Sebelum kita membuat atau melihat contoh dari penelitian ini, alangkah lebih baik dari kita untuk mengetahui langkah-langkah atau proses penelitian kuantitatif. Anda dapat membaca artikel Langkah-Langkah Penelitian Kuantitatif 99% langsung paham
BACA JUGA
Download 101+ Contoh Skripsi Teknik Informatika (PDF) dan Tips Membuat Judul Skripsi
[SPSS] Cara Menggunakan SPSS untuk Mengolah Data Statistika
5+ Cara Download Jurnal Internasional dengan GRATIS di Sciencedirect, Library Genesis, dan SCI-HUB
Contoh Penelitian TIndakan Kelas PAUD : Peningkatan Keterampilan Bicara Anak Usia 3-4 Tahun
Download Kumpulan Contoh Skripsi Penelitian dan Pengembangan (R&D) Jurusan PGSD
Contoh Judul Skripsi Kualitatif PGSD Tahun 2016 (Download Filenya Dengan Sekali KLIK)
Download Contoh PTK SD Lengkap Kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 MUDAH DOWNLOAD 1 x KLIK!!
Download 101 Contoh Skripsi Penelitian Kuantitatif (PDF) PGSD Dengan Sekali KLIK!!!
Download Contoh Skripsi Pendidikan PGSD Lengkap FIle PDF Sekali KLIK
100 Contoh Judul Penelitian Kualitatif PGSD Berkualitas! dan Cara Membuat Judul Penelitian
CONTOH PROPOSAL SKRIPSI KUANTITATIF PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH
Perhatikan, Contoh Proposal Skripsi Kuantitatif Berikut ini!
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A
MATCH TERHADAP HASIL BELAJARMATA PELAJARAN MATEMATIKAMATERIKELIPATAN
DAN FAKTOR BILANGANKELASIVSD NEGERIMLATIHARJO01 SEMARANG
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses terjadinya pendewasaan yang terjadi
akibat pembiasaan pola asuh yang ditanamkan, mendewasakan anak dan berlangsung
terus menerus, hal senada diungkapkan Suyanto (2010:13)
Pola asuh merupakan suatu sistem atau cara pendidikan, pembinaan yang diberikan
oleh seseorang kepada orang lain. Jadi pendidikan anak merupakan pijakan bagi
seseorang untuk mencapai proses pembiasaan alam kehidupan sehari-hari baik itu
dalam lingkungan keluarga maupun sekolah dan unsur-unsur yang saling
berhubungan yang dapat mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan yang ditunjukkan
dengan hasil belajar yang memuaskan. Menurut Uno (2006:21)
hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu; keefektifan,
efesiensi dan daya tarik. Maka hasil belajar merupakan pencerminan dari
kesuksesan atau ketercapaian tujuan belajar yang tertuang dalam proses
pembelajaran yang standar isinya telah ditentukan oleh pemerintah, maka
pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam
mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah
merumuskan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan
bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama
yaitu:
“Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab” (Pasal 3 UU RI No 20/ 2003).
Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga
penerapan pendidikan harus diselengggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan
Nasional berdasarkan UU No 20/ 2003. Sebagai timbal baliknya pembelajaran
secara sistematis diajarkan kepada siswa agar
terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas.
Usaha yang dilakukan agar hasil belajar maksimal yaitu dengan memperhatikancaramengajar yang benar.
Menurut Solihatin (2012:12) Guru harus memiliki keterampilan mengajar, mengelola tahapan
pembelajaran, memanfaatkan metode, menggunakan media dan mengalokasikan waktu.
Maka guru harus mempunyai kompetensi agar pembelajaran dalam kelas menjadilebihefektif sehingga hasil
belajarbisa maksimaldan dapat melebihi Kriteria Ketuntasan Maksimal
(KKM)yang sudah di tentukan sekolah.
Berdasarkan pengamatanyang dilakukan peneliti di SD
Negeri Mlatiharjo 01 Semarang terdapat masalah yang timbul berkaitan dengan Pembelajaran
pada Kelas IV, keaktifan siswa masih kurang, hal ini tercermin dariinteraksi guru dengan siswa yang
belum maksimal karena guru dominan menggunakan model pembelajaran konvensional yang kurang menstimulus
siswa untuk berpendapat di ruangan kelas, baik itu guru dengan siswa, siswa
dengan guru maupun siswa dengan siswa. Berdasakan observasi yang dilakukan peneliti di SD
Negeri Mlatiharjo 01 Semarang Kelas IV,pembelajaran matematika yang dilakukan guru merupakan pembelajaran konvensional
yang meminta siswa untuk belajar sendiri tanpa bimbingan dari guru, ketika ada
bimbinganpun siswa langsung diminta untuk menghafalkan materi kelipatan dan
faktor bilangan. Padahal mata pelajaran matematika merupakan belajar konsep dan
bermakna, bukan pembelajaran konvensional (hafalan).Siswa pada proses pembelajaran
menjadikan guru sebagai tokoh sentral, artinya sumber belajar hanya terdapat
pada ceramah guru, guru dengan model konvensional memberikan doktrin mata
pelajaran dengan sedikitvariasi belajar, terkadang dalam pembelajaran guru menggunakan model
pembelajaran kelompok, tetapi tidak maksimal dalam interaksi siswa dengan guru,
guru hanya memberikan tugas kelompok tanpa adanya arahan atau bimbingan baik
secara kelompok maupun individu, hal ini memberikan efek kurangnyavariasi pembelajaran sehingga siswa
menjadi malas untuk meperhatikan pembelajaran.
Dari masalah yang telah
disebutkan diatas maka akibat yang tampak yaitu pada hasil belajarsiswa
yang kurang memuaskandankurang dari KKM kelas IV SD Negeri Mlatiharjo 01
Semarang.Dari permasalahan
yang timbul di SD Negeri Mlatiharjo 01 Semarang maka perlu solusi yang sesuai
dengan prinsip pembelajaran aktif. Guru sebagaifasilitator yang memegang kunci
keberhasilan tujuan pembelajaran, Suprijono (2013:12) Guru bertindak sebagai “panglima”,
guru dianggap paling dominan, dan guru dipandang sebagai orang yang paling
mengetahui. Berdasarkan masalah yang ada
pada siswa Kelas I SD Negeri Mlatiharjo 01 Semarang,maka guru hendaknya memilihmodelpembelajaran yang tepat,
memberikan penyajian mata pelajaran yang menarik, membuat siswa aktif dalam
suasana kelompok yang bertujuan adanya interaksi sosial antara gurudengansiswa, siswadenganguru dan siswadengansiswa, sehingga pembelajarantidak
berpusat pada guru, namunberpusat pada siswa. Suprijono (2013:13) Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan
fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Selain itu
memperhatikan pendekatan yang mampu menstimulus setiap siswa dalam mengaitkan mata
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari karena pada hakekatnya mata pelajaranmatematikaberhubungan dengan kehidupan
manusia secara umum, yang tidak bisa lepas dari hitung menghitung
dari yang sederhana hingga yang kompleks.Untuk itu model pembelajaran yang disarankan peneliti yaitumenggunakan model pembelajaran Make A Match,siswa dibagikan kartu yang telah ada soal atau jawabannnya. Dengan
bimbingan guru siswa mengamati pertanyaan atau jawaban yang tepat dalam mencari
pasangannya, kemudian berkelompok (empat sampai enam siswa) sesuai yang telah
ditentukan.Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah kegiatan siswa dalam
menyelesaikan soal sehingga tidak menghambat siswa lain, serta
siswa yang lebih unggul dapat mencontohkan cara yang digunakan untuk
menyelesaikan soal yang diberikan.
Selain model pembelajaran,
pendekatan pembelajaran juga mempunyai arti yang cukup penting kaitannya dengan
strategi dalam proses pembelajaran. Solihatin (2012:3) Strategi pembelajaran adalah
komponen umun dari suatu mata pelajaran dan prosedur pembelajaran yang akan
digunakan bersama-samadalam menangani permasalah pembelajaran yang
ada.
Dalam hal ini untuk membuat model
pembelajaran lebih efektif lagi maka peneliti menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual. Suprijono (2013:81) pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu
peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial
dan budaya masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkansiswa masih kurang memahami pembelajaran mata
pelajaran matematika karena siswa banyak yang tidak sesuai gaya belajarnya,
model pembelajarannya, metode pembelajaran yang digunakan. Bagaimana cara kita
untuk menarik
siswa agar lebih memahami lagi konsep kelipatan dan faktor bilangan dalan mata
pelajaran matematika, jadi penulis dapat memilihpenggunaanmodel pembelajaran Make
A Matchdapat dijadikan satu
modelyang inovatifuntuk digunakan mengembangkan konsep siswa dan melatih siswa dalam
materi kelipatan dan faktor bilangan dalam mata pelajaran matematika,danpenulis
memilihmetode pembelajaran yang cukup
bermanfaat serta berpengaruhpadahasil belajarsiswa kelas IV SD Negeri Mlatiharjo 01 Semarang,yaitu
beberapa metode yang membuat siswa aktif, seperti metode ceramah interaktif,
metode diskusi, tanya jawab, unjuk kerja, dan metode lainnya,maka dari
itupenulis tertarik untuk membuat
penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match Terhadap Hasil BelajarMata Pelajaran Matematika Materi kelipatan dan
faktor bilangan PadaSiswa Kelas IV SD Negeri Mlatiharjo 01 Semarang”
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Siswa kurang berani dalam mengemukakan pendapat.
2. Siswa menganggap Pembelajaranmatematikamerupakan hafalanyang tidak bermakna.
3. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional dalamsetiap pelajaran
mata pelajaran matematika.
4. Hasil belajar siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM)
C. Pembatasan Masalah
Masalah yangdibatasidalam proposal ini adalah:
1. Penelitian terbatas pada
model pembelajaran kooperatif tipeMake A Match.
2. Sasaran penelitian
terbatas pada hasil belajar.
D.
RumusanMasalah
Berdasarkanpembatasan masalahdi atas, makapenulisdapatmerumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh penggunaanmodel pembelajaran Make A Matchterhadap hasil belajar mata pelajaran
matematikamateri kelipatan dan faktor bilanganpada siswa kelas IVSDNegeriMlatiharjo 01 Semarang?
E. Tujuan Penelitian
Dari
rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui ada atau tidaknyapengaruh penggunaanmodel pembelajaran Make A Matchterhadap hasil belajar mata pelajaran
matematika materikelipatan dan faktor bilanganpada siswa kelas IV SD Negeri Mlatiharjo
01 Semarang?
F. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat
dari penelitian ini, diantara lain:
1. Manfaat Bagi Siswa
a. Siswa mendapat pengalaman baru dengan diterapkannya model pembelajaran Make A Match.
b.
Siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
c. Memudahkan siswa dalam memahamimatapelajaranmatematika materikelipatan dan faktor bilangan.
d. Terbentuknya sikap kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.
e.
Dapat terciptanyasuasana pembelajaran yang
kondusifdan
bermakna.
2. Manfaat Bagi Guru
a. Guru dapat mengembangkan kemampuan dalam menerapkan model pembelajaran Make A Match.
b. Guru tidak menjadi fokus
pembelajaran, namun siswa yang menjadi fokusnya. (guru sebagai fasilitator
pembelajaran)
c. Menambah ilmu guru
dalam membuat pembelajaran menjadi lebih kondusif dan bermakna.
3. BagiSekolah
a. Dapat
meningkatkan mutu sekolah.
b. Dapat meningkatkan
peringkat sekolah
Contoh Lain Penelitian Kuantitatig :
Penerapan Media Papan Lempar Terhadap Hasil Belajar Matematika (Peneitian Kuantitatif)
G.
Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar mata pelajaran
matematika materikelipatan dan faktor bilanganpada siswa kelas IV SD Negeri Mlatiharjo 01
Semarang.
2. Variable bebas
Dalam penelitian ini variabel
bebasnya adalah pengaruh model Make A Macth.
H.
KajianTeori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian
Belajar
Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya
adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya (Suprijono,
2013:9-11).
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam
pengertian belajar meliputi perubahan terjadi secara teratur, perubahan dalam
belajar bersifat kontinu dan jungsional, perubahan dalam belajar bersifat
posotif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan
dalam belajar bertujuan atau terarah, perubahan mencangkup seluruh aspek
tingkah laku (Slameto, 2010:2).
Menurut Dimyati ( 2009:8)
terdapat banyak teori belajarSkinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu
perilaku dari sipembelajar yang menghasilkan respon yang lebih
baik, sebaliknya pada saat ia tidak belajar maka responnya menurun.
Menurut Gagne belajar adalah seperangkat
proses kognitif sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan
informasi, menjadi kapabilitas baru. Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga
komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian
belajar adalah suatu perubahan tingkah laku dan pengetahuan seseorang menjadi
lebih baik secara keseluruhan yang didukung faktor pengalaman dan lingkungan.
b.
HasilBelajar
Solihatin (2012:6) mengemukakanpendapat Briggsbahwa
hasil belajar adalah perilaku yang dapat diamati dan menunjukkan kemampuan yang
dimiliki seseorang. Sedangkan menurut Soediharto mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat
penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Hasilbelajar merupakan pecerminan dari
proses pembelajaran yang meliputi aspek sikap, kognitif dan motorik seperti
pendapat Briggs mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 5 kategori ,yaitu
keterampilan intelektual, stategi kognitif, informasiferbal,
keterampilan motorik dan sikap
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan perubahan tingkah laku berupa pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang diperoleh pembelajar setelah menerima pengalaman belajarnya.
Maka untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal perlu adanya
interaksi antara guru dan siswa secara masksimal dan penggunaan model
pembelajaran yang bervariasi karena
pada dasarnya menurut Solihatin (2012:5) hasil
belajar merupakan suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru
sebagai akibat dari pelatihan.
Menurut Suprijono (2013:5-6)
Hasil belajar berupa:
1) Informasiferbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,baik lisan maupun tertulis.
2) Keterampilan
intelektual yaiu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
3) Strategi
Kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya
sendiri.
4) Ketersmpilsn
motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi, sehingga terwujud gerak jasmani.
5) Sikap adalah
kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek
tersebut.
Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dicapai bagi siswa Kelas IV
SD Negeri Mlatiharjo 01 Semarang berupa kemampuan kognitif, afektif, psikomotoryang berhubungan dengan mata pelajaran matematika materi kelipatan
dan faktor bilangan.
c.
Prinsipbelajar
Belajardapatdiartikan
sebagai proses perubahan tingkah laku, akibat
interaksi individudengan lingkungan. Belajar dapat dipandangsebagai hasil, bila guru memandang bentuk terakhir dari berbagaipengalaman interaksi edukatif
Belajardapat dipandang sebagai proses, bila guru
memandang apa yang terjadi selama siswa
menjalani pengalaman-pengalaman edukatif. Dalam kegiatan belajar terdapat
prinsip-prinsip belajar.
MenurutSuprijono (2013:4) Prinsip-prinsip belajar antara lain:
Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki
ciri-ciri:
1)
Sebagai hasil
tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.
2)
Kontinu atau
berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
3)
Fungsional atau
bermanfaat sebagai bekal hidup.
4)
Positif atau
berakumulasi
5)
Aktif atau
sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
6)
Permanen atau
tetap.
7)
Bertujuan dan
terarah.
8)
Mencakup
keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang
dinamis, konstruktif dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari
berbagai komponen belajar.
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
Menurut Dimyati
(2009: 42-46) prinsip-prinsip belajar tersebut yaitu:
1)
Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Menurut Berliner,
dalam Dimyati (2009: 48) perhatian dalam pelajaran akan timbul pada siswa apabila
bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran dirasa
sebagai sesuatau yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut akan
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari akan membangkitkan motovasi untuk
belajar. Apabila perhatian ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan
perhatiannya. Disamping perhatian motovasi mempunyai peranan penting dalam
kegiatan belajar. motovasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada
mobil ( Berliner, 1984: 372)
Motovasi
mempunyai kaitan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadadap bidang
studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motovasinya
untuk mempelajari bidang studi tersebut.
2)
Keaktifan
Anak
mempunyai dorongan berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri.
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan
kepada orang lain. Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut
apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus
datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah (Devies, 1937: 31)
3)
Keterlibatan langsung / Berpengalaman
Belajar
yang paling benar adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar
melalui pengalaman lansung siswa tidak sekedar megamati secara langsung tetapi
ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya.
4)
Pengulangan
Prinsip
belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah yang dikemukakan oleh
Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada
manusia yang terdiri dari daya pengamat, menangkap, mengingat, menghayal
merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan melakukan pengulangan maka daya-daya
tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi
tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan
akan menjadi sempurna.
Lihat Juga :
Cara membuat rumusan masalah yang baik pada proposal skripsi
Langkah-Langkah dan Contoh Membuat Latar Belakang Proposal Skripsi
2.
ModelPembelajaraanKooperatif
a.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu pola
atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar
yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
Model pembelajaran yang dimaksud
adalah yang bisa meningkatkan kemampuan akademik, melatih kemampuan berbicara,
sekaligus menanamkan moralitas kepada peserta didik.
Menurut
Weil model pembelajaraan adalah suatau rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum rencana pelaksanaan jangka panjang, merancangan
bahan-bahanpelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas
atau yang lain. (Rusman,2011:133)
b.
Pengertian Model PembelajaranKooperatif
Cooperatif learningatau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkanpahamkonstruktivisme. Juga merupakan setrategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni, 2010:11).
Pembelajaran kooperatif menggalakkan
siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan
pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam,
sesuai dengan falsafah konstruktivisme.
Dengan demikian pendidikan hendaknya mampu mengkondisikan, dan memberikan
dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa,
menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreatifitas), sehingga akan menjamin
terjadinya dinamika didalam proses pembelajaran. Didalam teori konstruktivismeini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang dihadapkan
pada masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya, kemudian menemukan
bagan-bagan yang lebih sederhana atau keterampilan yang diharapkan. Berdasarkan
peneltian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran
anak (Ratna, 1988: 181 dalam Rusman, 2010:201).
MenurutIsjoni
( 2010:12
). Cooperatif learning adalah suatu
model pembelajarandimanasiswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil secara
kolaborasi yang anggotannya 4-6 orang
dengan setruktur kelompok heterogen
MenurutHasandalam Solihatin ( 2012:4 ) Cooperatif learning mengandung
pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
Cooperatif learningmengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja
sama atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur
dalam kelompok, anggota terdiri dari dua orang atau lebih dimanakeberhasilandalam
bekerjasama di pengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu
sendiri ( Solihatin, 2012:4)
Pembelajaran kooperatif dapat
dijelaskan dalam beberapa perspektif yaitu:
1. Perspektif motovasi
artinya penghargaan yang diberikan kelompok yang dalam kegiatannnya salang membantu
untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok.
2. Perspektif
sosial artinya melalui kooperatif siswa akan saling membantu dalam belajar
karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.
3. Perspektif
perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat
mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi
(Sanjaya, 2006:242 dalam Rusman, 2010:207).
Karakteristik atau ciri-ciri
pembelajaran kooperatif sebagai berikut, Pembelajaran secara tim, didasarkan
pada menejemen Kooperatif, kemauan untuk bekerja, keterampilan bekerja sama
(Rusman, 2010:207)
Berdasarkandefinisi-definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa cooperatif learning
mengarahkan siswa untuk berinteraksi secara aktif dan positif di dalam
kelompok. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa
pendekatan (aktif dan kooperatif) yang diasumsikan mampu meningkatkan proses
dan hasil belajar siswa. Sehingga hasil suatu model pembelajaran yang mungkin
siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Siswa dibebaskan untuk mencari
sumber belajar yang relevan.
Kegiatan demikian memungkinkan siswa
berinteraksi aktif dengan lingkungan dan kelompoknya, sebagai manusia yang
mengembangkan pengetahuannnya. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus
diterapkan lima unsur model pembelajaran
gotong royong, yaitu: saling ketergantungan positif, tangungjawab perseorangan,
tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi antar kelompok.
c.
Model Pembelajaran KooperatifTipe Make A Match
Model pembelajaran Make AMatchadalah suatu tipe model pembelajaran konsep. Model pembelajaran ini
mengajak peserta didik mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui
suatu permainan kartu pasangan (Komalasari, 2010: 85).http://weblogask.blogspot.com/2012/09/model-pembelajaran-make-match.html
7-12-2014, 07:33.
1) Langkah – langkah pembelajaranKooperatif Tipe
Make A Match
Langkah langkah
model pembelajaran kooperatif
tipe Make A Match (membuat
pasangan) ini adalah sebagai berikut.
a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi
beberapa konsep/ topik yang cocok untuk sesi
review( satu sisi
kartu soal dan satu sisi berupa kartu jawaban),
b) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan
jawaban atau soal dari kartu yang dipegang,
c) Siswa mencari pasangan, yang mempunyai kartu
yang cocok dengan kartunya (kartu soal/ jawaban), siswa yang dapat mencocokan
kartunya sebelum batas waktu diberi point.
d) Setelah satu babak dicocokkan lagi agar tiap
siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
2)
Keunggulan dan kekurangan pembelajaranKooperatif Tipe
Make A Match
Ada beberapa keunggulan dari model pembelajaran Make A Match seperti yang dikemukakan oleh Lie (dalam Isjoni 2010:112) bahwa:
a)
Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses.
b)
Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
c)
Munculnya dinamika gotong royong yang merata di
seluruh siswa.
Selain
memiliki keunggulan, model pembelajaran Make
A Match juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya, sebagai berikut:
a)
Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan
pembelajaran.
b)
Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu
kelas lain.
c)
Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
3.
Hipotesis
Berdasarkan teori diatas maka dapat
disusun hipotesis sebagai berikut:
H1 : Adapengaruh
penggunaanmodel pembelajaranMake
A Matchterhadap hasil belajarmata pelajaran matematika
materikelipatan
dan faktor bilanganpada siswa kelas IVSDNegeriMlatiharjo
01 Semarang.
H0 : Tidak ada pengaruh penggunaanmodel pembelajaranMake A Matchterhadap hasil elajar mata pelajaran matematika materikelipatan
dan faktor bilanganpada siswa kelas IVSDNegeriMlatiharjo
01 Semarang.
H1 :Ada perbedaan hasil belajarmata pelajaran matematika materikelipatan dan faktor bilanganyang diajar menggunakanmodel pembelajaran Make A Matchdengansiswa yang diajar menggunakan
model pembelajarankonvesional?
H0 : Tidakada perbedaan hasil belajarmata pelajaran matematika materikelipatan dan faktor bilanganyangdiajar menggunakanmodel pembelajaran Make
A Match dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajarankonvensional?
NEWS!!!!
Download 101 Contoh Skripsi Penelitian Kuantitatif (Pdf) Dengan Sekali KLIK
Download Contoh Skripsi Pendidikan PGSD Lengkap File PDF Sekali KLIK
Download Contoh PTK SD Lengkap Kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6 Mudah Download 1 x Klik
J. Metodologi Penelitian
1.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan alam penelitian ini yaitu
eksperimen. Sugiyono (2013:107) Dengan demikian penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai
metode penilitan yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Dalam penelitian ini menggunakan design true experimental yaitu pretest-Posttest
Only Control group Design. Terdapat 2 kelompok yang dipiliih, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperiment yaitu
pembelajaran yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran Make A Match dan kelompok kontrol mendapatkan perlakuan dengan model
pembelajarankonvensional.
2.
Tempat Dan Waktu Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IVASD
Negeri Mlatiharjo 01 dansiswa Kelas IV BSD
NegeriMlatiharjo01 Semarang.
Tempat penelitian di SD Negeri Mlatiharjo 01 Semarang dan waktu penelitian adalah
awal pembelajaran baru.
3.
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat duavariabel,
yaknivariabel bebas danvariabel
terikat.
a. Variabel bebas
Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaranMake A Match.
b.
Variabel terikat
Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajarmata pelajaran matematika materi kelipatan dan faktor
bilangan.
4.
Populasi, Sampel dan Sampling
a. Populasi
Menurut Arikunto (2010: 173) Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Peneliti dalam proses penilitan harus menentukan populasi sebagai
objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh
siswa Kelas IV SD Negeri Mlatiharjo 01 Semarang yang masih tercatat aktif
sebagai siswa di sekolah selama penelitian ini dilakukan.
b. Sampel
MenurutArikunto
(2010: 174) Jika kita hanya akan meneliti sebagia dari populasi, maka
penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel dalam penelitan ini yaitu
Kelas IV sebagai kelas kontrol sebanyak
18siswa dan kelas eksperiment sebanyak 18siswa.
Kelompok
eksperimen adalah kelompok siswa yang mendapat perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran Make A Matchyakni
sebanyak 18siswa. Sedangkan untuk kelompok
kontrol adalah kelompok yang mendapat perlakuan denganmodelkonvensional.
5.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan dua teknik dalam pengumpulan data,
yaitu metode dokumentasi dan penggunaan test.
a.
Metode
dokumentasi
MenurutArikunto
(2010:274)
metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atauvariabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, longger, agenda, dan sebagainya. Dalam penelitian ini untuk mengetahui kondisi
awal subjek yang diteliti. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan
peneliti dengan cara meminta data awal nilai hasil belajar siswa pada semester
sebelumnya.
b. Penggunaan tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan, untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan,sikap dankemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok (Arikunto, 2010: 193).
Ada dua jenis test dalam penelitian ini yaitu pre-test dan post-test. Pre-test digunakan untuk mengukur kemampuan
awal siswa, sedangkan post-test
mengukur kemampuan siswa setelah diberimodel pembelajaran Make A Match.
6.
Instrumen Penelitian
a.
Bentuk tes
Tes yang digunakan adalah ulangan harian yang berupa soal-soal pilihan
ganda.
b.
Metode Penyusunan Perangkat Tes
Penyusunan perangkat tes dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1) Membuat kisi-kisi soal.
2) Menentukan tipe soal.
3) Menentukan jumlah butir soal.
4) Menentukan waktu mengerjakan soal.
5) Melakukan pembatasan mata pelajaran yang diujikan.
6) Menuliskan petunjuk mengerjakan soal.
7) Membuatkunci jawaban, dan penentuan skor.
8) Mengujicobakan instrument.
9) Menganalisis hasil uji coba dalam halvaliditas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
10) Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah dilakukan.
11) Menulis butir soalyang sudah diuji.
7.
Teknik Analisis Data
a.
Analisis data
Data
yang didapat dari hasil penelitian adalah berupa angka yang didapatkan dari
hasil posttest kepada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Pada analisis dilakukan uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji t.
1)
Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada
suatu kelas berdistribusi normal atau tidak..
2)
Uji Homogenitas
Pada tahap ini, akan diuji homogenitas dari kelas eksperimendan kelas kontroldengan menggunakan data dari nilai ujian siswasemester sebelumnya.Uji kesamaan varians ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kelompok dalam
sampel memiliki varians yang sama atau tidak.
3)
Uji Hipotesis 1
Untuk menguji
hipotesis pertama pada penelitian ini digunakan uji linieritas atau uji
pengaruh yaitu untuk mengetahui adanya pengaruhmodelpembelajaranMake A Matchterhadap hasil belajar mata
pelajaran matematika materikelipatan dan faktor bilanganpada siswa kelas IV SD Negeri Mlatiharjo 01 Semarang.
4)
Uji Hipotesis 2
Uji ini untuk mengetahui rata-rata hasil belajar
antara kelaskontroldan kelas
eksperimen. Uji ini menggunakan uji t pihak kanan.
d. Kerangka berpikir
Berdasarkan
rumusan masalah dan solusi yang diberikan, alur kerangka berpikir dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Terimakasih Contoh nya
Terimakasih kembali mas. Sudah berkunjung.
Terima kasih bos atas postingannya