Kali ini karyatulisku.com akan membahas topik artikel tentang teknik pengumpulan data.
Jika kita melakukan penelitian, ada dua hal yang menjadi atau mempengaruhi hasil penelitian.
Kedua hak tersebut yaitu kuaalitas instrumen penelitian dan kualitas dari oengumpulan data. Kualitas instrumen adalah kualitas dari alat yang kita gunakan untuk mengumpulkan data.
Kualitas instrumen berkenaan dengan validitas dan reliabilitas. sementara kualitas dari pengumpulan data berkaitan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan dalam mengumpulkan data.
Sebelum mulai untuk mengumpulkan data, lebih baik coba untuk memahami proses dari penelitian itu sendiri, silahkan simak pada artikel berikut ini.
PENGERTIAN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF : PERBEDAAN PROSES PENELITIAN KEDUANYA
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: interview (wawancata), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan dari ketiganya. Lah selanjutnya saya akan menjelaskan satu per satu dari keempat cara yang dapat dilakukan dalam pengumpulan data.
1. Interview (Wawancara)
![]() |
Wawancara |
Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si
penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview
guide (panduan wawancara). Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab
dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk
suatu penelitian. Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan
percakapan sehari-hari adalah antara lain:
- Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal
sebelumnya. - Responden selalu menjawab pertanyaan.
- Pewawancara selalu bertanya.
- Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi
harus selalu bersifat netral. - Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat
sebelumnya. - Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.
Wawabcara digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan-permasalahan yang harus diteliti. Selain itu wawancara juga digunakan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil.
Untuk melakukan wawancara, ada anggapan yang harus atau perlu dipegang yaitu:
- Bahawa subyek atau responden adalah yang paling tau tentang dirinya sendiri.
- Bahwa yang idinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah hal yang sebenar-benarnya.
- Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimasksud oleh peneliti.
Wawancara dapat dilakukan dengan berbagai cara. Wawancara juga dapat dibendakan menjadi wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara
terstruktur lebih sering digunakan dalam penelitian survey atau
penelitian kuantitatif, walaupun dalam beberapa situasi, wawancara
tersetruktur juga dalam penelitian kualitatif. Wawancara bentuk ini
sangat terkesan seperti interogasi karena sangat kaku, dan pertukaran
informasi antara peneliti dengan subyek yang diteliti sangat minim.
Dalam melakukan wawancara tersetruktur, fungsi peneliti sebagian besar
hanya mengajukan pertanyaan dan subyek penelitian hanya bertugas
menjawab pertanyaan saja. Terlihat adanya garis yang tegas antara
peneliti dengan subyek penelitian. Selam proses wawancara harus sesuai
dengan pedoman wawancara (guideline interview) yang telah dipersiapkan.
Beberapa ciri-ciri wawancara terstruktur adalah sebagai berikut:
1. Dafatar pertanyaan dan kategori jawaban terlah dipersiapkan
Dalam wawancara
tersetruktur, daftar pertanyaan sudah tertulis dalam form pertanyaan
serta dengan kategori jawaban yang telah disediakan. Biasanya dalam
bentuk pedoman wawancara. Peneliti hanya tinggal membacakan pertanyaan
yang telah tertulis, sementara subyek penelitian hanya tinggal menjawab
sesuai dengan jawaban yang telah disediakan.
2. Kecepatan wawancara terkendali
Karena jumlah
pertanyaan dan jumlah pilihan jawaban sudah tersedia,dan kemungkinan
jawaban yang akan diperoleh sudah dapat diperediksi, tentu saja waktu
dan kecepatan wawancara dapat terkendali dan telah diperhitungkan
sebelumnya oleh peneliti. Peneliti dapat melakukan simulasi terlebih
dahulu sebelum melakukan wawancara, dan mencatat waktu yang dibutuhkan
selama wawancara tersebut.
3. Tidak ada fleksibilitas (pertanyaan atau jawaban)
Fleksibilitas
terhadap pertanyaan atau jawaban hamper tidak ada. Peneliti tidak perlu
lagi membuat pertanyaan lain dalam proses wawancara karena semua
pertanyaan yang dibuat sudah disimulasikan terlebih dahulu dan biasanya
sudah “fix” ketika turun kelapanga. Begitu juga dengan jawaban.
4.
Mengikuti Pedoman/Guideline Wawancara (dalam urutan pertanyaan,
penggunaan kata dan kalimat, pilihan jawaban dan tidak improvisasi)
Pedoman
wawancara mencakup serangkaian pertanyaan beserta urutannya yang telah
diatur dan disesuaikan dengan alur pembicaraan. Tidak diperkenankan
menggunakan Bahasa atau kata-kata yang tidak tertulis dalam pedoman
wawancara.
5. Tujuan wawancara biasanya untuk mendapatkan penjelasan tentang suatu fenomena
Wawancara
tersetruktur biasanya digunakan dalam rangka untuk mendapatkan
penjelasan saja dari suatu fenomena atau kejadian, dan bukan tujuan
untuk memahami fenomena tersebut. Karena alasan tersbut biasanya
wawancara terstruktur lebih sering digunakan dalam penelitian survey
atau kuantitatif ketimbang penelitian kualitatif walaupun wawancara
tersetruktur juga bias digunakan dalam penelitian kualitatif.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancar, maka pengumpulan data juga dapat melengkapi diri dengan menggunakan alat-alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan atau material material lain yang dibutuhkan.
b. Wawacara Tidak Terstruktur
Jenis wawancara
yang ketiga adalah wawancara tidak tersetruktur. Hampir mirip dengan
bentuk wawancara semi tersetruktur, hanya saja wawancara semi
tersetruktur memiliki kelonggaran dalam banyak hal termasuk dalam
pedoman wawancara. Salah satu kelemahan wawancara tidak tersetruktur
adalah pembicaraan akan mudah menjadi “ngalor-ngidul” dengan batasan
yang kurang tegas. Untuk sebuah penelitian kualitatif, kami tidak
menyarankan untuk menggunakan wawancara jenis wawancara tidak
tersetruktur karena kurang terfokus pada apa yang akan digali.
Penggalian akan bersifat meluas, bukan mendala. Wawancara tidak
tersetruktur lebih tepat digunakan dalam konteks wawancara santai dengan
tujuan yang tidak terlalu terfokus, konteks talk-show, kontek seminar
atau kualiah umum, dan konteks lainnya yang bertujuan untuk mencari
keluasan bahasam. Wawancara tidak tersetruktur memiliki ciri-ciri
seperti dibawah ini.
1. Pertanyaan yang diajukan bersifat sangat terbuka, jawaban subyek bersifat meluas dan bervariasi
Peneleliti
dapat berimprovisasi sebebas-bebasnya dalam bertanya dengan membentuk
pertanyaan yang sangat terbuka, hampir tidak ada pedoman yang digunakan
sebagai kontrol. Demikian pula pada halnya dengan jawaban dan
subyek/interviewee, dapat sangat luas bervariasi. Batasan pertanyaan pun
tidak tegas sehingga sangat memungkinkan pembicaraan akan meluas.
2. Kecepatan wawancara sulit diprediksi
Layaknya
mengobrol santai, kecepatan waktu wawancara lebih sulit diprediksi
karena sangat tergantung dari alur pembicaraan yang kontrolnya sangat
fleksibel dan lunak. Akhir dari wawancara tidak terstruktur juga
terkadang tidak mendapatkan kesimpulan yang cukup jelas dan mengrucut.
3. Sangat Fleksibel ( dalam hal pertanyaan maupun jawaban)
Pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti/interviewer dan jawaban yang diperoleh dari
subyek penelitian/interviewee sangat fleksibel. Bahkan terkesan seperti
ngobrol santai “ngalor-ngidul”. Jika peneliti yang memilih bentuk
wawancara ini belum berpengalaman atau yang memiliki jam terbang yang
kurang, maka akan mengalami kedala dalam merumuskan tema serta menarik
kesimpulan wawancara. Maka dari itu jika peneliti masih belum cukup
pengalaman sebaiknya tidak menggunakan bentuk wawancara tidak
terstruktur.
4.
Pedoman wawancara (guideline interview) sangat longgar urutan
pertanyaan, penggunaan kata, alur pembicaraan, dan lain sebagainya.
Hampir sama
seperti wawancara semi tersetruktur, dalam wawancara tidak terstruktur
pedoman wawancara tetap masih diperlukan. Hanya saja, wawancara semi
terstruktur, masih terdapat tema-tema yang dibuat sebagai kontrol atau
pembicaraan yang mengacu pada satu tema sentral, pada pedoman wawancara
tidak terstruktur tidak terdapat topik-topik yang mengatur alur
pembicaraan, tetapi hanya terdapat tema sentral saja yang digunakan
peneliti/interviewer sebagai kontrol alur pembicaraan selama wawancara
berlangsung.
5. Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui suatu fenomena
Dalam hal
tujuan, terdapat kesamaan dengan wawancara semi terstruktur yaitu untuk
memahami suatu fenomena, hanya dalam kedalaman pembahasan dan
pengendalian data tidak seakurat wawancara semi terstruktur sehingga
bentuk wawancara semi terstruktur kurang sesuai untuk digunakan dalam
penelitian kualitatif.
2. Kuesioner (Angket)
![]() |
Angket |
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kuesioner merupakan alat riset atau
survey yang terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis, bertujuan
mendapatkan tanggapan dari kelompok orang terpilih melalui wawancara
pribadi atau melalui pos, daftar pertanyaan. Menurut
Sugiyono (2011), angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukkan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui dengan
pasti variabel yang akan diukur dan tahu yang tidak bisa diharapkan dari
responden. Angket sebagai teknik pengumpulan data sangat cocok untuk
mengumpulkan data dalam jumlah besar. Definisi lainnya dari angket
adalah seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subjek penelitian
untuk dijawab sesuai dengan keadaan subjek yang sebenarnya. Yang dapat dijaring
dengan menggunakan kuesioner adalah hal-hal mengenai diri responden, dengan
asumsi bahwa respondenlah yang paling mengetahui tentang dirinya dan
pengalamannya sendiri, bahwa apa yang dinyatakan oleh responden kepada peneliti
adalah benar, bahwa penafsiran subjek terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti. Justru
anggapan-anggapan inilah yang menjadi kelemahan dari metode angket. Karena
dalam kenyataan responden dapat memberikan keterangan-keterangan yang tidak sesuai
dengan kenyataan yang sebenarnya.
Menurut
Uma Sekaran sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono (2007:163), ada
beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data,
yaitu prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan fisik
Prinsip penulisan angket menyangkut beeberapa faktor antara lain:
- Isi
dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk
mengukur, maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban. - Bahasa
yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak
mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa inggris
pada responden yang tidak mengerti bahasa inggris. - Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau tertutup.
- Pertanyaan tidak mendua artinya pertanyaan tidak mengandung dua arti yang akan menyulitkan responden.
- Tidak menanyakan yang sudah lupa atau tidak menanyakan pertanyaan yang menyebabkan responden berpikir keras.
- Pertanyaan tidak menggiring responden.
- Pertanyaan
tidak boleh terlalu panjang atau terlalu banyak. Kalau terlalu panjang
atau banyak, akan menyebbkan responden merasa jenuh untuk mengisinya. - Urutan pertanyaan dimulai dari yang umum sampai ke spesifik, atau dari yang mudah menuju ke yang sulit, atau di acak.
Prinsip pengukuran memuat seperangkat uji coba instrument.
Artinya,
sebelum menyebarkan angket, perlu dilakukanbeberapa percobaan sehingga
selain diketahui validitas dan realibilitasnya, juga akan diperoleh
estimasi waktu pengerjaan, tingkat kesulitan dan berbagai hal lainnya.
Penampilan fisik merupakan salah satu daya tarik dan keseriusan
responden dalam mengisi angket.
Namun tentu saja, angket yang bagus
terkesan resmidan memerlukan biaya uang lebih besardibanding angket yang
di cetak di atas kertas seadanya.
Jenis –jenis
angket (kuesioner)
1. Angket
terbuka dan tertutup
Angket terbuka atau open
ended questionnaire memberi kesempatan kepada responden untuk memberi
jawaban secara bebas dengan menggunakan kalimatnya sendiri. Misalnya:
Bagaimana pendapat anda kalau :
- Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus? . . . .
- Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran pilihan? . . . .
Untuk
menjawab pertanyaan ini responden bebas menggunakan kalimatnya sendiri.
Angket
tertutup atau closed questionare,
Angket tertutup adalah angket yang jawabanya
telah disediakan, responden tinggal memilih jawaban yang sesuai. Misalnya:
Bagaimana pendapat anda kalau :
1). Pelajaran bahasa Inggris
diberikan di SD?
A.
sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju
2).
Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus?
A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju
3).
Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran pilihan?
A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju
Untuk
menjawab pertanyaan ini responden tinggal memilih jawaban mana yang dianggap
sesuai atau benar.
Angket semi terbuka
Merupakan angket yang pertanyaan atau pernyataanya
memberikan kebebasan pada respondenya untuk memberikan jawaban dan pendapat
menurut pilihan-pilihan jawaban yang telah disediakan.
b. Angket
langsung dan tidak langsung
Angket
langsung kalu responden ditanya mengenai dirinya, pengalamanya, keyakinanya
atau diminta untuk menceritakan tentang dirinya sendiri. Misalnya :
- Apakah Anda suka belajar
Matematika? - Apakah Anda pernah mengikuti
PKG? - Metode apa yang Anda gunakan
untuk mengajar membaca?
Sebaliknya
angket tak langsung jika responden diminta untuk memberikan jawaban tentang
orang lain. Misalnya angket yang diberikan kepada kepala sekolah yang
menanyakan tentang keadaan guru disekolah yang dipimpimnya.
Menurut pendapat Anda apakah
- Guru matematika di sekolah ini
disukai siswanya? - Guru matematika di sekolah ini
dapat mengajar dengan baik?
3. Observasi
![]() |
Observasi atau Pengamatan |
Observasi atau pengamatan
adalah salah satu metode dalam pengumpulan data saat membuat sebuah
karya tulis ilmiah. Nawawi dan Martini mengungkapkan bahwa observasi
adalah pengamatan dan juga pencatatan sistematik atas unsur-unsur yang
muncul dalam suatu gejala atau gejala-gejala yang muncul dalam suatu
objek penelitian. Hasil dari observasi tersebut akan dilaporkan dalam
suatu laporang yang tersusun secara sistematis mengikuti aturan yang berlaku.
Sedangkan menurut Prof. Heru, observasi
adalah studi yang dilakukan secara sengaja dan sistematis, terarah dan
terencana pada tujuan tertentu dengan mengamati dan mencatat
fenomena-fenomena yang terjadi dalam suatu kelompok orang dengan mengacu
pada syarat-syarat dan aturan penelitian ilmiah. Dalam suatu karya
tulis ilmiah, penjelasan yang diutarakan harus tepat, akurat, dan
teliti, tidak boleh dibuat-buat sesuai keinginan hati penulis.
Ada 2 indra yang diutamakan di dalam melakukan pengamatan, yaitu telinga
dan mata. Kedua indra tersebut harus benar-benar sehat. Dalam melakukan
pengamatan, mata lebih dominan dibandingkan dengan telinga. Mata ini
memiliki kelemahan yaitu mudah letih. Untuk mengatasi kelemahan yang
bersifat biologis tersebut, maka perlu melakukan hal-hal berikut.
1. Dengan menggunakan kesempatan yang lebih banyak untuk melihat data-data.
2. Dengan menggunakan orang lain untuk turut sebagai pengamat (observers).
3. Dengan mengambil data-data sejenis lebih banyak.
Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan yang bersifat psikologis, yaitu :
1. Dengan meningkatkan daya penyesuaian (adaptasi).
2. Dengan membiasakan diri.
3. Dengan rasa ingin tahu.
4. Dengan mengurangi prasangka.
5. Dengan memiliki proyeksi.
Dalam observasi diperlukan ingatan terhadap observasi yang telah
dilakukan sebelumnya. Karena manusia memiliki sifat pelupa, maka
diperlukan catatan-catatan (check-list), alat-alat elektronik
seperti kamera, video dan sebagainya; lebih banyak menggunakan pengamat;
memusatkan perhatian pada data-data yang relevan; mengklasifikasikan
gejala dalam kelompok yang tepat; menambah bahan persepsi mengenai objek
diamati.
Alat bantu yang dipergunakan di dalam observasi antara lain, yaitu daftar riwayat kelakuan (anecdotal record); catatan berkala; daftar catatan (check list); rating scale, yaitu pencatatan gejala menurut tingkatannya; alat-alat optik elektronik.
Tingkat kecermatan observasi sangatlah dipengaruhi oleh faktor
prasangka dan keinginan observee; terbatasnya kemampuan pancaindra dan
ingatan; terbatasnya wilayah pandang, yaitu kecenderungan observe
menaruh perhatian dengan membandingkannya kepada kejadian lainnya;
kemampuan observer dalam menangkap hubungan sebab akibat; kemampuan
menggunakan alat bantu; ketelitian pencatatan; pengertian observer
terhadap gejala yang diukur.
Jenis-Jenis Observasi
Jenis jenis observasi, sebagai berikut :
1. Jenis Observasi Partisipasi
Pengertian Observasi Partisipasi adalah observasi yang dilakukan dengan
observer terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti.
Keadaan yang sebaliknya disebut nonobservasi partisipasi. Sedangkan
kehadiran observer yang berpura-pura disebut kuasi observasi
partisipasi.
2. Jenis Observasi Sistematis atau Observasi Berkerangka
Pengertian Observasi Sistematis adalah observasi yang sudah ditentukan
terlebih dahulu kerangkanya. Kerangka tersebut memuat faktor-faktor yang
akan diobservasi menurut kategorinya.
3. Jenis Observasi Eksperimen
Pengertian Observasi Eksperimen adalah observasi yang dilakukan terhadap
situasi yang disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang
dicobakan.
Sekian dari informasi ahli mengenai pengertian observasi dan jenis jenis
observasi, semoga tulisan informasi ahli mengenai pengertian observasi
dan jenis jenis observasi dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Makasih artikel nya membantu. Mantsp. Lanjutkan
Apa sih itu True dan False pada bahasa pemograman python