PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara bagian timur yang yang terletak di equator, sehingga akan
menjadi negara yang pertama kali merasakan perubahan iklim. Dampak tersebut
telah dirasakan, yakni tahun 1998 menjadi tahun dengan suhu udara terpanas dan
semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Perubahan ikim dapat dirasakan
pada daerah dataran tinggi dan kawasan pegunungan yang kini tak lagi sedingin
dulu. Iklim pun kian sulit diprediksi dengan tepat. Bencana global ini
sebenarnya justru dipicu oleh aktivitas manusia itu sendiri yang telah mengeruk
alam (eksploitasi berlebih), tanpa adanya pembenahan. Akibatnya, alam mulai
memberontak akibat keseimbangan ekosistem yang tidak stabil. Hal tersebut
menyebabkan bumi mulai memanas dan terjadi perubahan iklim secara global (Affandi, 2008).
Perubahan
iklim yang disebabkan pemanasan global telah menjadi isu besar di dunia.
Mencairnya es kutub utara dan kutub selatan yang akan menyebabkan kepunahan
habitat di sana merupakan bukti dari pemanasan global. Deretan bencanapun kian
panjang seperti banjir, tanah longsor,
kekeringan, gagal tanam dan panen hingga konflik-konflik horizontal di dalam
masyarakat (Affandi, 2008).
Berdasarkan fenomena di atas maka penulis menyusun gagasan tertulis
mengenai berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pemanasan
global, untuk itu penulis mengangkat judul “Upaya Penanggulangan Global Warming
Melalui Greevourrecom”. Sebenarnya rangkaian upaya penanggulangan tersebut
sudah dicanangkan sejak lama. Namun, permasalahan yang muncul akibat pemanasan
global tersebut hingga saat ini belum dapat teratasi secara maksimal.
Tujuan
1.
Untuk mengkaji berbagai dampak yang
ditimbulkan akibat adanya pemanasan global (Global Warming).
2.
Untuk mengetahui cara yang paling
efektif dalam menanggulangi pemanasan global (Global Warming).
Manfaat
1.
Bagi masyarakat umum, dapat memberikan
informasi kepada masyarakat bahwa pemanasan global memiliki berbagai dampak
yang cukup serius dan tidak dapat diabaikan begitu saja, baik dalam kurun waktu
yang lama maupun singkat.
2.
Bagi dunia keilmuan, penulisan karya
ilmiah ini diharapkan mampu mendorong perkembangan ilmu-ilmu sains, serta
memberikan informasi ilmiah mengenai berbagai dampak sekaligus penanggulangan
terhadap pemanasan global.
GAGASAN
Tinjauan Umum Pemanasan
Global (Global Warming)
Pengertian Global
Warming
Global
Warmingterjadi karena meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca. Disebut sebagai gas rumah kaca karena gas tersebut berfungsi seperti kaca
yang berada dalam rumah kaca. Sinar matahari yang dipancarkan ke bumi sebagian
besar akan dikembalikan lagi ke atmosfer. Karena adanya gas-gas rumah kaca,
maka sinar matahari yang seharusnya dikembalikan ke atmosfer tersebut akan
dipantulkan kembali ke bumi, pemantulan inilah yang menyebabkan temperatur
meningkat. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di
atmosfer, maka semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya (Hamit,
2008).
Gas
tersebut antara lainkarbondioksida (CO2), metana (CH4),
nitrooksida (N2O), chloro-fluoro-carbon(CFCs), hidro-fluoro-carbon
(HFCs), dan sulfur heksafluorida (SF6).
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan
bumi akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Hal tersebut
terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat. Jadi dapat dijelaskan bahwa pemanasan global adalah kejadian
meningkatnya temperature rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi.
Temperature bumi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatannya
rata-rata 0,60C, bahkan bisa lebih tinggi hingga 1,4 – 5,80C.
saat ini temperatur permukaan bumi rata-rata sekitar 150C (Susanta
dkk, 2007).
Johannis dalam sebuah artikel menuturkan bahwa pemanasan global (global
warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperature global
dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (grrenhouse effect)
yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2),
metana(CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi
matahari terperangkap dalam atmosfer bumi.
Berbagai Dampak
Global Warming
Dengan
meningkatnya temperatur global dapat dipastikan akan menimbulkan
permasalahan-permasalahan baru. Meningkatnya temperatur global diperkirakan
akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti naiknya muka air laut,
meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan
pola presipitasi (Hamit, 2008).
Dampak
lebih lainnya adalah meningkatnya volume air
laut sehingga permukaan air laut akan naik sekitar 9-100 cm yang menimbulkan
banjir di daerah pantai dan dapat menenggelamkan pulau-pulau dan kota-kota
besar yang berada di tepi laut, curah hujan yang berada di daerah yang beriklim
tropis akan lebih tinggi dari normal, tanah akan lebih cepat kering walaupun
sering diguyur hujan dan kekeringan tanah ini mengakibatkan banyak tanaman
mati. Hal tersebut mengakibatkan beberapa tempat mengalami kekurangan makanan,
akan sering terjadi angin besar dimana-mana, berpindahnya hewan dan tanaman ke
daerah yang lebiih dingin, musnahnya hewan dan tanaman yang tidak mampu
berpindah atau beradaptasi (Susanta dkk, 2007).
Adapun
sebuah artikel menjelaskan bahwa pemanasan global mengakibatkan dampak yang
luas dan serius bagi lingkungan biogeofisik seperti pelelehan es di kutub,
kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir,
perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama
penyakit.
Adapun dampak dari aktifitas sosial-ekonomi
masyarakat meliputi (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota
pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan
jalan, pelabuhan dan bandara, (c) gangguan terhadap pemukiman penduduk, (d)
pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan
wabah penyakit (Hamit, 2008).
Tinjauan
Umum Greevourrecom
Salah satu cara efektif untuk menanggulangi pemanasan global adalah melalui
greevourrecom.Greevourrecom
merupakan sebuah singkatan yang menyatakan gabungan dari Green Revolution,
Four Re (Reduce, Reuse, Recycle, Replace) dan Composting.
Revolusi hijau (Green
Revolution)
Green revolutionmerupakan cara yang
paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara yakni dengan menanam
tanaman dalam jumlah banyak dan memeliharanya. Tanaman akan menyerap karbon
dioksida untuk proses fotosintesis dan akan melepaskan oksigen ke udara. Di
seluruh dunia, tingkat perambahan hutan sangat tinggi, sedangkan tanaman yang
tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah yang tidak subur lagi. Upaya
reboisasi hutan merupakan langkah yang tepat untuk menyeimbangkan semakin
bertambahnya gas rumah kaca (Susanta dkk, 2007).
Reduce,
Reuse, Recycle, Replace,dan Composting merupakan salah satu bentuk
penanggulangan terhadap sampah.Dalam kehidupan manusia, sampah dalam
jumlah besar datang dari aktivitas industri, misalnya pertambangan, manufaktur,
dan konsumsi. Laju pengurangan sampah lebih kecil dari pada laju produksinya.
Hal ini lah yang menyebabkan sampah semakin menumpuk di setiap penjuru kota
(Hamit, 2008).
Besarnya
timbunan sampah yang tidak dapat ditangani tersebut akan menyebabkan berbagai permasalahan.
Salah satunya berpengaruh pada perubahan iklim akibat adanya kenaikan
temperature bumi atau disebut juga pemanasan global. Seperti yang telah kita
ketahui, pemanasan global terjadi akibat adanya peningkatan gas-gas rumah kaca
seperti uap air, karbondioksida (CO2), metana(CH4), dan
dinitrooksida (N2O). dari tumpukan sampah ini akan dihasilkan
berton-ton gas karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas
metana (CH4) dapat dirubah menjadi sumber energi yang akhirnya bisa
bermanfaat bagi manusia. Sedangkan gas karbondioksida (CO2), sampai
saat ini belum ada pemanfaatan yang signifikan (Hamit, 2008).
Gas
karbondioksida yang dihasilkan di tempat pembuangan akhir (TPA-TPA) pun tidak
hanya berasal dari penumpukan sampah-sampah saja. Tetapi berasal juga dari
pembakaran-pembakaran sampah plastik yang dilakukan oleh pemulung. Para
pemulung ini membakar sampah plastik untuk lebih memudahkan dalam memilih
sampah-sampah yang tidak bisa dibakar seperti besi. Padahal dengan pembakaran
ini akan sangat merugikan terutama bagi kesehatan masyarakat di sekitar tempat
pembakaran. Besarnya gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari
pembakaran akan semakin meningkatkan temperature di permukaan bumi ini.Selain
itu abu dari sisa pembakaran sampah akan menimbulkan gangguan pernafasan pada
masyarakat sekitar (Hamit, 2008).
Untuk itu Reduce, Reuse, Recycle,
Replace, dan Composting merupakan cara yang efektif untuk mengatasi
masalah pemanasan global yang diakibatkan oleh penumpukan sampah (Hamit, 2008).
Reduce
(mengurangi sampah)
Reduce(mengurangi sampah) merupakan langkah
pertama untuk mencegah penimbunan sampah. Sebisa mungkin lakukan minimalisi
barang atau material yang kita gunakan. Semakin banyak kita menggunakan
material, maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan (Hamit, 2008).
Reuse
(menggunakan kembali)
Reuse(menggunakan kembali) berarti menghemat
dan mengurangi sampah dengan cara menggunakan kembali barang-barang yang telah
dipakai. Apa saja barang yang masih bisa digunakan, seperti kertas
berwarna-warni dari majalah bekas dapat dimanfaatkan untuk bungkus kado yang
menarik. Menggunakan kembali barang bekas adalah wujud cinta lingkungan (Hamit,
2008).
Recycle
(mendaur ulang)
Recycle(mendaur ulang), mendaur ulang diartikan mengubah sampah
menjadi produk baru, khususnya untuk barang-barang yang tidak dapat digunakan
dalam waktu yang cukup lama, misalnya kertas, aluminium, gelas, dan plastik.
Langkah utama dari mendaur ulang adalah memisahkan sampah yang sejenis dalam
satu kelompok (Hamit, 2008).
Sampah
metal merupakan bahan anorganik yang susah dihancurkan dan tidak dapat dibakar.
Namun, sampah metal khususnya besi (ferum) dan campurannya masih dapat hancur
secara alami melalui reaksi oksidasi yang membentuk karat (proses korosi), akan
tetapi proses ini berlangsung sangat lama. Sisa metal pada sampah biasanya
berasal dari rongsokan alat-alat dapur, rumah tangga, kaleng bekas, alat tulis
serta alat lainnya. Penggunaan sisa metal yang berasal dari rongsokan alat-alat
berat seperti mobil, kereta api, traktor, dan alat berat lainnya sudah banyak
dilakukan orang. Barang-barang ini setelah dikumpulkan dipecah-pecah (scraping)
dan dijual sebagai besi tua yang kemudian diolah kembali menjadi produk metal
lainnya, dan biasanya digunakan oleh industri pengolah logam yang digunakan
sebagai bahan bakunya (Bahar, 1986).
Sampah kaca
merupakan bahan anorganik yang tidak dapat dibakar dan susah dihancurkan,
sampah kaca sering mengganggu karena tajam dan dapat melukai. Penggunaan sampah
kaca yang sudah biasa dilakukan orang dan dapat dikembangkan adalah dalam
bidang bangunan, yaitu untuk membuat dinding-dinding atau tiang beton membentuk
keindahan dan karakteristik tersendiri, dengan cara memasangnya pada bagian
luar dengan aturan artistik yang diinginkan, selain itu sampah kaca juga dapat
digunakan dalam pembuatan pot-pot bunga serta souvenir lainnya (Bahar, 1986).
Sampah
plastik dan karet merupakan bahan organik yang susah dihancurkan melalui proses
alami, kalaupun bisa prosesnya berlangsung cukup lama. Di Indonesia
perusahaan-perusahaan yang mengolah kembali sisa atau sampah plastik dan karet
menjadi produk baru lainnya suah banyak didirikan pada berbagai kota, akan
tetapi jumlahnya masih belum seimbang dengan jumlah plastik dan karet yang
diproduksi masyarakat. Perusahaan ini membeli sampah dan sisa plastik atau
karet yang telah dikumpulkan dan dibersihkan oleh orang-orang tertentu, dibawa
ke pabrik dan di sini melalui proses kimiawi maupun fisik diolah kembali
menjadi produk lainnya (Bahar, 1986).
Sampah
kertas jumlahnya cukup besar jika dibandingkan dengan sampah jenis lainnya
(Holmes, 1980). Sampah kertas dapat digunakan sebagai bahan baku atau campuran
bahan baku pada industri kertas, dalam pengembangan ini perlu kerjasama dan
keikutsertaan pabrik kertas untuk menampung kembali sisa dan sampah kertas yang
telah dibersihkan dan disortasi serta disesuaikan dengan spesifikasi yang
diinginkan untuk dijadikan bahan baku pabrik kertas tersebut (Bahar, 1986).
Sampah kayu dan sejenisnya biasa digunakan kayu bakar secara langsung. Akan
tetapi sampah kayu ini juga sering digunakan/diolah menjadi arang yang akhinya
juga digunakan sebagai bahan bakar. Sampah-sampah kayu berupa sisa-sisa
bangunan, hasil tebangan pohon kayu, batok kelapa dan jenis lainnya dibakar
dengan cara tertentu. Pembakaran tidak sempurna dan tidak menjadi abu dalam
suatu lobang atau tempat yang memang sudah dipersiapkan untuk itu. Setelah
pembakarannya dirasakan cukup, disiramkan air untuk mematikan apinya, kemudian
dikeringkan lagi (biasanya dijemur) dan terbentuklah arang yang sudah siap
dipasarkan (Bahar, 1986).
Replace
(mengganti)
Replace(mengganti), yakni mengganti barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan
barang yang lebih tahan lama. Usahakan agar teliti terhadap barang dipakai
sehari-hari, misalnya dengan hanya memakai barang-barang yang lebih ramah
lingkungan (Hamit, 2008).
Composting
(pembuatan kompos)
Compostingmerupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik, misalnya daun,
limbah pertanian (sisa panen), dan sisa makanan. Pembusukan itu menghasilkan
materi yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor, dan kalium yang
disebut kompos atau humus yang baik untuk pupuk tanaman (Hamit, 2008).
Tentunya cara ini akan lebih baik
digunakan dari pada dengan cara pembakaran. Selain mengurangi efek pemanasan
global dengan mengurangi volume gas karbondioksida (CO2) yang
dihasilkan, cara ini tidak mempunyai efek samping bagi masyarakat ataupun
lingkungan (Hamit, 2008).
Penelitian
Terkait Global Warming dan Berbagai Dampak yang Ditimbulkan
Para
pakar dari berbagai disiplin ilmu dalam pertemuan ilmiah yang diselenggarakan
Intergovermental Oceanographic Commisision (IOC) UNESCO di Paris, Juni 2006,
melaporkan bahwa permukaan laut di seluruh dunia sudah naik 3 milimeter per
tahun atau sekitar 30 cm dalam satu
abad. Laporan itu lebih tinggi dari pada besaran yang sering dikutip dalam
laporan International Panel On Climate Change (IPCC), yaitu 2 milimeter
per tahun. Para peneliti, termasuk penulis yang turut mempresentasikan hasil
kajian peningkatan permukaan laut di Indonesia, menyampaikan berbagai hasil
penelitian terbaru tentang kenaikan permukaan laut yang terjadi di berbagai
belahan dunia termasuk peta perubahan lapisan es di kutub (Manurung, 2008).
Bumi yang semakin memanas ini
menyebabkan dua faktor utama yang membuat permukaan laut naik. Pertama,
penambahan massa air akibat mencairnya lapisan es yang ada di daerah kutub.
Kedua, volume air laut bumi memuai (thermal expansion). Para pakar mengkhawatirkan
semakin banyaknya fakta yang mendukung bahwa proses pemanasan global ke depan
akan lebih cepat dari pada waktu sebelumnya. Dampak dari kenaikan permukaan
laut yang bisa saja mencapai 1 meter dalam satu abad ini sudah menjadi
permasalahan yang sudah ditangani karena akan menyebabkan perubahan ekosistem
dan habitat di daerah pantai termasuk mengancam kehidupan manusia diperkirakan
lebih dari 37% yang saat ini berdiam di sekitar batas 100 km dari bibir pantai
(Manurung, 2008).
Hubungan
Global Warming Dengan Greevourrecom
Berbagai
dampak akibat global warming dapat ditanggulangi melalui greevourrecom, dalam
gagasan tertulis ini diungkapkan mengenai tindakan greevurrecom (green
revolution, reduce, reuse, recycle, replace, dan composting).
Green revolution merupakan
upaya yang tepat untuk menanggulangi pemanasan global yang mana fungsinya
adalah untuk menghilangkan/mengurangi karbondioksida di udara. Adapun reduce,
reuse, recycle, replace, dan composting merupakan upaya
penanggulangan pemanasan global melalui pemanfaatan sampah. Jika besarnya
timbunan sampah yang tidak dapat ditangani dibiarkan begitu saja maka akan
menyebabkan berbagai permasalahan. Salah satunya berpengaruh pada perubahan
iklim akibat adanya kenaikan temperatur bumi atau disebut juga pemanasan
global.
Sumber Data
Deskriptif
Hasil
dari Indonesia kajian Bakosurtanal berdasarkan data pengamatan 15 dari 90
stasiun pemantau permukaan laut yang pengamatannya sudah melebihi 10 tahun
menunjukkan adanya kenaikan permukaan laut rata-rata berkisar 3-7 mm/tahun.
Kenaikan permukaan laut yang terpantau dari pelabuhan ke pelabuhan tidak selalu
sama diantaranya disebabkan faktor terjadi penurunan tanah atau subsidensi di
sekitar areal pelabuhan tempat pengamatan laut dilakukan. Seperti contoh daerah
pantai barat Sumatra, kenaikan permukaan laut tidak akan terasa karena
pantainya rata-rata terangkat akibat gempa besar yang terjadi pada waktu
tsunami Aceh 26 Desember 2004 dan gempa Nias 22 April 2005. Sebaliknya kenaikan
permukaan laut akan semakin tinggi dampaknya di pantai utara Jawa dan pantai
timur Sumatra karena adanya faktor subsidensi (Manurung, 2008).
Menurut laporan Commonwealth Scientific
and Industrial Research Organization (CSIRO) bahwa peningkatan 20-50 cm
permukaan air laut dapat terjadi di garis pantai berjarak total 100.000 km.
pantai-pantai yang terancam tenggelam terutama adalah Delata Mutiara di Cina
dan Delta Bangladesh. Akibatnya, ratusan jiwa penduduk sempat terancam
kehilangan tempat tinggal. Laporan tersebut juga mengungkapkan peningkatan
permukaan air laut dan curah hujan berisiko memicu wabah penyakit menular di
wilayah-wilayah yang terpengaruh. Karena itu, ratusan jiwa penduduk yang
terkena bencana berisiko terserang malaria dan demam berdarah (Affandi, 2008).
Kesimpulan
Dengan adanya berbagai dampak pemanasan global seperti yang diuraikan di
atas, di zaman yang serba modern ini, penulis menemukan solusi baru yang lebih
mudah dan murah untuk dilakukan bagi seluruh kalangan serta tidak memerlukan
waktu lama untuk proses penanganan seperti penanaman pohon dan penanggulangan
sampah. Dengan adanya penanaman pohon (green revolution) serta
penanggulangan sampah melalui reduce, reuse, recycle, replace, dan
composting masalah pemanasan global akan dapat tertanggulangi secara
efektif.
Saran
1.
Disarankan, terutama bagi masyarakat untuk
melakukan penanaman pohon/tanaman serta melakukan penanggulangan sampah melalui
reduce, reuse, recycle, replace, dan composting sebagai salah
satu upaya untuk menanggulangi pemanasan global.
- Hasil dari penelitian
ini, dapat memberikan informasi baru kepada masyarakat maupun pihak
terkait untuk menemukan alternatif baru dalam menanggulangi pemanasan
global.
DAFTAR PUSTAKA
Susanta, Gatut dan Sutjahjo, Hari.2007. Akankah
Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global. Jakarta : Penebar Plus
Bahar, Yul H. 1986. Teknologi Penanganan dan
Pemanfaatan Sampah.Jakarta: PT. Waca Utama Pramesti
Affandi, Imam. 2008. Ancaman Global warming Bagi
Manusia. (online)
(http://imamaffandi.wordpress.com/2008/02/17/ancaman-global-warming-dalam-kehidupan-manusia/…..)
diakses tanggal 30 januari 2010
Hamit.2008. Pemanasan Global dan Teman-temannya. (online) (http://hmit.wordpress.com/2008/02/11/pemanasan-global-dan-teman-temannya/….)diakses
tanggal 30 januari 2010
Hamit.2008. Pemanfaatan Sampah Sebagai Upaya
Mengurangi Pemanasan Global. (online)
(http://hmit.wordpress.com/2008/02/18/pemanfaatan-sampah-sebagai-upaya-mengurangi-pemanasan-global/….)
diakses tanggal 30 januari 2010
Manurung, Parluhutan. 2008. Ancaman Global Warming
Kian Nyata. (online)
(http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=2950) diakses tanggal 30
januari 2010