• Tentang Karyatulisku
  • Kerjasama
  • Kontak
Senin, Maret 20, 2023
  • Login
No Result
View All Result
Karyatulisku
  • Home
  • Admin Guru
  • Penelitian
    • All
    • Contoh Penelitian
    • Judul Penelitian
    • Metode Penelitian
    • Penelitian Kualitatif
    • Penelitian Kuantitatif
    • Variabel Penelitian
    Contoh Judul Skripsi Akuntansi Terlengkap

    Contoh Judul Skripsi Akuntansi Terlengkap

    Kumpulan Judul Skripsi Jurusan Manajemen

    Kumpulan Judul Skripsi Jurusan Manajemen

    Memahami Uji Validitas dalam Penelitian

    Memahami Uji Validitas dalam Penelitian

    Cara Menulis Kata Pengantar Skripsi dan Contohnya

    Cara Menulis Kata Pengantar Skripsi dan Contohnya

    Apa Itu Prototype dan Bagaimana Contohnya

    Apa Itu Prototype? dan Bagaimana Contohnya?

    Cara Menentukan Variabel dalam Penelitian

    Cara Menentukan Variabel dalam Penelitian

  • Informasi
  • Inspirasi
  • Kuliah
Karyatulisku
  • Home
  • Admin Guru
  • Penelitian
    • All
    • Contoh Penelitian
    • Judul Penelitian
    • Metode Penelitian
    • Penelitian Kualitatif
    • Penelitian Kuantitatif
    • Variabel Penelitian
    Contoh Judul Skripsi Akuntansi Terlengkap

    Contoh Judul Skripsi Akuntansi Terlengkap

    Kumpulan Judul Skripsi Jurusan Manajemen

    Kumpulan Judul Skripsi Jurusan Manajemen

    Memahami Uji Validitas dalam Penelitian

    Memahami Uji Validitas dalam Penelitian

    Cara Menulis Kata Pengantar Skripsi dan Contohnya

    Cara Menulis Kata Pengantar Skripsi dan Contohnya

    Apa Itu Prototype dan Bagaimana Contohnya

    Apa Itu Prototype? dan Bagaimana Contohnya?

    Cara Menentukan Variabel dalam Penelitian

    Cara Menentukan Variabel dalam Penelitian

  • Informasi
  • Inspirasi
  • Kuliah
No Result
View All Result
Karyatulisku
No Result
View All Result
Home Kuliah

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

24 Agustus 2022
in Kuliah, Metode Penelitian, Penelitian, Tak Berkategori
Reading Time: 24 mins read
A A
607
SHARES
10.1k
VIEWS
Share on WhatsappShare on Telegram

BAB  IV

Validitas dan
Reliabilitas Instrumen

Tujuan
Umum:

Setelah
mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang Validitas dan
Reliabilitas.

Tujuan Khusus:

1.
Agar mahasiswa dapat arti dan jenis dari
validitas.

2.
Agar mahasiswa dapat menjelaskan kegunaan
validitas.

3.
Agar mahasiswa dapat menghitung validitas
instrumen.

4.
Agar mahasiswa dapat arti dan jenis dari
reliabilitas.

5.
Agar mahasiswa dapat menjelaskan kegunaan
reliabilitas.

6.
Agar mahasiswa dapat menghitung reliabilitas
instrumen.

BAB  III

Validitas dan
Reliabilitas Instrumen

A.      Validitas

Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep
yang diukur, sehingga betul‑betul mengukur apa yang seharusnya di­ukur. Sebagai
contoh,  ingin mengukur kemampuan siswa
da­lam matematika. Kemudian diberikan soal dengan kalimat yang pan­jang dan
yang berbelit‑belit sehingga sukar ditangkap maknanya. Akhimya siswa tidak
dapat menjawab, akibat tidak memahami per­tanyaannya. Contoh lain, peneliti
ingin mengukur kemampuan berbi­cara, tapi ditanya mengenai tata bahasa atau
kesusastraan seperti puisi atau sajak. Pengukur tersebut tidak tepat (valid).
Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan pe­nelitian.
Instrumen yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan
valid untuk tujuan yang lain.

Contoh variabel prestasi belajar dan motivasi bisa diukur oleh
tes ataupun oleh kuesioner. Caranya juga bisa berbeda, tes bisa dilak­sanakan
secara tertulis atau bisa secara lisan. Ada tiga jenis validitas yang sering
digunakan dalam penyusunan instrumen, yakni validitas isi, validitas bangun
pengertian
dan validitas ramalan.

(a) Validitas
isi

Validitas isi
berkenaan dengan kesanggupan instrumen mengukur isi yang harus diukur. Artinya,
alat ukur tersebut mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak
diukur. Misalnya tes hasil belajar bidang studi IPS, harus bisa mengungkap isi
bidang studi tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyusun tes yang
bersumber dari kurikulum bidang studi yang hendak diukur. Di samping kurikulum
dapat juga diperkaya dengan melihat/mengkaji buku sumber. Sungguhpun demikian
tes hasil belajar tidak mungkin dapat mengungkap semua materi yang ada dalam
bidang studi ter­tentu sekalipun hanya untuk satu semester. Oleh sebab itu
harus diambil sebagian dari materi dalam bentuk sampel tes. Sebagai sampel maka
harus dapat mencerminkan materi yang terkandung dari seluruh materi bidang
studi. Cara Yang ditempuh dalam menetapkan sampel tes adalah memilih konsep‑konsep
yang esensial dari materi yang di dalamnya. Misalnya menetapkan sejumlah konsep
dari setiap pokok bahasan yang ada. Dari setiap konsep dikem­bangkan beberapa
pertanyaan tes (lihat bagan). Di sinilah pen­tingnya peranan kisi‑kisi sebagai
alat untuk memenuhi validitas isi.

TES HASIL
BELAJAR

Bidang studi   : ………………..

Semester          : ………………..

Kelas                :
………………..

Pokok
bahasan untuk satu semester sesuai dengan kurikulum

Konsep atau

materi

esensial

Jumlah

perta-

nyaan

Jenis tes

abilitas

yang

diakui

Pokok
bahasan 1

1.1 ………………

3 soal

pilihan
ganda

Aplikasi dan
seterusnya

Pokok
bahasan 2

1.2 ………………

2 soal

Aplikasi dan
seterusnya

Pokok
bahasan 2

2.1 ………………

2 soal

2.2 ………………

3 soal

Pokok
bahasan 3

3.1 ………………

3 soal

3.2 ………………

2 soal

dan seterusnya

Dalam hal
tertentu tes yang telah disusun sesuai dengan kurikulum (materi dan tujuannya)
agar memenuhi validitas isi, peneliti atau pemakai tes dapat meminta bantuan
ahli bidang studi untuk mene­laah apakah konsep materi yang diajukan telah
memadai atau tidak, sebagai sampel tes. Dengan demikian validitas isi tidak
memerlukan uji coba dan analisis statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka­-angka.

(b) Validitas
bangun pengertian (Construct validity)

Validitas
bangun atau bangun pengertian (Construct validity) berke­naan dengan
kesanggupan alat ukur mengukur pengertian‑pengertian yang terkandung dalam
materi yang diukurnya. Pengertian‑pe­ngertian yang terkandung dalam konsep
kemampuan, minat, sebagai variabel penelitian dalam berbagai bidang kajian
harus jelas apa yang hendak diukurnya. Konsep‑konsep tersebut masih abstrak,
memer­lukan penjabaran yang lebih spesifik, sehingga mudah diukur. Ini berarti
setiap konsep harus dikembangkan indikator‑indikatomya. Dengan adanya indikator
dari setiap konsep maka bangun pengertian akan nampak dan memudahkan dalam
menetapkan cara pengukuran. Untuk variabel tertentu, dimungkinkan penggunaan
alat ukur yang beraneka ragam dengan cara mengukurnya yang berlainan.

ArtikelTerkait

Cara Menyusun BAB 3 Skripsi dengan Baik dan Benar

Contoh Instrumen Penelitian dan Penjelasannya Secara Lengkap

Contoh Kerangka Teoritis Penelitian dan Cara Membuatnya

Memahami Cara Membuat Flowchart yang Benar

Menetapkan
indikator suatu konsep dapat dilakukan dalam dua cara, yakni (a) menggunakan
pemahaman atau logika berpikir atas dasar teori pengetahuan ilmiah dan (b)
menggunakan pengalaman empiris, yakni apa yang terjadi dalam kehidupan nyata.

Contoh: Konsep mengenai “Hubungan Sosial”, dilihat
dari pengalaman, indikatornya empiris adalah keterkaitan dari

–
bisa bergaul dengan orang lain

–
disenangi atau banyak teman‑temannya

–
menerima pendapat orang lain

–
tidak memaksakan pendapatnya

–
bisa bekerja sama dengan siapa pun

–
dan lain‑lain.

Mengukur
indikator‑indikator tersebut, berarti mengukur bangun pengertian yang terdapat
dalam konsep hubungan sosial. Contoh lain: Konsep sikap dapat dilihat dari
indikatornya secara teoretik (deduksi teori) antara lain keterkaitan dari

–
kesediaan menerima stimulus objek sikap

–
kemauan mereaksi stimulus objek sikap

–
menilai stimulus objek sikap

–
menyusun/mengorganisasi objek sikap

–
internalisasi nilai yang ada dalam objek sikap.

Apabila hasil
tes menunjukkan indikator‑indikator tes yang tidak berhubungan secara positif
satu sama lain, berarti ukuran tersebut tidak memiliki validitas bangun
pengertian. Atas dasar itu indikatornya perlu ditinjau atau diperbaiki kembali.
Cara lain untuk menetapkan validitas bangun pengertian suatu alat ukur
adalah menghubungkan (korelasi) antara alat ukur yang dibuat dengan alat ukur
yang sudah baku/standardized, seandainya telah ada yang baku. Bila
menunjuk­kan koefisien korelasi yang tinggi maka alat ukur tersebut memenuhi
validitasnya.

(c) Validitas
ramalan (predictive validity)

Validitas
ramalan artinya dikaitkan dengan kriteria tertentu. Dalam validitas ini yang
diutamakan bukan isi tes tapi kriterianya, apakah alat ukur tersebut dapat
digunakan untuk meramalkan suatu ciri atau perilaku tertentu atau kriteria
tertentu yang diinginkan. Misal­nya alat ukur motivasi belajar, apakah dapat
digunakan untuk meramal prestasi belajar yang dicapai. Artinya terdapat
hubungan yang positif antara motivasi dengan prestasi. Dengan kata lain dalam
validitas ini mengandung ciri adanya relevansi dan keajegan atau ketetapan (reliability).
Motivasi dapat digunakan meramal prestasi bila skor‑skor yang diperoleh dari
ukuran motivasi berkorelasi positif dengan skor prestasi. Validitas ramalan ini
mengandung dua makna. Pertama validitas jangka pendek dan kedua jangka panjang.
Validitas jangka pendek, artinya daya ramal alat ukur tersebut hanya untuk masa
yang tidak lama. Artinya, skor tersebut berkorelasi pada waktu yang sama.
Misalnya, ketetapan (reliability) terjadi pada semester dua artinya daya ramal
berlaku pada semester dua, dan belum tentu ter­jadi pada semester berikutnya.
Sedangkan validitas jangka panjang mengandung makna skor tersebut akan
berkorelasi juga di kemudian hari. Mengingat validitas ini lebih menekankan
pada adanya korelasi, maka faktor yang berkenaan dongan persyaratan terjadinya
korelasi harus dipenuhi. Faktor tersebut antara lain hubungan dari konsep dan
variabel dapat dijelaskan berdasarkan pengetahuan ilmiah, mini­mal masuk akal
sehat dan tidak mengada‑ada. Faktor lain adalah skor yang dikorelasikan
memenuhi linieritas. Ketiga validitas yang dijelas­kan di atas idealnya dapat
digunakan dalam menyusun instrumen pe­nelitian, minimal dua validitas, yakni
validitas isi dan validitas ba­ngun pengertian. Validitas isi dan bangun
pengertian mutlak diperlu­kan dan bisa diupayakan tanpa melakukan pengujian
secara statis­tika.

B.       Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur adalah ketetapan atau keajegan alat
tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya, kapan pun alat ukur
tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama. Contoh paling nyata
adalah timbangan atau meteran. Hal yang sama terjadi untuk alat ukur suatu
gejala, tingkah laku, ciri atau sifat individu dan lain‑lain. Misalnya alat
ukur prestasi belajar seperti tes hasil belajar, alat ukur sikap, kuesioner dan
lain‑lain, hendaknya meneliti sifat ke­ajegan tersebut.

Tes hasil belajar dikatakan ajeg apabila hasil pengukuran
saat ini menunjukkan kesamaan hasil pada saat yang berlainan waktunya, terhadap
siswa yang sama. Misalnya siswa kelas V pada hari ini di tes kemampuan
matematik. Minggu berikutnya siswa tersebut di tes kembali. Hasil dari kedua
tes relatif sama. Sungguhpun demikian masih mungkin terjadi ada perbedaan hasil
untuk hal‑hal tertentu akibat faktor kebetulan, selang waktu, terjadinya
perubahan panda­ngan siswa terhadap soal yang sama. Jika ini terjadi, kelemahan
ter­letak dalam alat ukur itu, yang tidak memiliki kepastian jawaban atau
meragukan siswa. Dengan kata lain derajat reliabilitasnya masih rendah.

Di lain pihak perbedaan hasil pengukuran bukan disebabkan
oleh alat ukurnya, melainkan kondisi yang terjadi pada diri siswa. Misal­nya
fisik siswa dalam keadaan sakit pada waktu tes yang pertama, motivasi pada
waktu tes pertama berbeda dengan motivasi tes pada berikutnya.

Atas dasar itu perbedaan hasil pengukuran pertama dengan
hasil pengukuran berikutnya bisa teijadi akibat perubahan pada diri subjek yang
diukur dan atau oleh faktor yang berkaitan dengan pemberian tes itu sendiri.
Hal ini tidak mengherankan dan sudah umum terjadi, yang sering dinyatakan
dengan sebutan/istilah kesalahan peng­ukuran. Ini berarti, skor hasil
pengukuran yang pertama dan skor hasil pengukuran kedua terhadap subjek sama,
dimungkinkan ter­jadinya kesalahan pengukuran disebabkan oleh dua faktor di
atas. Oleh karenanya setiap skor hasil pengukuran menghasilkan dua bagian,
yakni hasil pengukuran pertama yang disebut skor sejati dan hasil pengukuran
berikutnya terhadap subjek yang sama, yang me­ngandung hasil skor plus
kesalahan pengukuran.

Komponen skor sejati dan skor yang mengandung kesalahan
pengukuran dinyatakan dalam suatu persamaan matematis sebagai berikut:

X  =b + s,

dengan:

X = skor
yang diamati

b   = skor
sejati

s   =
kesalahan pengukuran

Dalam suatu
penelitian skor yang diamati adalah skor sejati ditambah skor kesalahan
pengukuran sehingga variansi skor yang diamati X2 adalah variansi
skor sejati Tb2 ditambah variansi skor kesalahan Ts2 atau
Tx2 = Tb2 + Ts2.

Indeks reliabilitas alat ukur dalam suatu penelitian dapat
dicari dengan mengkorelasikan skor‑skor yang diperoleh dari hasil peng­ukuran
yang berulang‑ulang pada waktu yang berbeda, atau dengan kelompok pertanyaan
yang sepadan. Prosedur ini dilakukan dengan cara memberikan tes dua kali kepada
subjek yang sama pada waktu yang berbeda. Cara kedua adalah membagi alat ukur
(tes) menjadi dua bagian yang sama atau yang setarap untuk melihat keajegan tes
tersebut. Cara yang pertama dikenal dengan tes ulang (test retest) dan
cara kedua dikenal dengan pecahan sebanding/setara.

a.       Reliabilitas
tes ulang

Tes ulang (test‑retest)
adalah penggunaan alat ukur terhadap subjek yang diukur, dilakukan dua kali
dalam waktu yang berlainan. Misal­nya tes hasil belajar matematika untuk siswa
SD kelas V, diberikan hari ini, lalu diperiksa hasilnya. Seminggu kemudian tes
tersebut diberikan lagi pada siswa yang sama dan hasilnya diperiksa. Hasil
pengukuran yang pertama kemudian dikorelasikan dengan hasil pe­ngukuran yang
kedua untuk mendapatkan koefisien korelasinya (r). Koefisien korelasi ini
disebut koefisien reliabilitas tes ulang, yang hasilnya akan bergerak dari ‑
1,0 sampai + 1,0. Bila koefisien reliabilitas mendekati angka 1,0 merupakan
indeks reliabilitas tinggi. Artinya hasil pengukuran yang pertama relatif sama
dengan hasil pengukuran yang kedua. Dengan kata lain alat ukur tersebut memiliki
tingkat keajegan atau ketetapan (reliabel). Untuk pengukuran ilmu‑ilmu sosial
dan pendidikan indeks reliabilitas 0,75 sudah dianggap cukup mengingat sifat
dan ilmu sosial dan pendidikan ber­beda dengan ilmu‑ilmu eksakta.

Jarak atau selang waktu antara pengukuran pertama
dengan pengukuran kedua sebaiknya tidak terlalu dekat dan juga tidak ter­lalu
jauh. Jika terlalu dekat/pendek, hasil pengukuran banyak dipengaruhi oleh
ingatan siswa tentang jawaban yang diberikan pada pe­ngukuran yang pertama,
bukan karena keajegan alat ukurnya. Sebaliknya jika selang waktu pengukuran
pertama dengan peng­ukuran kedua terlalu lama, bisa terjadi adanya perubahan
penge­tahuan dan pengalaman siswa sehingga mempengaruhi koefesien re­liabilitasnya.
Asumsi yang digunakan dalam tes ulang ialah karak­teristik yang diukur oleh
alat ukur tersebut stabil sepanjang waktu, sehingga jika ada perubahan skor
hasil kedua pengukuran lebih di­sebabkan kesalahan alat ukur. Cara tes ulang (test‑retest)
banyak di­gunakan dalam menetapkan atau menentukan tingkat reliabilitas
alat ukur dalam penelitian sosial dan pendidikan.

b.       Reliabilitas
pecahan setara

Reliabilitas
bentuk pecahan setara tidak dilakukan pengulangan pengukuran kepada subjek yang
sama tetapi menggunakan hasil dari bentuk tes yang sebanding atau setara yang
diberikan kepada subjek yang sama pada waktu yang sama pula. Dengan demikian
diperlukan dua perangkat alat ukur yang disusun sedemikian rupa agar memiliki
derajat kesamaan atau kesetaraan baik dari segi, isi, tingkat kesu­karan alat
ukur, abilitas yang diukur, jumlah pertanyaan, bentuk pertanyaan dan segi‑segi
teknis lainnya. Yang berbeda hanyalah per­tanyaan. Bila penyusun kesetaraan
alat ukur bisa dicapai seoptimal mungkin maka koefisien reliabilitas dari
prosedur ini dianggap paling baik dibandingkan dengan prosedur tes ulang. Namun
kesulitannya terletak dalam menyusun perangkat alat ukur yang benar‑benar me­ngandung
derajat kesetaraan tinggi.

c.       Reliabilitas
belah dua

Reliabilitas
belah dua mirip dengan reliabilitas pecahan setara ter­utama dari
pelaksanaannya. Dalam prosedur ini alat ukur diberikan kepada kelompok subjek
cukup satu kali atau satu saat. Butir‑butir soal dibagi dua bagian yang
sebanding, biasanya membedakan soal nomor genap dengan soal nomor ganjil.
Setiap bagian soal diperiksa hasilnya, kemudian skor dari kedua bagian tersebut
dikorelasikan untuk dicari koefisien korelasinya. Mengingat korelasi tersebut
hanya berlaku separuh tidak untuk seluruh pertanyaan, maka koefisien korelasi
yang didapatkannya tidak untuk seluruh soal, tapi hanya se­paruhnya. Oleh sebab
itu koefisien korelasi belah dua perlu diubah ke dalam koefisien korelasi untuk
seluruh soal dengan menggunakan rumus ramalan Spearmen Brown:

Contoh:
Koefisien korelasi belah dua adalah 0,60

Dari contoh di
atas terjadi peningkatan koefisien korelasinya, setelah dilakukan pengubahan.
Assumsi yang digunakan dalam prosedur be­lah dua adalah kedua bagian alat ukur
itu pararel, sekalipun sering keliru atau tidak benar. Akibat adanya pengubahan
koefisien relia­bilitas, prosedur belah dua cenderung menunjukkan koefisien re­liabilitas
yang tinggi daripada prosedur tes ulang dan pecahan setara. Oleh sebab itu
penggunaan belah dua harus lebih berhati‑hati. Prosedur ini digunakan bila alat
ukur mengandung atau terdiri dari banyak item, item relatif berat/sukar (power
test), materi yang diuji cukup komprehensif sehingga memungkinkan penyusunan
dua soal untuk satu permasalahan yang sama untuk memenuhi belah dua.

d.      Kesamaan
rasional

Di samping cara‑cara
yang dijelaskan di atas ada prosedur meng­hitung reliabilitas tanpa melakukan
korelasi dari dua pengukuran atau pecahan setara dan belah dua. Cara tersebut
adalah kesamaan rasional. Prosedur ini dilakukan dengan menghubungkan setiap
butir dalam satu tes dengan butir‑butir lainnya dan dengan tes itu sendiri
secara keseluruhan. Salah satu cara yang sering digunakan adalah menggunakan
rumus Kuder-Rechardson atau KR 21.

Rumusnya:

Misalnya disusun tes
sebanyak 80 soal. Setelah diberikan kepada sejumlah siswa dalam kelas tertentu,
lalu dicari nilai rata‑rata dan simpangan bakunya. Misalnya diperoleh nilai
rata‑rata 60 dan simpangan bakunya 8. Dengan rumus di atas maka:

Uraian ukuran
reliabilitas yang telah dijelaskan di atas dapat dipertimbangkan oleh peneliti,
cara mana yang paling tepat digunakan ber­gantung pada peneliti. Pertimbangan
tersebut, antara lain sifat va­riabel yang diukur, jenis alat ukur, jumlah
subjek yang diukur, serta hasil‑hasil pengukuran yang diharapkan sesuai dengan
tujuan penelitian.

BACA JUGA

Cara Membuat Skripsi yang Baik dan Benar : Panduan Lengkap Menyusun Skripsi

Contoh Kata Pengantar dalam Makalah, Laporan Praktikum, Penelitian dan Skripsi

Cara Membuat Daftar Isi Manual dan Otomatis Pada Ms. Word Lengkap Dengan Contoh Daftar Isi

Cara Membuat Judul Penelitian Kuantitatif yang Baik dan Benar (Contoh Judul Penelitian Kuantitatif)

Contoh Daftar Pustaka Buku, Skripsi, Internet, Jurnal, Surat Kabar dan Makalah

Pengertian Variabel dan Contohnya : Variabel Bebas, Terikat, Moderator, dan Kontrol

Contoh Hipotesis Penelitian Skripsi (Hipotesis Deskriptif, Hipotesis Komparatif dan Hipotesis Asosiatif)

Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif : Wawancara, Angket, dan Observasi 100% LENGKAP

Cara membuat rumusan masalah yang baik pada proposal skripsi

Langkah-Langkah dan Contoh Membuat Latar Belakang Proposal Skripsi

Langkah-Langkah menghitung Validitas Soal Pilihan Ganda Dengan Excel

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Cara Membuat Judul Karya ilmiah, Proposal, Skripsi

Cara Membuat Latar Belakang Skripsi, penelitian, atau KTI

Contoh Instrumen Penelitian dan Penjelasannya Secara Lengkap

Tags: CARA MEMBUAT PROPOSALKuliahMetode PenelitianPenelitianPROPOSAL
SendShareShare243Tweet152
Next Post
Langkah-Langkah menghitung Validitas Soal Pilihan Ganda Dengan Excel

Langkah-Langkah menghitung Validitas Soal Pilihan Ganda Dengan Excel

Teknik Pengumpulan Data (Wawancara, Angket dan Observasi)

Teknik Pengumpulan Data (Wawancara, Angket dan Observasi)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular News

  • BAB 2 Skripsi Format dan Cara Penulisannya

    BAB 2 Skripsi : Format dan Cara Penulisannya

    1467 shares
    Share 587 Tweet 367
  • 6 contoh populasi dan sampel penelitian pada skripsi kualitatif dan kuantitatif

    15189 shares
    Share 6076 Tweet 3797
  • 5 Contoh Essay Singkat dan Cara Menyusun Essay

    1419 shares
    Share 568 Tweet 355
  • Cara Menentukan Variabel dalam Penelitian

    767 shares
    Share 307 Tweet 192
  • Contoh Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian : Cara membuat Tujuan dan Manfaat Penelitian yang baik dan Benar

    19161 shares
    Share 7664 Tweet 4790

Connect with us

  • Tentang Karyatulisku
  • Kerjasama
  • Kontak

© 2021 Karyatulisku.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kuliah
  • Penelitian
  • Admin Guru
  • Informasi
  • Inspirasi

© 2021 Karyatulisku.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In