressure, yang bisa membuat mereka stres.
Secara teori
diatas, remaja akan menjadi pribadi yang diinginkan masyarakat. Tetapi tentu
saja hal ini tidak dapat hanya dibebankan pada kelompok ataupun geng yang
dimiliki remaja. Karena remaja merupakan individu yang bebas dan masing-masing
tentu memiliki keunikan karakter bawaan dari keluarga. Banyak faktor yang juga
dapat memicu hal buruk terjadi pada remaja.
Seperti yang
telah diuraikan diatas, kelompok remaja merupakan sekelompok remaja dengan
nilai, keinginan dan nasib yang sama. Contoh, banyak sorotan yang dilakukan publik
terhadap kelompok remaja yang merupakan kumpulan anak dari keluarga broken
home. Kekerasan yang telah mereka alami sejak masa kecil, trauma mendalam dari
perpecahan keluarga, akan kembali menjadi pencetus kenakalan dan kebrutalan
remaja.
Tetapi, masa remaja
memang merupakan masa dimana seseorang belajar bersosialisasi dengan sebayanya
secara lebih mendalam dan dengan itu pula mereka mendapatkan jati diri dari apa
yang mereka inginkan.
Hingga, terlepas
dari itu semua, remaja merupakan masa yang indah dalam hidup manusia, dan dalam
masa yang akan datang, akan menjadikan masa remaja merupakan tempat untuk
memacu landasan dalam menggapai kedewasaan.
Ada
beberapa faktor sebagai dasar berlangsungnya suatu proses interaksi antara
lain:
·
Faktor
Imitasi
Setiap
individu yang memiliki sifat kecenderungan untuk melakukan seperti yang
dilakukan orang lain.
·
Faktor
Sugesti
Suatu
proses mempengaruhi individu terhadap individu lain sehingga ia dapat menerima
nrma atau pedoman tingkah laku tertentu tanpa melalui pertimbangan terlebih
dahulu.
·
Faktor
Identifikasi
Suatu
kecenderungan yang tanpa disadari untuk menyamakan diri atau bertingkah laku
yang sama dialakukan seperti pihak lain.
·
Faktor
Simpati
Suatu
kecenderungan sikap merasa dekat dan tertarik untuk mengadakan hubungan saling
mengerti dan berkerjasama dri individu terhadap individu yang lain.