BAB
II
PEMBAHASAN
- PENGUMPULAN
DATA
1.
Pengertian Pengumpulan Data
Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai
proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai
fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup
penelitian. Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti
dalam upaya mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan penelitian (untuk penelitian kualitatif), atau menguji hipotesis
(untuk penelitian kuantitatif).
Merujuk pada pengertian di atas, betapa pentingnya
pengumpulan data dalam proses penelitian. Tanpa data lapangan, proses analisis
data dan kesimpulan hasil penelitian, tidak dapat dilaksanakan.
2.
Tujuan Pengumpulan Data
Penelitian dianggap empiris manakala pemelitian
tersebut didukung oleh data-data yang diperoleh dari lapangan (data-data
lapangan). Data-data inilah yang nantinya membedakan antara karya ilmiah non
penelitian seperti makalah, artikel dengan penelitian ilmiah. Dari situ kita
dapat memahami betapa petingnya data-data lapangan untuk disajikan dalam sebuah
penelitian ilmiah.
Untuk memperoleh pengumpulan data tersebut maka
diperlukan pengumpulan data, oleh karena itu sangatlah pengting pengumpulan
data dilakukan. Jadi pengumpulan data ini ditujukan sebagai kegiatan untuk
menggali fenomena, informasi, data lapangan, ataupun obyek penelitian sebagai
dasar empiris dalam analisis data dan penarikan kesimpulan penelitian.
3.
Prinsip-Prinsip Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian sebagai salah satu
bentuk kegiatan ilmiah tentunya tidak dapat dilakukan tanpa dasar, akan tetapi
perlu didasarkan pada sejumlah kaidah atau prinsip yang mendasarinya. Berikut
ini beberapa prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data.
a. Data-data
yang digali atau dikumpulkan harus berdasarkan kondisi obyektif dari lokasi
penelitian, jangan direka atau dikira-kira oleh pemikiran peneliti.
b. Alat
pengumpul data atau instrumen penelitian harus relevan dengan tujuan
penelitian.
c. Pihak-pihak
yang dihubungi atau disebut sampel penelitian (untuk penelitian kuantitatif)
dan subyek penelitian (untuk penelitian kualitatif) harus relevan dengan apa
yang hendak diungkap
d. Prinsip
kerahasiaan (confidencial), dimana nama-nama sampel atau responden penelitian
harus dijamin kerahasiaannya.
4.
Teknik Pengumpulan Data
Ada bermacam-macam cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data, informasi, serta menguji data dan informasi tersbut. Cara-cara
tersebut adalah mengadakan wawancara, mengadakan angket (melalui daftar kuesioner),
mengadakan observasi, penelitian lapangan atau mengadakan penelitian
kepustakaan. (Gorys Keraf,2004 : 181) Berikut penjelasan dari masing-masing
teknik pengumpulan data :
a.
Wawancara
Wawancara
atau interview adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung kepada seorang informan atau seorang autoritas (seorang
ahli atau yang berwenang dalam suatu masalah) (Gorys Keraft, 2004 :182).
Prosedur yang digunakan biasannya, penannya mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan
terlebih dahulu (mempersiapkannya), sesuai dengan topik yang akan dibahas.
Namun ketika dirasa ada informasi yang menarik sipenanya
dapat juga mengajukan pertanyaan
diluar daftar yang telah disiapkan.
Keuntungan
wawancara adalah.
1)
Wawancara
dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis.
2)
Jika ada
pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera menjelaskannya.
3)
Wawancara
dapat mengecek kebenaran jawaban responden denagn mengajukan pertanyaan
pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik responden.
Kerugian
wawancara adalah.
1) Wawancara memerlukan biaya yang
besar untuk perjalanan dan uang harian pengumpulan data.
2) Wawancara hanya dapat menjangkau
jumalah responden yang lebih kecil.
3) Kehadiran pewawancara mungkin
menggangu responden.
b.
Angket
Angket
adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar
pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.
Keuntungan
dari teknik angket adalah.
1)
Angket
dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar karena dapat dikirimkan melalui pos.
2)
Biaya
yang diperlukan untuk membuat angket relatif murah.
3)
Angket
tidak terlalu menggangu respoden karena pengisiannya ditentukan oleh respoden
sendiri sesuai dengan kesedian waktunya.
Kerugian teknik angket.
1)
Jika
angket dikirimkan melalui pos, maka persentase yang dikembalikan relatIf
rendah.
2)
Angket
tidak dapat digunkan untuk respoden yang kurang bisa membaca dan menulis.
3)
Pertanyaan-pertanyaan
dalam angket dapat ditafsirkan salah dan tidak ada kesempatan untuk mendapat
penjelasan
c.
Observasi
dan penelitian lapangan
Observasi
adalah pengamatan langsung pada suatu obyek yang akan diteliti. Sedangkan
penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif
disertai analisis dan pengujian kembali atas semua data yang telah dikumpulkan.
Perbedaan keduanya terletak pada waktu pemerolehan data, dimana observasi dapat
dilakukan dalam suatu waktu yang relative singkat sementara penelitian lapangan
memerlukan waktu yang lebih panjang.
Keuntungan
observasi dan penelitian lapangan adalah.
1)
Data yang
diperoleh adalah data yang segar.
2)
Data yang dikumpulkan melalui observasi dan
penelitian langsung cenderung mempunyai keandalaman yang tinggi.
3)
Keabsahan
alat ukur dapat diketahui secara langsung.
Kerugian observasi adalah:
1) Untuk memperoleh data yang
diharapkan, maka pengamat harus menunggu dan mengamati sampai tingkah laku yang
diharapkan terjadi.
2) Beberapa tingkah laku, bahkan bisa
membahayakan jika diamati.
d.
Penelitian
Pendapat
Melalui
pengamatan penulis sebenarnya sudah bisa membuat suatu kesimpulan atau
pendapat. Namun proses pengamatan itu berlangsung berulang-ulang, sehingga
dapat timbul bermacam-macam pendapat. Pendapat tersebut tentu memiliki ciri
masing-masing. Oleh karena itu perlu adanya pengolahan kembali agar didapat
kesimpulan baru dari pendapat-pendapat terdahulu.
Misalkan
dalam sebuah observasi. Seorang penulis melihat dengan seksama bagaimana
berlangsungnya suatu demonstrasi mengenai kenaikan harga, dari segi observasi
dia harus bisa melihat dengan cermat karena dengan melihat dengan cermat seorang penulis
bisa mendeskripsikannya dengan baik, lebih dari itu penulis bisa menemukan
sebab-sebabnya dan menemukan solusi yang tepat dari masalah tersebut.
e.
Penelitian
Kepustakaan
Sudah banyak
sekali penelitian yang dilakukan oleh manusia, hal ini dadasari oleh keinginan
manusia untuk mengetahui sesuatu yang baru. Namun banyak juga penelitian-penelitian yang luput dari
pengamatan banyak orang. Jadi untuk mengetahu karya –karya tersebut perlu
dilakukan penelitian kembali. Dan untuk melakukan hal tersebut kita dapat
mengadakan penelitian kepustakaan.
Tujuan
dari penelitian kepustakaan ini adalah melatih pengarang atau penulis untuk
mengatasi masalah-masalah penyusunan yang rumit, bagaimana mengekspresikan
semua bahan dari berbagai macam sumber bacaan menjadi suatu karya tulis yang
panjang dan teratur. Serta melalui penelitian kepustakaan akan melatih untuk
membaca secara kritis segala bahan yang dijumpainya.
Dalam
rangka penelitian kepustakaan ada tiga golongan buku yang harus diperhatikan :
1)
Buku
yang memberikan gambaran umum mengenai persoalan yang akan digarap.
2)
Buku
yang harus diaca mendalam dan cermat.
3)
Bahan
bacaan tambahan untuk mengisi yang karya tulis yang masih kurang.
Untuk
mempermudah pencarian bahan kepustakaan, maka terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan :
1)
Mekanisme
Perpustakaan
Walaupun harus diakui bahwa
koleksi tiap perpustakaan bersifat unik, namun mekanisme yang dipakai untuk
menyelidiki buku-buku tersebut bersifat standar. Alat riset dan metode yang
sama dapat digunakan di mana saja. Mekanisme standar yang dipakai pada semua
perpustakaan untuk membantu setiap orang guna mencari bahan yang diperlukan
adalah : kaartu-kartu katalog, buku-buku referensi standar, indeks, dan
lain-lain.
2)
Kartu-kartu
Katalok
Pada setiap perpustakaan
disediakan kartu-kartu katalog yang memuat keterangan tentang buku yang
terdapat dalam perpustakaan itu: Kartu-kartu itu besarnya kira-kira 7,5×12,5
cm, disusun berdasarkan urutan nama-nama pengarangnya secara alfabetis,
kemudian dicantumkan juga judul buku dan pokok uraiannya.
3)
Buku-buku
Referensi
Buku-buku
referensi adalah buku- buku yang dimaksudkan untuk dipakai sebagai penerangan
atau sebagai dasar untuk mencari keterangan yang khusus mengenai pokok- pokok
tertentu.
4)
Buku Katalogus
Adalah
sebuah buku berisi buku-buku yang terdapat diberbagai perpustakaan, sebagai
pelengkap kartu-kartu katalog yang sudah dibicarakan, di atas buk-buku semacam
itu biasanya diterbitkan oleh perpustakaan untuk dikirim ke perpustakaan-perpustakaan
lain yang memerlukannya.
5)
Indeks majalah
Untuk
mencari artikel – artikel yang terdapat di dalam majalah atau publikasi –
publikasi lainnya, maka oleh redaksi biasanya dibuat daftar tentang semua
artikel yang pernah ditulis dalam majalah tersebut dinamakan indeks majalah.
6)
Indeks harian
Pada
umumnya artikel – artikel dalam harian – harian tidak dimasukkan dalam daftar
indeks. Ttetapi ada beberapa harian yang terkenal biasanya membuat indeks bagi
artikel – artikel atau berita – berita yang dimuat dalam harian tersebut.
7)
Kamus Umum
Kamus
Umum merupakan sumber yang paling baik tentang kata – kata umum. Ia memberikan
keterangan tentang maknanya, tentang ejaannya, etimologinya, dsb.sebab itu hal
– hal yang umum sangat mudah dicari dalam Kamus Umum.
8)
Ensiklopedia Umum
Berusaha
memberi artikel – artikel yang obyektif dan dapat dipercaya, serta pokok –
pokok persoalan yang mendapat perhatian umum. Ensiklopedia yang terkenal adalah
: Encylopaedia Britannica, beserta Lembaran Tambahan Tahunan “The Britannica
Book of Year”.
9)
Buku -buku referensi lainnya
Disamping pokok-pokok yang telah
diuraikan di atas, buku buku referensi meliputi juga dokumen-dokumen pemerintah,
buku-buku tahunan, dan buku-buku dari sumber-sumber khusus.
10) Pencatatan Data
Tahap pertama yang dilakukan
adalah membaca secara intensif. Tahap kedua ialah mencatat bahan-bahan yang
dianggap penting. Untuk pencatatan ini sebaiknya menggunakan kartu berukuran 10
x 15 cm. Tiap kartu harus memuat dua hal, yaitu : (1) sumber yang tepat dari
mana catatan itu diambil, dan (2) data atau pendapat yang diperlukan.
- KUTIPAN
1. Pengertian
Kutipan
Kutipan, sebuah kata yang mungkin semua orang belum
mengetahui maksudnya apa. Disini saya akan mengulas sedikit mengenai kutipan.
Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses
pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus,
ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.
Kutipan
adalah pinjaman kalimat atau pendapat seorang pengarang/pembicara/orang
terkenal, yang terdapat dalam buku, acuan lain atau penuturan lisan. Kutipan
ini dapat berupa kutipan langsung dan tidak langsung. Kutipan langsung adalah
pinjaman kalimat atau pendapat seorang pengarang/pembicara/orang terkenal yang
diambil secara lengkap (perkata atau perkalimat) dari sumbernya. Kutipan tidak
langsung adalah pinjaman kalimat atau pendapat seorang
pengarang/pembicara/orang terkenal yang diambil intinya saja,
2. Tujuan
Membuat Kutipan
Tujuan membuat kutipan dalam penulisan-penulisan ilmiah, baik
penulisan artikel-artikel ilmiah, karya-karya tulis, maupun penulisan skripsi
dan disertasi, yaitu seringkali kutipan-kutipan dipergunakan untuk menegaskan
isi uraian, atau untuk membuktikan apa yang dikatakan. Garis besar kerangka karangan, serta
kesimpulan-kesimpulan yang dibuat merupakan pendapat penulis sendiri
Kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapat
penulis.
3. Jenis Kutipan
Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas
kutipan langsung dan kutipan tak langsung (kutipan isi) .Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara
lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Kutipan tak
langsung adalah pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa
inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.
Perbedaan antara kedua jenis kutipan ini harus benar-benar diperhatikan
karena akan membawa konsekuensi yang berlainan bila dirmasukkan dalam teks.
Dalam hubungan ini cara mengambil bahan-bahan dari
buku-buku pada waktu mengumpulkan data, akan sangat membantu. Bila penulis
menganggap perlu memasukkan kutipan yang panjang, maka lebih baik memasukkannya
dalam bagian Apendiks atau Lampiran. Di
samping kutipan yang diambil dari buku-buku atau majalah-majalah, ada pula
kutipan yang diambil dari penuturan lisan. Penuturan lisan ini bisa terjadi
melalui wawancara atau ceramah-ceramah. Namun kutipan semacam ini dalam
karya-karya ilmiah akan kurang nilainya kalau disajikan begitu saja. Agar
nilainya lebih dapat dipertanggung jawabkan, maka harus dimintakan
pengesahannya lagi dari orang yang bersangkutan.
4. Prinsip-Prinsip
Mengkutip
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
membuat kutipan adalah.
a.
Jangan Mengadakan Perubahan
Pada
waktu melakukan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau
teknik dari teks aslinya. Bila pengarang menganggap perlu untuk mengadakan
perubahan tekniknya, maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang
jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu.
b.
Bila Ada Kesalahan
Bila
dalam kutipan terdapat kesalahan atau keganjilan, dalam ejaan maupun dalam
ketatabahasaan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan
itu.Demikian juga halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari
kutipan itu.
Dalam
hal terakhir ini kutipan tetap
dilakukan, hanya jika penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau
catatan terhadap kesalahan tersebut.Perbaikan atau catatan itu dapat
ditempatkan sebagai catatan kaki atau dapat pula ditempatkan dalam tanda kurung
segi empat [ . . . ] seperti halnya dengan perubahan teknik sebagai telah
dikemukakan diatas.Catatan dalam tanda kurung segi empat itu langsung
ditempatkan di belakang kata atau unsure yang hendak diperbaiki,diberi catatan
,atau yang tidak disetujui itu.
c.
Menghilangkan Bagian Kutipan
Dalam
kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan bagian-bagian tertentu dengan
syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak boleh mengakibatakan perubahan
makana aslinya atau makna keseluruhannya.Penghilangan itu biasanya dinyatakan
dengan mempergunakan tiga titik berspasi [ . . . ].Jika unsur yang dihilangkan
itu terdapat pada akhir sebuah kalimat,maka ketiga titik berspasi itu
ditambahkan sesudah titik yang mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan
itu terdiri dari satu alinea atau lebih,maka biasanya dinyatakan dengan titik
berspasi sepanjang satu baris halaman.
5. Cara-Cara Mengutip
Agar tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan
lebih jelas,perhatikanlah cara-cara berikut:
a.
Kutipan Langsung yang Tidak Lebih dari Empat Baris.
Sebuah
kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dari empat baris ketika,akan
dimasukkan dalam teks dengan cara-cara berikut:
1)
Kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks.
2)
Jarak antara baris dengan baris dua spasi.
3)
Kutipan itu diapit dengan tanda kutip.
4)
Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut
penunjukkan setengah spasi ke atas ,atau dalam kurung ditempatkan nama singkat
pengarang,tahun terbit dan nomor halaman kuitipan itu.
Nomor
urut penunjukkan mempunyai pertalian dengan nomor urut penunjuka yang terdapat
pada catatan kaki. Nomor penunjukan ini bisa berlaku berlaku untuk bab, dapat pula berlaku untuk seluruh karangan tersebut. Masing-masing cara tersebut akan
membawa konsekuensi tersendiri. Pada nomor urut penunjukan yang hanya berlaku
pada tiap bab,maka pertama,pada tiap
bab akan dimulai dengan nomor urut 1; kedua
penunjukan yang pertama dalam tiap bab,nama pengarang harus disebut secara
lengkap,sedangkan penunjukan selanjutnya dalam bab tersebut cukup dengan
menyebut nama singkat pengarang,ditambah penggunaan singkatan-singkatan ibid., op. cit., atau loc. Cit.2 Sebaliknya bila
nomor urut penunjukan berlaku untuk
seluruh karangan,maka hanya untuk
penyebutan yang pertama, nama pengarang ditulis secara lengkap;
penyebutan selanjutnya hanya menggunakan nama singkat,dan singkatan-singkatan
sebagaimana disebutkan di atas.
b.
Kutipan Langsung yang Lebih dari Empat Baris
Bila sebuah kutipan terdiri dari lima baris atau
lebih, maka seluruh kutipan itu harus digarap sebagai berikut:
1) Kutipan
itu dipisahkan dari teks dengan jarak 2,5 spasi;
2) Jarak
antara baris dengan baris kutipan satu spasi;
3) Kutipan
itu boleh atau tidak boleh diapit dengan tanda kutip;
4) Sesudah
kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas,atau dalam
kurung di tempatkan nama singkat pengarang,tahun terbit, dan nomor halaman
tempat terdapat kutipan itu;
5) Seluruh
kutipan itu dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan; bila kutipan itu dimulai dengan
alinea baru,maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan lagi 5-7 ketikan.
Kadang
–kadang terjadi bahwa dalam kutipan itu terdapat lagi kutipan.Dalam hal ini dapat ditempuh dua cara:
1) Mempergunakan
tanda kutip ganda [”. . .”] bagian kutipan asli dan tanda kutip
tunggal[‘…’]bagi kutipan dalam kutipan ,atau sebaliknya.
2) Bagi
kutipan asli tidak dipergunakan tanda kutip,sedangkan kutipan dalam kutipan itu
mempergunakan tanda kutip ganda.
c.
Kutipan tak Langsung
Beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk
membuat kutipan tak langsung.
1) Kutipan
itu tidak diintegrasikan dengan teks.
2) Jarak
antar baris dua spasi.
3) Kutipan
tidak diapit dengan tanda kutip.
4) Sesudah
kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas,atau dalam
kurung ditempatkan nama singkat pengarang
,tahun terbit,dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
d.
Kutipan pada Catatan Kaki
Selain dari kutipan yang dimasukkan dalam teks
seperti telah diraikan di atas, (baik kutipan lanmgsung maupun kutipan tak
langsung) ada pula kutipan yang diletakkan pada catatan kaki.Bila cara yang seperti
ini yang dipergunakan, maka kutipan demikian selalu ditempatkan pada spasi
rapat,biarpun kutipan itu singkat saja.Demikian juga kutipan itu selalu
dimasukkan dalam tanda kutip, dan dikutip tepat seperti teks aslinya.
Walaupun di atas telah disampaikan juga bahwa
kutipan yang panjang sekali lebih baik ditempatkan pada Apendiks atau Lampiran
,namun ada juga pengarang yang beranggapan bahwa kutipan semacam itu lebih baik
ditempatkan pada catatan kaki,agar lebih mudah bagi para pembaca untuk
memeriksanya.
e.
Kutipan Atas Ucapan Lisan
Sebenarnya kutipan atas sumber semacam ini sulit
dipercaya,kecuali mungkin ucapan yang disampaikan seorang tokoh yang penting
dalam suatu kesempatan yang luar biasa, serta dapat diikuti okleh masyarakat.
Bila penulis ingin memasukan juga kutipan-kutipan
semacam itu di dalam tulisannya, maka sebaliknya ia memperlihatkan naskah
kutipan itu trlebih dahulu kepada orang yang memberi ketarangan keterangan itu
untuk mendapatkan pengesahannya. Kalau ada kekurangan atau kesalahan dapat diadakan
perbaikan terlebih dahulu oleh yang bersangkutan. Dengan demikian tidak perlu
timbul bantahan atau hal-hal yang tidak
diinginkan di kemudian hari.
Sumber ucapan-ucapan lisan itu dapat dimasukkan
langsung dalam teks, dapat pula dimasukkan dalam catatan kaki seandainya akan
mengganggu jalannya teks itu sendiri.
f.
Variasi
membuat kutipan
Walaupun telah diuraikan secara terperinci
cara-cara membuat kutipan sebagaimana dapat dilihat dalam uraian di atas, namun
perlu kiranya diingat bahwa sebuah pola yang terus-menerus dipakai akan
menimbulkan kebosanan. Sebab itu
pola-pola membuat kutipan akan lebil efektif kalau mengandung variasi; variasi
antara kutipan langsung dan kutipan tak langsung, variasi antara kutipan yang
dimasukkan dalam teks dan kutipan yang dimasukkan dalam catatan kaki. Disamping itu masih ada beberapa cara lain
untuk membuat kutipan-kutipan itu dirasakan lebih mantp. Salah satu cara
(terutama untuk kutipan yang singkat) adalah langsung mulai dengan materi
kutipan hingga perhentian terdekat (bisa koma, frasa yang bebas, bisa juga
titik) disusul dengan sisipan penjelas tentang ucapan atau pendapat itu, untuk
mengetahui siapa yang berkata demikian. Perhentian itu dapat dilakukan sesudah
sebuah kata,dapat pula sesudah sebuah frasa atau kalimat singkat
Baca juga : Perbedaan Kutipan Langsung dan Tidak Langsung