MENYIMAK
A. Pengertian dan Batasan
Dalam bahasa Karo terdapat suatu pemeo yang berbunyi
“Tuhu nge ibegina, tapi idengkehkenna” yang bermakna “memang didengarnya, tapi
tidak disimaknya”.
Antara suami istri dalam rumah tangga atau antara
muda-mudi pada masa pacaran sering terdengar main-main atau selong tetapi
sebenarnya bermakna dalam, yang berbunyi: “Abang sih, main-main saja. Kalau
abang cinta sama adik, jangan hanya mendengar isi hati adik, tetapi harus juga
menyimaknya”.
Pada orang tua sering pula kita dengar memberi nasihat
kepada putra-putrinya: “Kalau orang tua sedang berbicara, hangan hanya sekedar
mendengar saja, masuk dari telinga kiri keluar telinga kanan, tetapi simaklah,
dengarkanlah baik-baik. Masukkan ke dalam hati”.
Memang di atas bumi ini terdapat banyak telinga yang
kegiatannya hanya sampai tingkat mendengar saha, tetapi belum sampai pada taraf
menyimak. Sampai-sampai Nabi Yeremia mengeluh karena jemaatnya banyak yang
mempunyai mata tetapi tidak melihat, yang mempunyai telinga tetapi tidak
mendengar, (Yeremia, 5:21).
Dari cukilan-cukilan diatas dapat kita lihat bahwa
terdapat perbedaan antara mendengar dan
menyimak. Dalam bahasa Inggris mendengar, berarti “to hear”, sedangkan menyimak bermakna
“to listen”, atau dalam bentuk gerund-nya masing-masing hearing dan listening.
Don Brown, dalam disertasinya yang berjudul “Auding as
the Bimary Language, Ability” pada Standford University, 1954, menyarankan
bahwa istilah-istilah learning dan listening kedua-duanya terbatas dalam
makna dan bahwa cuding yang
diturunkan dari kata-kerja neologis to
aud, lebih tepat melukiskan, memerikan ketrampilan yang ada sangkut pautnya
dengan para guru. “Auding is the ears what reading is to the eyes”. Kalau
membaca merupakan proses besar melihat, mengenal serta menginterpretasikan
lambang-lambang tulis, maka menyimak
dapatlah dibatasi sebagai proses besar
mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan
(Anderson, 1972:68).
Bahkan Russell & Russel mempergunakan formula
berikut ini untuk mengkontraskan atau mempertentangkan reading dan auding lebih
lanjut:
Secing is to Hearing
as
Observing is to Listening
as
Reading is to Auding
Atau dalam bahasa
Indonesia
Kalau: Melihat bagi Mendengar
Maka
Mengamati bagi Mendengarkan
Dari
Membaca bagi Menyimak
Maka dengan demikian, menyimak bermakna mendengarkan
dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. (Russell &
Russell, 1959, Anderson, 1972:69).
Menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya
merupakan alat untuk menerima komunikasi, perbedaannya terletak dalam hal jenis
komunikasi: menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan membaca
berhubungan dengan komunikasi tulis. Dalam hal tujuan keduanya mengandung
persamaan, yaitu: memperoleh informasi, menangkap isi, memahami makna
komunikasi (Tarigan, 1980: 9 – 10).
Dari pembicaraan diatas, maka dapatlah kita tarik
kesimpulan serta membuat batasan menyimak sebagai berikut:
Menyimak adalah
suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, serta memahami makna komuniaksi yanag tidak disampaikan oleh si
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
B. Tahap-tahap Menyimak
Menurut Ruth G. Strickland, terdapat 9 tahap menyimak
yang secara berurutan mulai dari yang tidak berketentuan sangat kepada yang
amat bersungguh-sungguh. Tahap-tahap tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut:
1. Menyimak secara sadar yang bersifat berkala
hanya terdapat pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam
pembicaraan mengenai dirinya.2. Selingan-selingan atau gangguan-gangguan yang
sering terjadi sebaik dia mendengarkan secara intensional (atau disengaja
tetapi yang bersifat dangkal (atau superfisial)).3. Setengah mendengarkan sementara dia menunggu
kesempatan untuk mengekspresikan isi hatinya, mengutarakan apa yang terpendam
dalam hatinya.4. Penyerapan, absorpsi, keasyikan yang nyata
selama respon atau penangkapan pasif yang sesungguhnya.5. Menyimak sekali-sekali, menyimpan
sebentar-sebentar di perhatian yang seksama bergantian dengan keasyikan, dengan
ide-ide yang dibawa oleh kata-kata sang pembicara kedalam hati dan pikiran.6. Menyimak asosiatif dimana pengalaman-pengalaman
pribadi secara konstan diingat sehingga si penyimak benar-benar tidak
memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan oleh si pembicara.7. Reaksi berkala terhadap pebicara dengan membuat
komentar atau mengajukan pertanyaan.8. Menyimak secara seksama dan sungguh-sungguh
mengikuti jalan pikiran sang pembicara, dan9.
Menyimak secara aktif mendapatkan serta
menemukan pikiran serta pendapat sang pembicara (Strickland, 1957. Daws [et al],
1963:154).
Perbedaan tahap-tahap menyimak sebenarnya mencerminkan
perbedaan taraf keterlibatan atau keikutsertaan seseorang. Situasi-situasi
berikut ini merupakan contoh-contoh tahap-tahal menyimak dipandang dari segi
perbedaan maksud dan tujuan.
1. Mendengar bunyi-bunyi katak-kata tetapi tidak
memberikan reaksi kepada ide-ide yang diekspresikan, misalnya seorang ibu tahu
bahwa anaknya Non bicara, tetapi sng ibu tidak memperhatikannya.2. Menyimak sebentar-sebentar memperhatikan sang
pembicara sebentar-sebentar, contoh: mendengar satu ide pada suatu khotbah atau
suatu ceramah tetapi ide-ide lainnya tidak didenganr apalagi didengarkan.3. Setengah menyimak, mengikuti diskusi atau
pembicaraan hanya dengan maksud memperoleh suatu kesempatan untuk mengekspresikan ide sendiri, contoh seorang
yang mendengarkan suatu konversasi atau percakapan hanya untuk mencarai
kesempatan untuk menemukan kepada yang hadi bagaimana caranya
mengurus/memelihara ulat sutera.4. Menyimak secara pasif dengan sedikit responsi
yang tampak, yang kelihatan contoh sang anak mengetahui bahwa sang guru
mengakatan kepada seluruh kelas sekali lagi bagaimana cara berjalan di dalam
ruangan, supaya jangan mengganggu orang lain, karena sang anak sudah tahu, maka
penyimakannya secara pasif saja, dan responsinya pun tidak begitu besar.5. Menyimak secara sempit, dalam hal ini makna atau
penekanan yang penting hilang dan lenyap karena sang penyimak menyeleksi
detail-detail yang biasa, yang berkenan, ataupun yang sesuai padanya, yang
dapat disetujuinya contoh seorang anggota partai Republik menyimak pembicaraan seorang kandidar dari
partai lain. Karena kesibukannya memilih ide yang diinginkannya maka dia
kehilangan ide utama sang pembicara. Inilah akibat penyimakan yang sempit (narrow listening), ketertutupan hati seseorang.6. Menyimak serta membentuk asosiasi-asosiasi
dengan butir-butir atau hal-hal yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman
pribadi seseorang, contoh: seorang siswa sekolah dasar mendengar bunyi awal
kata-kata karim, kurang, kaya, kita dan
menghubungkannya dengan huruf h.7. Menyimak suatu laporan untuk menangkap ide-ide
pokok-pokok dan unsur-unsur penunjang, atau mengikuti petunjuk-petunjuk
menyimak peraturan-peraturan serta uraian-uraian suatu permainan baru.8. Menyimak secara kritis seorang penyimak memperhatikan
nilai-nilai kata emosional dalam suatu iklan atau advertensi radio.9. Menyimak secara apresiatif dan kreatif dengan
responsi mental dan emosional sejati yang matang, misalnya: seorang siswa
menyimak gurunya membacakan riwayat perjuangan Sisimangaraja menentang
penjajahan Belanda, dan memperoleh kegembiraan karena dapat mengetahui
sifat-sifat pahlawan sejati. (Anderson; 1972:69).
Demikianlah telah dikemukakan tahap-tahap menyimak
dari dua sumber. Dengan sedikit variasi disana-sini dapat dikatakan bahwa pada
prinsipnya kedua sumber seiring sejalan, kadang-kadang bertumpang tindih.
Jangankan dari kedua sumber tersebut, bahkan antara tahap-tahap yang telah
diajarkan itu sendiri pun terdapat tumpang tindih, Namun demikian semua itu
melukiskan menyimak dalam hubungannya dengan situasi-situasi yang diketahui
oleh sang guru. Kita ketahui bahwa dalam pendidikan formal atau di sekolah
memang mungkin membimbing kegiatan menyimak anak-anak didik sehingga daya
simaknya dapat bersifat selektif, bertujuan, tepat, kritis dan kreatif seperti
juga kita dapat membimbing mereka dalam pertumbuhan ketrampilan membaca. Oleh
karena itu kita perlu mengetahui jenis-jenis menyimak, tujuan, serta
ciri-cirinya.
C. Jenis-jenis Menyimak
Dalam pembicaraan terdahulu telah dikemukakan bahwa
tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta
memahami makna komunikasi y ang hendak disampaikan oleh si pembicara melalui
ujaran. Inilah merupakan tujuan umum. Di samping tujuan umum itu terdapat pula
beraneka ragam tujuan khusus, yang menyebabkan adanya beraneka ragam menyimak,
antara lain:
1.
Menyimak eksternsif2.
Menyimak intensif3.
Menyimak sosial/konversasional4.
Menyimak sekunder5.
Menyimak estetik/apresiatif6.
Menyimak kritis7.
Menyimak konsentratif8.
Menyimak kreatif9.
Menyimak interogatif10. Menyimak
eksplorasi11. Menyimak
pasif12. Menyimak
selektif
Berikut ini akan diperbincangkan satu persatu secara berurutan:
1.
Menyimak ekstensif
Menyimak
ekstensif (extensive listening)
adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan atau mengenai hal-hal
yang lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuai bahasa, tidak perlu dibawah
bimbingan langsung seorang guru. Pada umumnya membaca ekstensif dapat
dipergunakan bagi dua tujuan yang berbeda.
Penggunaan yang
paling dasar ialah untuk menyajikan atau memperkenalkan kembali bahan yang
telah diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru. Ini dapar
merupakan suatu struktur yang baru-baru ini telah diajarkan atau suatu
perangkat leksikal yang telah diperkenalkan beberapa bula sebelumnya dan memerlukan
perbaikan. Keuntungan menyingkatkan bahan lama kepada siswa dengan cara ini
ialah bahwa mereka melihat hal itu dengan sewajarnya dalam lingkungan yang asli
dan alamiah, bukan hanya sekedar dalam konteks kelas, tempat hal itu pertama
kali mungkin disajikan. Secra psikologis menyimak ekstensif terhadap bahasa
“nyata” (sebagai lawan dari bahasa “tulis”) akan sangat memuaskan selama
kegiatan tersebut dapat memperagakan bahwa upaya-upaya siswa di dalam kelas
akan memberi keuntungan dalam kehidupan lingkungan bahasa yang hidup. Salah
satu dari kegagalan-kegagalan pengajaran bahasa yang paling besar dan paling
umum ialah bahwa apa-apa yang diajarkan kepada siswa secara keseluruhan tidak
mencukupi untuk menggarap arus atau tumpukan rangsangan yang berhubungan dengan
pendengaran yang datang kepadanya dari segala arah, pada saat pertama kalinya
dia menginjakkan kaki di negeri asing (misalnya di Inggris, bagi siswa yang
belajar bahasa Inggris). Maka menyimak ekstensif tipe ini akan dapat
membantunya dengan baik. Bahan-bahan yang didengarnya tentu saja tidak perlu
hanya merupakan suatu penyajian kembali apa-apa yang telah diketahuinya.
Menyimak ekstensif dapat pula meladeni fungsi
elanjutnya, yaitu membiarkan siswa mendengar butir-butir kosa kata dan
struktur-struktur yang masih asing dan baru baginya yang terdapat dalam arus
bahasa yang berada di dalam kapasitasnya untuk menanganinya. Mungkin saha
terdapat kata-kata teknis yang belum dikethaui ataupun bentuk kata kerja yang
baru lagi asing. Dalam hal ini terdapat suatu familiarisasi atau keakraban yang
tidak disadari terhadap bentuk-bentuk yang dalam waktu singkat akan menjadi
bahan-bahan pengaharan dalam suatu pelajaran bahasa, berbicara, terutama sekali
yang menarik bagi usia muda merpukan suatu contoh menyimak ekstensif, dan
kerapkali diketahui dan beberapa struktur yang belum diajarkan. Pemahaman
tidaklah dapat secara serius dan wajar terhalang selama min paksaan terhadap
cerita itu dapat menarik perhatian dan keakraban terhadap kerangka bahasa itu
cukup untuk menyediakan suatu alur yang bersifat menjelaskan yang memuaskan
bagi bahasa yang belum di ketahui.
Guru sendiri
merupakan sumber modal dalam berceritera karena salah satu dari tujuan menyimak
ekstensif adalah menyajikan kembali bahan lama dalam suatu cara yang baru, maka
seringkali baik sekali bila hal ini dilakukan dengan pertolongan pita-pita
otentik pembicaraan dalam masyarkat, dimana sang guru tidak terlibat di
dalamnya. Yang jauh lebih efektif serta meyakinkan adalah kutipan-kutipan dari
ujaran yang nyata dan hidup.
Pada umumnya,
sumber yang paling baik bagi bagian-bagian menyimak ekstensif adalah
rekaman-rekaman yang dibuat oleh guru sendiri. Rekaman-rekaman tersebut dapat
dibuat dari berbagai sumber, misalnya dari siaran radio, televisi (Broughtor,
[et al]; 1978:69-70).
2.
Menyimak intensif
Kalau menyimak
ekstensif lebih diarahkan pada menyimak bahasa alamiah secara lebih bebas dan
lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari sang guru, maka
menyimak intensif diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol
terhadap satu hal tertentu. Dalam hal ini haruslah diadakan suatu pembagian
penting, yaitu:
a.
Menyimak intensif ini terutama sekali dapat
diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa
atau
b.
Terutama sekali dapat diarhkan pada pemahaman
serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam kasus yang kedua ini makna bahasa
secara umum sudah diketahui oleh para siswa.
Kita perlu
mengingat bahwa kosa kata percakapan kerapkali sangat berbeda dengan kosa kata
bahasa tulis yang mungkin saha lebih diakrabi oleh siswa. Oleh karena itu, maka
m enyimak pada percakapan-percakapan sangat bermanfaat baginya untuk
membiasakan pendengarannya terhadap apa yang hendap didengarnya, kalau dia
mengunjungi daerah asal bahasa asing tertentu (misalnya mengunjungi Inggris,
bagi siswa yang belajar bahasa inggris, mengunjungi Indoneis bagi siswa
Australia yang belajar bahasa Indonesia).
Dismping ke arah
leksikal, menyimak pun dapat pula ditujukan pada maksud-maksud gramatikal.
Untuk ini harus dipilih bahan yang mengandung ciri ketatabahasaan tertentu
sesuai dengan tujuan, Sesudah itu diberikan pula latihan-latihan yang sesuai
dengan tujuan. Salah satu cara yang amat sederhana untuk melatih tipe menyimak
seperti ini ialah menyuruh para siswa menyimak, tanpa teks tertulis sekali atau
dua kali, suatu bagian yang mengandung beberapa penghubung kalimat, kemudian
memberikan kepada mereka teks-teks tertulis dengan mengosongkan tempat
penghubung-penghubung kalimat itu berada. Tugas mereka adalah mengisinya tanpa
menyimak pada puita lagi. Pada umumnya praktek dan latihan menyimak itu sering
sekali dilalaikan orang pada tingkat wacana. Dalam hal itu penekanan dapat
diletakkan pada fonologi, kosa-kata, dan tata bahasa katak-kata dan bahkan
kalimat, tetapi mata rantai-mata rantai linguistik yang menghubungkan atau
memadukan kalmat-kalimat menjadi suatu wacana yang logis biasanya dilupakan,
dan dengan demikian maka pemahaman pendengaran (aural comprehension) pada siswa
terhalang tidak dapat berkambang dengan memuaskan.
Kita semua
sama-sama maklum bahwa adalah mungkin mendengar dengan sempurna, tetapi belum
tentu dapat menyimak dengan baik, selanjutnya ada kemungkinan untuk menyimak,
tetapi belum tentu memahaminya. Oleh karena itu menyimak makna merupakan suatu
ketrampila penting untuk dikembangkan, tetapi haruslah pula bahwa isi yang
sebenarnya dan pesan tersebut haruslah berada dalam jangkauan intelektual dan
kedewasaan para siswa
Disamping itu
ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan selain daripada bahan aktual
teks aural itu. Salah satu diantaranya adalah formalitas bahasa yaitu situasi
tempat berada pada poros berikut ini:
Slang
– akrab – netal – formal
Kebanyakan kelas
sedikit sekali mengingat latihan dan praktek dengan sesuatu selain daripada bahasa
netral. Faktor lain menyangkut kecepatan pengutaraan: apakah itu suatu
percakapan yang cepat atau suatu ujaran yang diatur? Lebih jauh, apakah
dipersiapkan dan dilatih, ataupak mendadak tanpa persaingan beberapa orang ikut
terlibat? Jelaskan bahwa semakin bantak telibat semakin sulit jadinya. Apakah
aksen si pembicara sudah biasa didengar oleh siswa? Aksen-aksen bahasa regional
atau kelompok sangat membingungkan siswa pada pendengaran pertama, bahkan bagi
beberapa siswa mencemaskan. Sekali lagi, kekurang akraban dengan
faktor-faktor ini benar-benar dapat
mengganggu pemahaman siswa terhadap makna bagian tersebut.
Suatu hal lagi
yang harus dipertimbangakan baik-baik, yaitu pemakaiannya sama saja bagi
menyimak demi bahasa atau bahasa menyimak demi makna, dalah tiper pertanyaan
yang diajarkan kepada siswa. Yang paling sederhana adalah bentuk pertanyaan
dengan jawaban ya atau tidak, dan benar atau salah. Pada latihan-latihan.
Juga dapat dipergunakan latihan mengisi titik-titik
kosong dengan kata-kata atau frase-frase yang sesuai. Pendeknya, segala
pertanyaan dan latihan haruslah sesuai dengan tingkat kemampuan siswa serta
tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan menyimak itu.
Menyimak
pemahaman dapat pula merupakan batu loncatan bagi yang lain, misalnya buat
apresiasi sastra. (Broughton [et al]; 1978 : 72-74).
3.
Menyimak sosial
Pengalaman
menunjukkan bahwa anak kecil mempunyai sedikit alasan atau sebab untuk menyimak
secara tekun dan sungguh-sungguh. Cukuplah kalau sang anak mempunyai jenis
pilihan menyimak secara acak (random)
kalau dia mengobrol dengan teman-teman
sebayanya pada kegiatan-kegiatan bermain atau dengan keluarganya dalam suatu
usaha menjadi orang penceramah yang suka bergaul. Juga, dia menyimak secara
kebetulan walaupun dengan perhatian yang nyata, pada cerita-cerita yang
dibacakan atau disampaikan oleh ibunya. Menyimak secara kebetulan seperti itu
sangat penting sepanjang hidup kita dan dapat dikatkan mempunyai beberapa fase,
yaitu:
a.
Menyimak sosial
b.
Menyimak sekunder
c.
Menyimak estetik
Menyimak sosial
(social listening) atau menyimak
konversasional (conversational listening)
ataupun menyimak sopan (courtens listensing) bisanya berlangsung
dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama
mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang dan saling mendengarkan
satu sama lain untuk membuat responsi-responsi yang pantas, mengikuti
detail-detail yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap
apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan (Dawson, [et al]; 1963 :
153).
Dengan perkataan
lain dapat dikemukakan bahwa menyimak
sosial paling sedikit mencakup dual hal, yaitu:
a.
Menyimak secara sopan santun dan dengan penuh
perhatian percakapan atau konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu
maksud.
b.
Mengerti serta memahami peranan-pernanan
pembicara dan menyimak dalam proses komunikasi tersebut (Anderson, 1972:69).
Oranag-orang
yang dapat mentaati kedua hal tersebut di atas dikatakan sebagai
anggota-anggota masyarakat yang baik.
4.
Menyimak sekunder
Menyimak
sekunder (secondary listening) adalah
sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif (casual listening dan extensive listening), misalnya:
a.
Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme
atau tari-tarian rakyar di sekolah dan pada acara-acara radio yang
terdengar secara sayup-sayup sementara
kita menulis surat pada teman di rumah.
b.
Menikmati musik sementara ikut berpartisipasi
dalam tipe tertentu kegiatan-kegiatan sekolah seperti melukis pekerjaan tangan
dengan tanah liat, membuat seketsa, dan latihan menulis dengan tulisan tangan
(Dawson, [et al]; 1963 : Anderson; 1972 : 69).
5.
Menyimak estetik
Menyimak estetik
(esthetic listening) ataupun yang
disebut juga menyimak apresiatif (appreciation
listening) adalah terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan
termasuk ke dalam menyimak ekstensif, mencakup:
a.
Menyimak musik, puisi, membaca bersama, atau
drama, terdengar pada radio atau rekaman-rekaman.
b.
Menikmati cerita-cerita, puisi-puisi, teka-teki,
gemereng irama, dan lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru atau
siswa-siswa (Anderson; 1972. 69. Dawson [et al] 1963: 153).
Ketiga jenis
menyimak tadi yaitu menyimak sosial, menyimak sekunder, dan menyimak estetik,
dapat dimasukkan ke dalam kelompok menyimak ekstensif yang telah dibicarakan
diatas.
Dan selanjutnya
jenis-jenis menyimak kritis, menyimak kreatif sentratif, menyimak kreatif,
menyimak interogatif, menyimak eksplorasi yang akan diperbincangkan berikut ini
termasuk dalam kelompok menyimak intensif.
6.
Menyimak kritis
Menyimak kritis
(critical listening) adalah sejenis
kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya (tiadanya)
keaslian, ataupun kehadiran prasangka serta ketidak telitian yang akan diamati.
Adalah merupakan seorang menyimak yang terkecuali bila dia dapat menyimak
secara objektif dan dapat menghargai suatu tuntutan yang menarik emosi ataupun
suatu disertasi yang menuntut perasaan dan dengan suatu kesimpulan yang faktual
serta dapat dipertahankan. Namun demikian, dalam masyarakat demokrasi kini kita
tetap saja dapat menemui situasi-situasi tempat pada penghasut atau para demagog menyemburkan kebenaran-kebenaran
yang masih dapat dipertahankan keasliannya. Fakta-fakt yang berubah-ubah dan
pendapat-pendapat mereka yang penuh prasangka, membuat para penyimaknya perlu
menlai dengan teliti apa-apa yang telah dikatakan oleh si pembicara dalam suatu
upaya untuk menentukan apakah informasi serta pendengaran-pendengarannya itu
terpercaya, terandalkan ataukah tidak. Anak-anak kita perlu belajar
mendengarkan, menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran (Dawson, [et
al]; 1963:154).
Secara agak
terperinci kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis adalah sebagai
berikut:
a.
Memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang
tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur-unsur kalimat yang lain-lainnya.
b.
Menyimak untuk menentukan alasan “mengapa”
c.
Menyimak untuk memahami makna-makna
petunjuk-petunjuk konteks
d.
Menyimak untuk membedakan antara fakta dan
fantasi, antara yang berelevansi dan yang tidak berelevansi.
e.
Menyimak untuk menarik kesimpulan-kesimpulan
f.
Menyimak untuk membuat keputusan-keputusan
g.
Menyimak untuk menemukan jawaban-jawaban bagi
pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah tertentu yang memerlukan pemilihan
serta konsentrasi.
h.
Menyimak untuk menentukan informasi baru atau
informasi tambahan mengenai suatu topik.
i.
Menyimak menafsirkan menginterpretasikan
ungkapan-ungkapan, idiom-idiom dan bahasa-bahasa yang belum umum, yang belum
biasa.
j.
Menyimak secara objektif dan penuh penilaian
untuk menentukan keasilan, kebenaran atau hadirnya prasangka dan
ketidaktelitian-ketidaktelitian (Anderson; 1972: 69-70).
7.
Menyimak konsentratif
Menyimak
konsentratif (concentrative listening)
sering juga disebut a study-type listening atau menyimak yang merupakan sejenis
telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif ini adalah:
a.
Menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk
b.
Merasakan hubungan-hubungan seperti kelas,
tempat, kualitas, waktu, urutan serta sebab dan akibat.
c.
Menyimak demi suatu maksud tertentu untuk memperoleh
butir-nutir informasi tertentu.
d.
Mencapai serta memperoleh pengertian dan
pemahaman melalui penyimakan yang sungguh-sungguh.
e.
Merasakan serta menghayati ide-ide utama
seseorag pembicara atau sesuatu kelompok, baik sasaran maupun organissinya.
f.
Menyimak urutan ide-ide.
g.
Mencatat fakta-fakata penting (Anderson,
1972:70, Dawsin [et al]; 163:153).
8.
Menyimak kreatif
Menyimak kreatif
atau creative listening mengakibatkan
dalam pembentukan atau rekonstruksi seoang anak secara imaginatif,
kesenangan-kesenangan akan bunyi, visi atau penglihatan, gerakan, serta
perasaan-perasaan kinestetik yang disarkan oleh apa-apa yang didengarnya
(Dawson, [et al]; 1963:153).
Secara lebih
terperinci lagi, dalam menyimak kreatif ini sudah tercakup kegiatan-kegiatan
berikut:
a.
Menghubungkan atau mengasosiasikan makna-makna
dengan segala jenis pengalaman menyimak.
b.
Membangun atau mengkonstruksikan imaji-imaji
visual sementara menyimak.
c.
Menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan
pikiran imajinatif untuk menciptakan karya-karya atau hasil-hasil baru dalam
tulisan, dan pendramaan.
d.
Menyimak untuk mencapai penyelesaian atau
pemecahan masalah-masalah serta sekaligus memeriksa dan menguji hasil-hasil
pemecahan masalah terssebut (Anderson: 1972:70).
9.
Menyimak penyelidikan
Menyimak penyelidikan
atau exploratoty listening adalah
sejenis menyimak intensif dengan maksud dan tujuan yang agak lebih sempit,
dalam kegiatan menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan perhatiannya untuk
menemukan:
a.
Hal-hal baru yang menarik
b.
Informasik tambahan mengenai sesuatu topik.
c.
Atau barangkali suatu perguningan atau buah
mulut yang menarik.
Dengan mudah dan
dengan lega si penyimak pengeluarkan sedikit upaya untuk itu, lantaran
penyelidikannya itu secara relatif bersifat insidental, kebetulan, bukan
bersifat spesifik, khusus (Dawson [et al]: 1963:153).
10. Menyimak
interogatif
Menyimak
interigatif atau interrogative listening adalah
sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi,
pemusatan perhatian dan pemilihan, karena si penyimak harus mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak
mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi atau
bangun mengenai suatau jalur khusus (Dawson [et al]; 1963:53).
11. Menyimak
pasif
Cara yang seolah-olah
tidak memerlukan upaya bagi anak-anak dan sejumlah penduduk pribumi mempelahari
bahasa-bahasa asing dapat disebut sebagai “menyimak
pasif” atau “passive listening”,
walaupun pada hakekatnya agak salah untuk membayangkan bahwa otak kita tidak
jalan atau bermalas-mals saja. Yang disebut menyimak
pasif adalah menyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya
menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan teliti, belajar
tergesa-gesa,. Otak kita bukan masin aktifnya dalam mendaftarkan bunyi-bunyi
bau-bauan, dan rupa-rupa, sekali pun pada saat kita seolah-olah mengarahkan
perhatian kita pada sesuatu yang lain, bahkan pada saat kita tidur.
Kalau kita tahun
bahwa tanpa upaya sadar pun otak kita dapat berbuat banyak dalam menguasai
sesuatu bahasa asing maka kita akan dapat memetik keuntungan dari sumber yang
tersembunyi ini. Kita hendaknya memberi otak kita setiap kesempatan untuk
bekerja seefisien munkgin. Untuk melakukan hal ini maka kita perlu mempergunakan teknik-teknik
tertentu yang bermanfaat, antara lain:
a.
Berilah otak kesempatan menyimak banyak-banyak
Kita kadang-kadang tercengang menyaksikan oranag tua
pribumi yang tidak bersekolah lancar sekali mempergunakan beberapa bahasa
asing. Ini dimungkinkan karena mereka hidup langsung di daerah bahasa-bahasa
tersebut beberapa lama dia memberi kesempatan yang cukup bagi otak mereka menyimpan
bahasa-bahasa itu. Andaikata kita tidak dapat meniru kondisi-kondisi ideal
orang-orang pribumi itu, namun dmeikian dapat memanfaatkan program-program
radio, rekaman-rekaman sering mendengarkan kuliah-kuliah yang merupakan
bahan-bahan yang memuaskan yang dapat dipergunakan oleh otak untuk
mengasimilasi, memilih, serta menyimpan data-data penting mengenai bahasa.
b.
Tenang dan santai
Kegelisahan-kegelisahan, sekalipun mengenai belajar
bahasa seakan-akan memutuskan upaya-upaya otak kita untuk melakukan tugasnya.
c.
Janganlah memasang rintangan-rintangan bagi
bunyi-bunyi
Orang-orang yang bermukin di dekat rel kereta pai yang
bising cenderung untuk melindungi diri mereka dengan”tab bunyi” penghalang
secara mental, sehingga mereka tidak
mendengar kereta api lewat. Beberapa orang cenderung memasang
penghalang-penghalang bunyi bagi bahasa-bahasa asing dan sebagai akibatnya
mereka tidak mengasimiliasi bahasa itu sedemikian rupa sehingga hal itu
seolah-olah banyak menolong mereka pada suatu tingkat kesadaran. Akan tetapi
dalam beberapa contoh orang-orang ini telah diketahui mempergunakan bahasa
asing dengan amat lancar, kalau mereka mabuk atau sakit jiwa.
d.
Berikanlah waktu yang cukup bagi otak
Pada akhir minggu kebanyakan orang beranggapan bahwa
merek haruslah mulai berbicara sesuatu bahasa asing. Tentu saha tanpa sangsi
mereka dapat memakai beberapa ekspresi, tetapi untuk memanfaatkan “passive listening” dengan
sebaik-baiknya, maka seseorang haruslah memberi kesempatan bagi otan untuk
bekerja beberapa bulan.
e.
Beri kesempatan bagi otak bekerja, semestera
kita mengerjakan sesuatu yang lain
Adalah meupakan suatu cara yang baik memasang rekaman
dalam sesuatu bahasa sementera kita bercukur, makan, membaca koran sore,
ataupun pada saat bermain dengan ank-anak. Kita aakan dapat memberi perhatian
yang serius sepanjang waktu; oleh sebab itu berilah kesempatan menyimak bagi
oyak secara santai; banyak orang menganggap sepele akan hal itu, tetapi sangat
penting dalam belajar bahasa, terlebih-lebih bahasa asing. Jangan dilupakan
bahwa pada saat tidur pun otak kita tetap aktif (Nida: 1957:27-29).
12. Menyimak
selektif
Betapapun efektifnya menyimak pasif, tetapi biasanya
tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Ciri-ciri aktivisme yang khas
tidak membiarkan kita untuk berpuas hati mempergunakan teknik atau cara pasif
serupa untuk sekalipun misalnya kita
mempunyai kondisi-kondisi ideal untuk berbuat sedemikian rupa. Akan tetapu
sebagai tambahan terhadap masalah-masalah psikologis yang dijelmakan oleh
aktivisme kita, terdapat dua alasan yang sah mengapa kita perlu memperlengkapi
menyimak pasif dengan menyimak selektif.
1)
Kita jarang sekali mendapat kesempatan untuk
berpartisipasi secara sempurna dalam suatu kebudayaan asing, dan oleh karena
itu hidup kiya yang bersgi ganda itu turut menganggu kapasitas kita untuk
menyerap dan
2)
Kebiasaan-kebiasaan ujaran kita kini cenderung
membuar kita menginterpretasikan kembali rangsangan-rangsangan akustik yang
disampaikan oleh telinga kita kepda otak kita, dan karenanya kita memperoleh
suatu impresi yang dinyatakan dengan tidak sebenarnya terhadap bahasa asing.
Menyimak selektif hendaknya tidaklah menggantikan
menyimak pasif, tetapi justru memperlengkapinya. Kita harus berupaya untuk
memanfaatkan kedua tekni tersebut dan dnegan demikian berarti mengimbangi
isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk
menginterpretasikan kembali semua yang telah kita dengan dengan bantuan bahasa
yang telah kita kuasai. Satu-satunya cara yang mungkin membuat kita dapat
terbuasa dengan bentuk akustik bahasa ialah mendengarkannya atau menyimaknya
secara selektif, pertama sekali pada satu ciri dan kemudian pada yang lainnya.
Hanya dengan cara inilah kita dapat berharap mendengar bahasa secawa wajar.
Andaikan kita harus menyimak secara cerdas aceka ragam
ciri bahasa, maka kita perlu mengikuti suatu urutan yang akan dapat menolong
kita unguk menemukan cara kita sendiri menggarap unsur-unsur yang seolah-olah
tidak teratur dan tidak berurutan itu. Beberapa bahasa menuntut
adaptasi-adaptasi atau penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap urutan
prosedur-prosedur yang disarankan, berikut ini hendaklah disimak secara
selektif dalam urutan sebagai berikut ini:
1)
Nada suara
Nada suara, apakah turun atau naik ataupun tetap
mendatar jelas merupakan salah satu dari hal-hal pertama yang harus di
perhatikan oleh seoranag anak mengenai suatu bahasa yang dipelajari oleh orang
dewasa. Seorang anak hampir-hampir tidak dapat dielakkan mempergunakan intonasi
yan benar, bahkan pun pada saat mereka meraban dengan konsoan-konsonan dan
vowel-vowel yang berubah-ubah atau menyimpang dari aslinya. Tetapi
seseorang-orang dewasa seolah-oleh tidak mampu belajar intonasi sesuai bahasa
asing. Sebenarnya dia dapat berbicara sesuai bahasa asing dengan bentuk-bentuk tata bahasa yang
sungguh-sungguh tepat dan benar, pemilihan kata-kata yang baik, dan bahkan
ucapan konsonan-konsonan serta vokal-vokal yang hampir tidak tercela, tetapi
intonasinya yang jelek dan salah biasanya membukakan tabir bahwa cara yang
benar-benar dengan tidak sadar mengasimilasikan intonasi bahasa ibunya membuat
dia tidak menyadari perbedaan-perbedaan dasar antara bahasa-bahasa namun
demikian keadaannya, menyimak selektif terhadap intonasi merupakan langkah
pertama yang benar-benar harus dimulai dalam menyimak atau mendengarkan sesuatu
bahasa asing.
Banyak orang beranggapan bahwa mereka tidak dapat
menyimak pada sesuatu bahasa sampai mereke mengerti kata-kata tetapi sesudah
itu kegiatan menyimak terlalu terlambat. Agar dapat mendengar
perubahan-perubahan pada nada maka kita.
Kalau kita harus menyimak aneka prangkat bunyi yang
bersamaan – baik konsonan maupun vokal – maka kita segera melihat bunyi yang
beraneka ragam, sebenarnya terdapat jumlah bunyi distingtif yang amat terbatas
– dalam beberapa bahasa hanya kira-kira selusin dan dalam bahasa-bahasa alinnya
sekitar 60 buah – tetapi tanpa menghiraukan jumlahnya tetapi tak jauh lebih
sedikit daripada yang pertam sekali kita bayangkan.
2)
Kata-kata dan frase-frase
Setiap orang yang menyimak secara seksama pada suatu
bahasa asing, akan segera melihat menemukan kombinasi-kombinasi bunyi yang
terjadi berulang-ulang.Kalau seseorang mendengar berulang-ulang kali suatu
gabungan identik dua atau tiga suku kata, maka ini besar sekali kemungkinan
merupakan suatu kata atau akar kata.
Kalau seseorang mendengar berulang-ulang
kombinasi-kombinasi yang terdiri atas lima atau enam suku kata, maka agaknya
ini merupakan frase-frase. Tetapi apakah kombinasi-kombinasi yang sering muncul
serupa itu merupakan kata-kata atau frasa-frase sebenarnya tidaklah terlalu
banyak menarik perhatian atau menjadi urusan pelajar bahasa. Anak-anak sudah
barang tentu tidak mengetahui perbedaan-perbedaan antara katak-kata dan
frase-frase dan juga kita tidak perlu membedakan kesatuan-kesatuan serupa itu
tatkala kita mulai berbicara.
Salah satu dari fase-fase yang paling penting dalam
menyimak kata-kata secara selektif frase-frase, ataupun kalimat-kalimat adalah
mencoba memahami dari konteks apa makna yang di kandungnya, Inilah cara
anak-anak belajar, dan kitapun dalam hal ini dapat menirunya dengan baik. Nilai
prosedur ini sangat baik.
Menyimak secara selektif terhadap katak-kata biasanya
mulai dengan memperhatikan setiap kombinasi bunyi-bunyi yang muncul
berulang-ulang, yang seolah-olah “lebih menonjol” dalam aliran atau arus
ujaran. Pada mulanya seseorang menyimak secara selektif pada urutan-urutan yang
seringkali muncul yang maknanya belum begitu dipahaminya. Sekali makna itu
dikethui serta dipahami, maka kita perlu menyimak kombinasi-kombinasi yang
serupa itu dalam rekaman-rekaman lain, atau dalam percakapan sehari-hari. Kalau
kata-kata ini telah menjadi biasa, kita harus menambahkan kata-kata lain yang
baru saja dipelajari. Mendorong jauh-jauh batas-batas pengawasan reseptif
(penerimaan) terhadap bahasa itu.
3)
Bentuk-bentuk tata bahasa
Dalam kebanyakan bahasa apa yang kita sebut kata-kata
itu tidak selalu muncul dan kelihatan dalam bentik yang sama. Kadang-kadang
suatu tambahan dilekatkan pada kata itu, contoh:
Walked vs
walk
Roses vs
rose
Bahsa
indonesia
Berlari vs lari
Melihat vs lihat
Makanan vs makan
Dalam contoh-contoh lain terdapat sesuatu perubahan di
dalam kata itu sendiri, misalnya:
Bahasa inggris:
ran vs run
feet vs foot
Sedangkan dalam kasus-kasus lain, kita menjumpai bahwa
kita harus mempergunakan kata-kata yang amat berbeda, contoh
Bahasa inggris:
Go vs went (bukan go – ed*)
Good vs better (bukan
good – er*)
Tetapi, apapun perubahan yang terjadi, kita perlu
mengarahkan perhatian padanya, dengan jalan menyimak secara selektif pada
perangkat-perangkat modifikasi tersebut.
Apabila kita mempelajari lebih banyak lagi struktur
ketate bahasaan sesuatu bahasa, maka hendaknya kita menyimak secara selektif
pada setiap tipe ciri ketatabahasaan, seperti: jenis kelamin, waktu, modus,
bentuk, susunan kata-kata, frase-frase, klausa-klausa. Setiap dan semua ciri
tata bahasa, terutama sekali yang mungkin menimbulkan sesuatu kesukaran pada
pelajar, haruslah disimak secara selektif.
Salah satu keuntungan utama menyimak secara selektif
pada struktur-struktur tata bahasa ialah bahwa struktur-struktur yang diserap
oleh proses ini cenderung membuat “kebiasaan-kebiasaan” dalam otak kita” bahkan
setelah kita berhenti menyimak terutama sekali bagi bentuk-bentuk atau
susunan-susunan kata-kata seperti itu, otak kita melanjutkan proses
pengklasifikasian secara otomatis, segala sesuatu yang kita dengan. Oleh
karenanya maka kita tetap meningkatkan serta menambahi pengetahuan kita
mengenai bahasa dan fasilitas kita dalam bahasa itu lama setelah kita berhenti
mempelajari tata bahasa dengan cara yang formal
(Nida, 1957:30-36).
4)
Kemampuan menyimak siswa Sekolah Dasar
Pada tahun 1949 Tulare Country Schools telah menyusun
sebuah buku petunjuk mengenai Ketrampilan Berbahasa yang disebut “Tulare Country Cooperative language Arts
Guide” Khusus mengeai keterampilan berbahasa menyimak adalah sebagai
berikut i ni:
Taman kanak-kanak (4