Contoh
Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Melalui Media Patung
Judul
Proposal PTK
PENINGKATAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI
HITUNG
CAMPURAN MELALUI MEDIA PATUNG PADA SISWA
KELAS
IV SD N 2 KEMBANG JEPARA
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan penting untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal tersebut juga telah dicantumkan
dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut Purwanto (2014:39) belajar merupakan proses dalam diri
individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam
perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai
apabila guru mampu mewujudkan suatu proses belajar mengajar yang baik. Guru
harus mampu mengetahui karakteriktistik siswa dan juga materi yang akan
disampaikan. Salah satu mata pelajaran yang siswanya sering mengalami kesulitan
yaitu matematika. Hal tersebut dikarenakan siswa merasa tidak mampu berpikir
secara abstrak, selain itu guru tidak menampilkan media-media yang dapat
membantu siswa memahami materi.
Pelajaran matematika merupakan pelajaran berhitung yang
dirasakan sulit oleh sebagian besar siswa. Data di sekolah menunjukkan bahwa
nilai rata-rata matematika kelas IV lebih rendah dibandingkan dengan pelajaran
yang lain misal bahasa indonesia, IPA, IPS.
Tabel
1. Nilai rata-rata mata pelajaran siswa SD Negri 2 Kembang
No | Mata Pelajaran | Nilai Rata-Rata |
1 | Matematika | 63 |
2 | Bahasa Indonesia | 75 |
3 | IPA | 73 |
4 | IPS | 80 |
Kesulitan siswa pada mata pelajaran matematika terletak
pada materi operasi hitung campuran. Data hasil ulangan harian siswa kelas IV
SD N 2 Kembang menunjukkan dari 14 siswa, terdapat 4 siswa yang memenuhi KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum) dan 10 siswa lainnya mendapatkan nilai kurang
dari KKM. Nilai KKM dari mata pelajaran matematika adalah 70.
Tabel 2. Hasil ulangan harian siswa
kelas IV SD Negri 2 Kembang
Keterangan |
Jumlah |
Persentase |
Nilai | 4 | 28,6% |
Nilai | 10 | 71,4% |
Hasil belajar siswa yang kurang pada materi operasi
hitung campuran di kelas IV diakibatkan oleh kelemahan guru dan siswa.
Kelemahan guru tersebut adalah kurangnya kemampuan untuk menarik perhatian
siswa, kurangnya kemampuan untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif dan
kurangnya kemampuan untuk menciptakan media-media pembelajaran yang inovatif.
Sebaliknya kelemahan siswa adalah kesulitan memahami materi pemelajaran dan
cepat bosan dalam menerima materi.
Media
pembelajaran PATUNG (Papan Berhitung)
dapat menjadi alternatif dalam membantu guru untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi operasi hitung campuran. Media
PATUNG membantu partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, hal itu diharapkan
dapat meningkatnya hasil belajar siswa. Media
pembelajaran PATUNG adalah media visual dan merupakan media grafis yang
berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima. Media PATUNG
adalah singkatan dari “Papan Hitung” media ini berbentuk papan yang dapat
digunakan untuk melakukan perhitungan operasi bilangan dan dilengkapi oleh
soal-soal latihan. Media PATUNG ini menekankan pada pengulangan kalimat yang
terdapat pada media. Kalimat pada media tersebut dibacakan oleh siswa sebelum
menyelesaikan soal yang disediakan oleh guru. Setelah membacakan kalimat yang
tertera pada papan berhitung, siswa mengerjakan soal yang disediakan oleh guru
di media papan berhitung tersebut. Kemudian soal dibahas bersama-sama oleh guru
dan siswa.
Secara bahasa media berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘medium’. Menurut Heinich, dan kawan kawan (1982) dalam Arsyad (2013:3)
mengemukakan istilah medium sebagai
perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Pendapat itu
menenkankan bahwa medium atau media
merupakan alat bantu yang digunakan untuk mempermudah pesan yang disampaikan
untuk diterima. Sementara menurut
Arsyad (2013:3) media dalam proses belajar mengajar cendrung diartikan sebagai
alat-alat grafis, photografis atau electronis untuk menangkap, memproses dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal. Pengertian dari Arsyad
menekankan media adalah alat yang digunakan untuk menyusun kembali informasi
visual atau verbal yang memudahkan siswa menerima pesan. Media menjadi alat
bantu yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Mempermudah peserta didik
dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan definisi media menurut ahli di atas, dapat
dikatakan bahwa media memberikan manfaat, yaitu mempermudah siswa dalam
menerima pesan yang disampaikan oleh guru. Lebih lanjut media pembelajaran
dapat meningkatkan motivasi, perhatian dan minat siswa dalam belajar
Berdasarkan pembahasan
di atas maka, untuk mengatasi masalah belajar anak peneliti mencoba untuk menyelesaikan masalahnya. Penyelesaian masalah tersebut dilakukan peneliti dengan cara menerapkan media
PATUNG dalam pembelajaran. Selanjutnya untuk melihat hasil dari implementasi
media PATUNG peneliti merumuskan membuat Penelitian Tindakan Kelas dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Campuran
Melalui Media PATUNG Pada Siswa Kelas IV SD N 2 Kembang Jepara”.
B.
Identifikasi Masalah
Adapun
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
- Hasil belajar siswa
rendah. - Guru tidak
menggunakan media dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran. - Guru tidak dapat
menciptakan suasana kelas yang kondusif. - Siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran.
- Guru selalu
menggunakan metode ceramah.
C.
Pembatasan Masalah
Peneliti
melakukan batasan-batasan masalah yang akan dibahas, meliputi: Peningkatan
hasil belajar melalui media pembelajaran PATUNG dengan subjek penelitian yaitu
siswa kelas IV SD N 2 Kembang Jepara yang berjumlah 14 siswa. Adapun materi
yang dipilih oleh peneliti adalah operasi hitung campuran pada semester genap.
Dalam hal ini peneliti akan melakukan tindakan/treatment dalam dua siklus melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka peneliti dapat merumuskan masalah
sebagai berikut: Apakah penerapan media
pembelajaran PATUNG pada materi operasi hitung campuran dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IV SD N 2 Kembang Jepara?
E.
Pemecahan Masalah
Media
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media pembelajaran
PATUNG. Penelitian menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan empat langkah pada setiap siklus yaitu
perencanaan (planning), aksi atau
tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
F.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dikemukakan peneliti, maka tujuan dari PTK;
1. Secara umum yang
menjadi tujuan dalam PTK ini adalah untuk meningkatkan sikap profesionalitas
guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran di SD N 2 Kembang Jepara sehingga
dapat memiliki nilai akademik yang baik.
2. Secara khusus
penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan media
pembelajaran PATUNG pada materi operasi hitung campuran dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IV SD N 2 Kembang Jepara.
G.
Manfaat Penelitian
Manfaat
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah; Memberikan kontribusi yang baik
mengenai media-media pembelajaran yang inovatif dalam rangka
peningkatan kualitas dan hasil pembelajaran di sekolah.
2. Bagi Guru; Mengetahui media-media pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, serta profesionalitas guru juga akan semakin meningkat.
3. Bagi Siswa; Membiasakan
siswa untuk belajar aktif dan juga siswa mampu
meningkatkan kemampuan berhitung yang secara otomatis akan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika.
BACA JUGA
Contoh Penelitian TIndakan Kelas PAUD : Peningkatan Keterampilan Bicara Anak Usia 3-4 Tahun
Download Kumpulan Contoh Skripsi Penelitian dan Pengembangan (R&D) Jurusan PGSD
Contoh Judul Skripsi Kualitatif PGSD Tahun 2016 (Download Filenya Dengan Sekali KLIK)
Download Contoh PTK SD Lengkap Kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 MUDAH DOWNLOAD 1 x KLIK!!
Download 101 Contoh Skripsi Penelitian Kuantitatif (PDF) PGSD Dengan Sekali KLIK!!!
Download Contoh Skripsi Pendidikan PGSD Lengkap FIle PDF Sekali KLIK
100 Contoh Judul Penelitian Kualitatif PGSD Berkualitas! dan Cara Membuat Judul Penelitian
CONTOH PROPOSAL SKRIPSI KUANTITATIF PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH
H.
Kajian Teori
1.
Belajar
Skinner dalam Walgito (2009:166) memberikan definisi
belajar “Learning is a process of
progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan
bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat
progersif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat
progresivitas, adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna atau lebih baik dari
keadaan sebelumnya. Sementara Mc Geoch dalam Walgito (2009:167) memberikan
definisi mengenai belajar “Learning is a
change in performance as a result of practice”. Ini berarti bahwa belajar
membawa perubahan dalam performance, dan
perubahan itu sebagai akibat dari latihan (practice).
Pengertian latihan atau practice
mengandung arti bahwa adanya usaha dari individu yang belajar.
Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:13) berpendapat
pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus
menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan
adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Selain itu Morgan, dkk. memberikan definisi mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively
permanent change in behavior which occurs as a result of practice or experience
”. Hal yang muncul dalam definisi ini ialah bahwa perubahan perilaku atau performance itu relatif permanen
(Walgito, 2009:167). Di samping itu juga dikemukakan bahwa perubahan perilaku
itu sebagai akibat belajar karena latihan (practice)
atau karena pengalaman (experience).
Berdasarkan berbagai pengertian belajar yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses untuk memperoleh perubahan perilaku sebagai hasil dari latihan
atau pengalaman dari seseorang.
2.
Hasil Belajar
Hasil belajar juga merupakan suatu komponen yang sangat
penting bagi pembelajaran. Hasil belajar menjadi variabel dependen atau
variabel yang dipengaruhi. Artinya bahwa hasil belajar merupakan hasil dari
sebuah tindakan yang diberikan dalam proses pembelajaran. Menurut Dimyati dan
Mudjiono (2009:3) hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Pendapat
tersebut menekankan bahwa hasil belajar berasal dari suatu interaksi. Interaksi
adalah komunikasi anatar guru dan peserta didik. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Sedangkan menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi, dan ketrampilan. Hal ini berarti hasil belajar merupakan cerminan
siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Cerminan ini merupakan akibat
dari terjadinya suatu proses interaksi anatar guru dan murid yang disebut
dengan proses pembelajaran.
Bersasarkan berbagai pengertian hasil belajar di atas
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh
seseorang setelah melakukan proses pembelajaran dengan cara mengevaluasi untuk
mengetahui tercapai tidaknya suatu tujuan pembelajaran.
Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu: (Slameto, 2010:54)
a.
Faktor Intern
Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar. Dalam faktor intern terdapat tiga faktor penting yaitu:
faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah
meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis sekurang-kurangnya
ada tujuh faktor yaitu: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan juga kesiapan.
b.
Faktor Ekstern
Faktor Ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu.
Faktor ekstern dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah,
dan faktor masyarakat.
Faktor keluarga memberikan berbagai macam interaksi yang
memberikan pengaruh kepada siswa, berupa: cara orang tua mendidik, relasi
antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah yang
mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,waktu
sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan
tugas rumah. Sedangkan dalam faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan terdapat
dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern meliputi jasmaniah, sikologis, dan kelelahan sedangkan faktor
ekstern meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat.
3.
Operasi Hitung
Campuran
Operasi
hitung campuran bilangan bulat merupakan materi pokok dari kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
SD. Mata pelajaran matematika operasi hitung campuran
terdapat pada kelas 4 dengan SK 1 yaitu memahami dan menggunakan sifat-sifat
operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah dan KD 1.4 yaitu melakukan
operasi hitung bilangan campuran. Materi tersebut merupakan
lanjutan dari materi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian yang
telah mulai dipelajari sejak kelas 2
yang terdapat pada SK 1 dengan KD 1.4 yaitu melakukan penjumlahan dan
pengurangan bilangan sampai 500. Prasyarat materi yang harus dikuasai siswa sebelum
mempelajari materi operasi hitung campuran adalah operasi hitung
dasar dan pemahaman tentang bilangan bulat (positif dan negatif). Beberapa kendala yang
sering ditemukan dalam mengajarkan operasi hitung campuran adalah materi
prasyarat yang dikuasai siswa masih lemah.
Di samping itu pula, masih banyak siswa yang tidak mengerti mana yang harus didahulukan dalam penghitungan hitung
campuran.
Kompetensi
yang dituntut dalam mempelajari operasi hitung campuran bilangan bulat
adalah siswa dapat melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat dan
memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan operasi hitung campuran
bilangan bulat. Kompetensi ini sering tidak tercapai karena siswa tidak
memahami teori dasar melakukan operasi hitung campuran, serta karena lemahnya
pada operasi hitung dasar dan kurangnya ketelitian siswa terhadap tanda
bilangan dan tanda operasinya. Selain itu
siswa juga kurang memeahami sifat-sifat pengerjaan operasi hitung campuran.
Adapun sifat-sifat operasi hitung campuran sebagai berikut: a) Operasi
penjumlahan (+) dan pengurangan (-) sama kuat, artinya operasi yang terletak di
sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu. b) Operasi
perkalian (x) dan pembagian (:) sama kuat, artinya operasi yang terletak di
sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu. c) Operasi
perkalian (x) dan pembagian (:) lebih kuat dari pada operasi penjumlahan (+)
dan pengurangan (-), artinya operasi perkalian (x) dan pembagian (:) dikerjakan
terlebih dahulu dari pada operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (-).
Untuk mencapai tujuan belajar pada materi operasi hitung campuran maka
proses belajar mengajar di dalam kelas harus berlangsung secara aktif bagi siswa.
Berdasarkan paradigma kontruktivisme Rusman (2015:51) menjelaskan bahwa belajar
adalah kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuannya. Siswa belajar
dengan aktif untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dipelajari. Belajar
dengan malakukan secara mandiri dan guru hanya sebagai fasilitator yang
memfasilitasi siswa untuk dapat secara aktif menemukan pengetahuan.
4.
Media Pembelajaran
Menurut Heinich, dkk
(1993) dalam Hernawan, dkk (2007:3) Media merupakan alat saluran komunikasi,
yang berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti “perantara” yaitu
perantara sumber pesan dengan penerima pesan. Media merupakan salah satu
komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju
komunikan menurut Criticos (1996) dalam Daryanto (2012:4)
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah alat atau sarana untuk berkomunikasi dengan siswa
dalam proses pembelajaran
yang digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga dapat merangsang siswa untuk
belajar.
Jenis-jenis media pembelajaran menurut Hernawan, dkk (2007:22-34) adalah
sebagai berikut:
a.
Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat
dengan menggunakan indera penglihatan.
1)
Media Visual yang
Diproyeksikan
Media visual yang
diproyeksikan adalah media yang menggunakan alat proyeksi (projector) sehingga gambar atau tulisan nampak pada layar (screen).
2) Media
Visual Tidak Diproyeksikan
Media visual
yang tidak diproyeksikan adalah media visual yang ditampilkan tanpa alat
proyeksi (projector) sehingga gambar
ditampilkan secara langsung, seperti:
a) Gambar
Fotografik
Gambar fotografik adalah
gambar diam/mati (still picture), misalnya
gambar tentang manusia, binatang, tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya
dengan isi/ bahan pembelajaran yang
akan disampaikan kepada siswa.
b)
Grafis
Media grafis adalah media
pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang didalamnya terdapat unsur gambar
dan tulisan yang dirancang secara khusus
untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran.
c) Media
Tiga Dimensi
Media
tiga dibagi menjadi tidua jenis, yaitu
media realita dan media model. Media realita merupakan model atau objek
langsung dari benda nyata, sedangkan media model merupakan tiruan dari objek
nyata.
b. Media
Audio
Media
audio adalah media yang
mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar.
c. Media
Audio-Visual
Media
Audio-Visual merupakan kombinasi audio dan visual yang biasa disebut media
pandang dengar. Kriteria
umum pemilihan media menurut Hernawan, dkk (2007:64-66) adalah sebagai berikut: 1) kesesuaian dengan tujuan
(instructional goals), 2) kesesuaian dengan materi
pembelajaran, 3) kesesuaian
dengan karakteristik siswa, 4) kesesuaian
dengan teori, 5) kesesuaian dengan gaya belajar siswa, 6) kesesuaian dengan
lingkungan.
Kriteria
khusus pemilihan media menurut Hernawan, dkk (2007:66-67) merumuskan dalam satu
kata ACTION, yaitu akronim dari access,
cost, technology, interactivity,
organization dan novelty. Lebih lanjut
dijelaskan sebagai berikut; 1) Access, yaitu pertimbangan mengenai akses dalam penggunaan media. Siswa memiliki akses seperti izin penggunaan
atau pun sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat menggunakan media
tersebut, 2) Cost, yaitu pertimbangan mengenai biaya. Mahalnya biaya
yang dikeluarkan harus mempertimbangkan aspek manfaatnya, 3) Technology, yaitu pertimbangan teknologi yang tersedia. Dengan
terknologi yang tersedia apakah media media tersebut dapat digunakan atau
tidak. 4) Interactivity, yaitu pertimbangan interaktivitas. Media yang baik
dapat memunculkan komunikasi dua arah, 5) Organization, yaitu pertimbangan organisasi. Hal ini seperti
dukungan dari kepala sekolah atau yayasan serta pengorganisasiannya, 6) Novelty, yaitu pertimbangan kebaruan media. Media yang baru biasanya lebih menarik
bagi siswa.
Suatu media pengajaran
tentunya terdapat nilai praktisnya. Menurut Nana Sudjana (1991) dalam Djamarah
dan Zain (2010:135) mengemukakan nilai-nilai praktis media pengajaran adalah;
1) Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir. 2)
Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. 3)
Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil
belajar bertambah mantap. 4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat
menumbuhkan kegiatan berusaha sendiripada setiap siswa. 5)Menumbuhkan pemikiran
yang teratur dan berkesinambungan. 6) Membantu tumbuhnya pemikiran dan memantu
berkembangnya kemampuan berbahasa. 7) Memberikan pengalaman yang tak mudah
diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan
pengalaman belajar yang lebih sempurna. 8) Bahan pengajaran akan lebih jelas
maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa
menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat beberapa macam kriteria atau pertimbangan dalam pemilihan sebuah
media. Pemilihan media tidak semata-mata hanya seberapa menarik media tersebut,
tetapi juga melihat pertimbangan-pertimbangan lain sehingga media tersebut
dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran dan tujuan pembelajaran itu
sendiri dapat tercapai.
5.
Media PATUNG (Papan
Berhitung)
Sebuah penelitian menunjukan bahwa penggunaan media papan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Marifah Hermin yang menyatakan bahwa Media pembelajaran papan napier memiliki
dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa materi operasi hitung
perkalian bagi kelas III SD Dapuan Surabaya. Hal tersebut diketahui dengan
adanya peningkatan yang sangat baik dengan diperoleh presentase nilai aktivitas
guru dalam proses pembelajaran pada siklus I 67,64% dan pada siklus II 89,21%,
presentase nilai aktivitas siswa pada proses pembelajaran pada siklus I 70,00%
dan pada siklus II 89,94%, serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal,
yaitu siklus I (65,00%) dengan rata-rata 64,75 dan siklus II (85,00%) dengan
rata-rata 81,35.
Menurut Marifah media papan napier yang digunakan peneliti dalam
penelitian tersebut merupakan modifikasi dari teknik perkalian napier yang
diwujudkan ke dalam bentuk media yang berupa papan visual yaitu papan tulis
putih atau whiteboard yang terbuat dari papan kayu triplek. Papan napier
adalah papan tulis putih yang terdapat susunan atau pola yang sama dengan
teknik perkalian napier yaitu dengan menuliskan semua hasil perkalian dua
bilangan pada susunan kotak yang memiliki garis diagonal/garis miring.
Media PATUNG atau media papan berhitung merupakan media visual dan
termasuk media grafis yang berbentuk papan. Sebagaimana halnya media yang lain
media PATUNG berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan.
Pesan yang dituangkan dalam bentuk grafis. Media papan hitung adalah media
papan dua dimensi yang berbentuk persegi panjang. Mempunyai panjang 100 cm dengan
lebar 70 cm. Pada papan tersebut terdapat penjelasan cara melakukan operasi
hitung campuran. Lebih lanjut dalam media tersebut juga terdapat kolom soal dan
kolom untuk mengerjakan soal tersebut.
Media PATUNG ini menekankan pada pengulangan kalimat yang terdapat pada
media tersebut yang dibacakan oleh siswa sebelum menyelesaikan soal yang
disediakan oleh guru. Setelah membacakan kalimat yang tertera pada papan
berhitung, siswa mengerjakan soal yang disediakan oleh guru di media papan
berhitung tersebut. Kemudian soal dibahas bersama-sama oleh guru dan siswa.
Pengulangan terus – menerus pada materi yang dibacakan oleh salah satu siswa
akan membuat siswa yang lain lebih ingat tentang materi yang disampaikan, dan
penyampaian materi oleh teman sebaya akan lebih mudah dipahami oleh siswa
tersebut.
Papan napier sebagai media pembelajaran mempunyai kesamaan dengan media
PATUNG yang peneliti gunakan, dimana media papan napier adalah media yang
terbuat dari papan yang ditunjukan kepada siswa untuk meningkatkan fokus siswa
dalam menjawab soal-soal yang diberikan guru. Sama dengan media napier, media
PATUNG juga terbuat dari papan. Kesamaan lain ada pada fungsinya dimana kedua
media ini berfungsi untuk membantu siswa menghitung secara langsung pada papan
media.
Penerapan media PATUNG akan menjadikan pembelajaran mudah
dipahami oleh siswa. Dengan mendemostrasikan cara mengerjakan soal-soal materi
operasi bitung campuran. Melalui media PATUNG siswa dapat melihat secara nyata
bagaimana sebuah soal dapat dikerjakan atau diperoleh solusi penyelesaiannya.
Dengan beberapa siswa yang mengerjakan soal didepan kelas dengan menggunakan
media PATUNG maka siswa akan secara aktif mencoba untuk mengerjakannya. Lebih
lanjut suasana kelas akan menjadi lebih kondusif karena perhatian siswa tertuju
pada materi pelajaran dengan menggunakan media PATUNG.
6.
Kerangka
Berpikir
Hasil belajar yang baik,
idealnya tercapai karena proses belajar mengajar berlangsung dengan baik pula.
Sehingga tercapai tujuan dari proses belajar yang telah ditetapkan. Namun dalam
sebuah kelas yang terdapat di SD N 2 Kembang Jepara khusunya di kelas 4, pada
mata pelajaran matematika dengan materi pembelajaran operasi hitung campuran
tujuan pembelajaran tersebut tidak tercapai, hal tersebut ditandai dengan nilai
pelajaran pada mata pelajaran matematika yang lebih rendah dibandingkan mata
pelajaran lainnya. Lebih lanjut nilai ulangan siswa kelas 4 SD N 2 Kembang juga
menunjukan rata-rata nilai yang belum mencapai KKM.
Rendahnya hasil belajar
pada siswa kelas 4 SD N 2 Kembang diakibatkan oleh prsoses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran
matematika materi operasi hitung campuran. Solusi untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu peneliti melakukan PTK
dengan dua siklus. Pada siklus pertama akan diberikan tindakan yaitu
guru menggunakan media PATUNG pada pembelajaran matematika materi operasi
hitung campuran. Setelah tindakan dilakukan selanjutnya peneliti mengamati
hasil belajar dengan penggunaan treatmean
tersebut. Jika hasil tersebut belum mencapai target peningkatan yang ditetapkan
maka dilakukan treatmeant atau
tindakan pada siklus yang kedua yaitu dengan guru menggunakan media PATUNG
dalam pembelajaran materi operasi hitung campuran. Dari hasil siklus tersebut
diharapkan terjadi peningkatan siknifikan pada hasil belajar siswa. Artinya
bahwa penerapan media PATUNG dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi
operasi hitung campuran siswa kelas IV SD N 2 Kembang Jepara.
7.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
rumusan masalah dan kajian teori di atas, maka hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah: Pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran
dengan menggunakan media pembelajaran
PATUNG dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
I.
Metodologi Penelitian
1. Setting Penelitian
a. Subjek
Penelitian
Subjek yang akan diteliti dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV SD N 2 Kembang Jepara yang
berjumlah 14 siswa.
b. Tempat
Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan
di kelas IV SD N 2 Kembang yang beralamat di Desa Jinggotan, Kecamatan Kembang,
Kabupaten Jepara.
c. Waktu
Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan
selama 2 minggu, yaitu pada tanggal 8 Februari 2016 sampai dengan tanggal 20
Februari 2016.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau cara yang
harus dilakukan secara teratur dan sistematis oleh peneliti untuk mencapai
tujuan-tujuan penelitiannya. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam
bentuk siklus yang berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama
yaitu: (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi.
Perencanaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuat
rencana yang akan dijadikan acuan dalam melakukan tindakan. Pelaksanaan
tindakan adalah aktifitas yang dilakukan oleh guru berdasarkan pada rancangan
atau rencana yang telah disusun. Pengamatan adalah tindakan yang dilakukan guru
untuk mengamati dan mencatat hal-hal yang diperlukan dan terjadi dalam proses
pelaksanaan tindakan berlangsung. Refleksi adalah proses untuk melihat kembali
atau mengulas kembali tentang perubahan yang terjadi pada proses tindakan yang
telah dilakukan. Untuk lebih jelasnya digambarkan pada gamabr berikut ini:
a.
Sikuls 1
1)
Perencanaan tindakan
I
Agar pelaksanaan
tindakan dapat berjalan dengan lancar serta perubahan akibat tindakan dapat
direkam dengan baik maka dalam perencanaan ini harus disiapkan dengan lengkap.
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(a) Merancang program pelaksanaan pembelajaran yang konsisten
dengan metode atau model yang akan dilakukan (RPP).
(b) Menyusun lembar observasi aktivitas siswa.
(c) Merancang dan menyiapkan media atau alat pelajaran yang
akan digunakan.
(d) Menyusun instrumen evaluasi dan uji instrumen.
2) Pelaksanaan tindakan I
Pada tahapan ini
rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Kegiatan
yang dilakukan adalah melaksanakan RPP yang telah disusun.
3) Pengamatan/Pengumpulan data I
Tahapan ini
terkait dengan pelaksanaan tindakan kelas. Kegiatan ini dengan menggunakan
lembar observasi yang meliputi aktivitas siswa serta hasil belajar.
4)
Refleksi I
Tahapan refleksi
ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan
pada setiap siklus, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan
evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Kegiatan yang dilakukan adalah
analisis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah
dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk dasar perbaikan dalam menyusun
perencanaan pada siklus berikutnya.
b.
Siklus 2
1)
Perencanaan tindakan
II
Agar pelaksanaan
tindakan dapat berjalan dengan lancar serta perubahan akibat tindakan dapat
direkam dengan baik maka dalam perencanaan ini harus disiapkan dengan lengkap.
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(a) Merancang
program pelaksanaan pembelajaran yang konsisten dengan metode atau model yang
akan dilakukan (RPP).
(b) Menyusun lembar observasi akivitas siswa.
(c) Merancang dan menyiapkan media atau alat pelajaran yang
akan digunakan.
(d) Menyusun instrumen evaluasi dan uji instrumen.
2)
Pelaksanaan tindakan
II
Pada tahapan ini
rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan.
Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan RPP yang telah disusun.
3)
Pengamatan/Pengumpulan
data II
Tahapan ini
terkait dengan pelaksanaan tindakan kelas. Kegiatan ini dengan menggunakan
lembar observasi yang meliputi aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
4)
Refleksi II
Tahapan refleksi
ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan
pada setiap siklus, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan
evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Kegiatan yang dilakukan
adalah analisis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
telah dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
3. Teknik Pengumpulan
Data
a.
Dokumentasi
Teknik
dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan daftar
siswa kelas IV, jumlah siswa kelas IV, baik laki-laki maupun perempuan, dan
daftar nilai siswa kelas IV.
b.
Tes
Tes dilakukan
setiap akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas IV khususnya
untuk peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan media PATUNG . Data
hasil belajar siswa ini didapat dari hasil evaluasi setiap akhir siklusnya.
c.
Pengamatan
(observasi)
Pengamatan
betujuan untuk memperoleh data tentang proses berlangsungnya belajar mengajar
yang meliputi aktivitas siswa, suasana atau situasi belajar siswa.
Instrumen Penelitian
Sebelum
dilaksanakannya PTK, maka disusun berbagai instrumen terlebih dahulu yang akan
digunakan pada saat dilakukannya PTK yaitu sebagai berikut:
a.
Membuat input
instrumental yang digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu menyusun
RPP dan juga menyusun perangkat pembelajaran berupa lembar pengamatan.
b.
Membuat output
instrumental yang digunakan untuk menganalisis
data setelah memberi perlakuan PTK, instrumennya adalah butir tes.
Langkah-langkah
yang dilakukan sebelum menyusun instrumen penelitian diantaranya adalah sebagai
berikut:
1)
Menyusun kisi-kisi
Tujuan penyusunan kisi-kisi tes adalah
untuk menjaga agar tes yang akan disusun sesuai dengan materi.
2)
Menentukan tipe tes
Tipe tes yang
digunakan adalah pilihan ganda.
3)
Menentukan jumlah soal
Jumlah yang
digunakan untuk uji coba sebanyak 25
soal pilihan ganda dengan alokasi waktu 30
menit.
4. Teknik Analisis Data
a.
Analisis Instrumen
Penelitian
Data dalam
penelitian ini, dikumpulkan melalui catatan harian
dan pengamatan guru. Setelah instrumen diujicobakan kemudian dianalisis, untuk
mendapatkan soal yang baik dan memenuhi kriteria. Menganalisa hasil tes ini
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1)
Validitas
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari
hasil pengalaman (Arikunto, 2009:65). Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki
kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan
untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:
Sebuah
tes dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total.
Skor tiap butir soal menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan
kata lain dapat dikemukakan bahwa sebuah butir soal memiliki validitas yang
tinggi jika skor pada tiap butir soal mempunyai kesejajaran dengan skor total.
Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi sehingga untuk mengetahui
validitas tiap butir soal digunakan rumus korelasi tersebut di atas. Dengan
berkonsultasi ke tabek harga kritik r product
moment sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika
harga rXY> rtabel maka korelasi tersebut signifikan
atau valid, dan sebaliknya (Arikunto, 2009 : 75).
Untuk
soal-soal bentuk objektif skor untuk butir soal biasa diberikan dengan 1 (bagi
soal yang dijawab benar) dan 0 (bagi soal yang dijawab salah), sedangkan skor
total selanjutnya didapat dari jumlah keseluruhan skor untuk semua butir
soalnya.
2)
Reliabilitas
Suatu tes dikatakan mempunyai
taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap.
Arti tetap tidak selalu harus sama, tetapi mengikuti perubahan secara ajeg
yaitu sama dalam kedudukan siswa di antara anggota kelompok yang lain
(Arikunto, 2009:86). Analisis realibilitas tes pilihan ganda
menggunakan rumus K-R. 20, yaitu:
Setelah diperoleh harga
kemudian
dibandingkan dengan
produk
moment dengan
=5%. Instrumen dikatakan reliabel jika
3) Taraf kesukaran
Soal yang baik
adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang mudah
tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal
yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi(Arikunto, 2009: 207).
Untuk menghitung besarnya indeks kesukaran tiap butir soal, peneliti menggunakan
rumus sebagai berikut :
Arikunto
(2009:210) mengatakan
bahwa indeks
kesukaran sering diklasifikasikan sebagai
berikut:
0 < P ≤ 0,3 : sukar
0,3< P ≤ 0,7 : sedang
0,7< P ≤ 1,0 :
mudah
4)
Daya Pembeda
Daya pembeda
soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
kurang pandai (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2009:211).Cara menentukan daya
pembeda yaitu dengan rumus sebagai berikut:
Klasifikasi daya beda adalah(Arikunto, 2009:218):
D : 0,00 – 0,20 = jelek (poor)
D : 0,20 – 0,40 = cukup (satisfactory)
D : 0,40 – 0,70 = baik (good)
D : 0,70 – 1,00 = baik sekali (exellent)
b. Analisis Data.
Teknik analisis data
yang digunakan perlu dikemukakan secara jelas dan rinci sesuai dengan jenis
data yang dikumpulkan pada saat dilakukannya kegiatan observasi.
1)
Data hasil belajar siswa
Data mengenai hasil
belajar diambil dari kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Analisis data
hasil belajar dilakukan dengan cara menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan
belajar siswa secara klasikal.
a)
Menghitung nilai rata-rata
Rumus
yang digunakan untuk menghitung rata-rata yaitu:
5.
Indikator Keberhasilan
Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan
kelas ini sebagai berikut:
a. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan nilai rata-rata
kelas ≥ 70, ketuntasan belajar individu mencapai ≥ 70% dan ketuntasan belajar
klasikal mencapai ≥ 70%
b. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat dengan kriteria
tinggi dan mencapai persentase ≥ 75%
DAFTAR PUSTAKA
Arief S.Sadiman, dkk. (2009). Media
Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan. Jakarta: Rajawali
Pers. .
Arikunto,
Suharsimi.2009.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. 2013. Media
Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Daryanto. 2012. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.
Depdiknas.2003.Undang-undang
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dimyati
dan Mudjiono.2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta.
Djamarah,
Syaiful Bahri dan Aswan Zain.2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hernawan,
Asep Herry, dkk.2007.Media Pembelajaran sekolah Dasar.Bandung:UPI PRESS.
Marifah, Hermin. Meningkatkan Hasil Belajar Operasi Hitung Perkalian
Bersusun Ke Bawah dengan Media Papan Napier Pada Pembelajaran Matematika Bagi
Siswa Kelas III SD Dapuan Surabaya. http://ejournal.unesa.ac.id/article/1315/18/article.pdf diakses pada 24 Mei
2016.
Purwanto,
M.N. 2013. Prnsip-Prinsip dan Teknik
Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2015. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU Teori Praktik dan Penilaian.
Jakarta: PT RAJA GRAFINDO PERSADA.
Slameto.2010.Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta:Rineka Cipta.
Suprijono,
Agus.2009.Cooperative Learning:Teori&Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta:Pustaka Belajar.
Walgito, Bimo.2009.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta:ANDI.
Baca Juga :
Contoh penelitian Tidakan Kelas PAUD : Peningkatan Keterampilan Bicara Anak Usia 3-4 Tahun
Download PTK SD Lengkap Kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6 Dengan Sekali KLIK
Contoh PTK Peningkatan Hasil Belajar
Proposal Penelitian PTK ini ditulis oleh Guru SD yaitu Toni Eko Nugroho. S.Pd