BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Perkembangan anak pada usia enam sampai dua belas merupakan
sesuatu yang kompleks. Artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling
terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan
maupun unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan
lingkungan, saling memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju
perkembangan anak tersebut.
Guru, terutama guru SD diharapkan mempunyai pemahaman konseptual
tentang perkembangan dan cara belajar anak di SD. Pemahaman konseptual tersebut
meliputi gambaran tentang siapa anak SD dan bagaiamana mereka berkembang, yang
mencakup tentang karakteristik perkembangan anak usia SD dalam berbagai aspek
fisik dan motorik, intelektual emosi, bahasa, sosial, moral, sikap dan
kesadaran beragama.
Di
sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan
keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan
penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.
Dengan bekal pemahaman konstektual tersebut, guru diharapkan dapat
mengaplikasikan pemahaman tersebut dalam menyelenggarakan proses pembelajaran
yang berorientasi pada perkembangan anak SD.
1.2. RUMUSAN MASALAH
a. Siapakah peserta
didik itu?
b. Bagaimanakah
perkembanganfisikdanmotorikpada anakusia
6-12tahun?
c. Bagaimanakah
perkembanganintelektual dan emosipada anakusia
6-12tahun?
d. Bagaimanakah
perkembanganbahasapada anakusia
6-12tahun?
e. Bagaimanakah
perkembangansosial,moral,sikappada anakusia 6-12tahun?
f.Bagaimanakah perkembangan
kesadaran beragamapadaanak usia 6-12tahun?
1.3. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui pengertian peserta didik.
b.Untuk mengetahui perkembanganfisikdanmotorikanakusia
6-12tahun.
c.Untuk mengetahui perkembangan intelektual dan emosianakusia 6-12tahun.
d.Untuk mengetahui perkembanganbahasaanakusia 6-12tahun.
e.Untuk mengetahui perkembangansosial,moral,sikapanakusia 6-12tahun.
f.Untuk mengetahui perkembangan kesadaran beragama anak usia
6-12tahun.
1.4.
MANFAAT PENULISAN
Setelah
mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti
perkembangan peserta didik,sehingga nantinya mahasiswa dapat menerapkan ketika
menghadapi peserta didik usia enam sampai duabelas tahun.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Peserta Didik
Dalam perspektif psikologis, peserta
didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai
individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan
dan pengarahan yang konsisten menuju kearah optimal kemampuan
fitrahnya.(Arifin, 1996)
Dalam persfektif Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No.20 Tahun2003 pasal 1 ayat 4, ”Peserta didik diartikan
sebagai anggota msyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur jejang dan jenis pendidikan tertentu.”
B. Perkembanganfisikdanmotorik
Perkembangan
fisik atau jasmani
anak sangat berbeda
satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama,
bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan
anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara
lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak,
kebiasaan hidup dan lain-lain.
Nutrisi
dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi
dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang
memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua
serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Olahraga juga merupakan faktor
penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak
aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat
mengganggu gerak dan kesehatan anak. Orang tua harus selalu memperhatikan
berbagai macam penyakit yang sering kali diderita anak, misalnya bertalian
dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain.
Oleh karena itu orang tua selalu
memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan
kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.
Perkembangan motorik, fase atau usia
sekolah dasar (7-12 tahun), di tandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang
lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar
ketrampilan yang berhubungan dengan motorik, baik halus maupun kasar, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Motori | Motorik |
Menulis | Baris berbaris |
Menggambar atau melukis | Seni bela diri (seperti pencak silat |
Mengetik atau computer | Senam |
Merupa atau seperti membuat kerajinan | Berenang |
Menjahit | Atletik |
Membuat kerajinan dari kertas | Main sepak bola |
Perkembangan fisik yang normal
merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam
bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik
sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Sesuai dengan perkembangan
fisik atau motorik anak yang sudah siap untuk menerima pembelajaran
ketermpilan, maka sekolah perlu memfasilitasi perkembangan motorik anak itu
secara fungsional.
Perkembangan
Motorikseiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang
maka perkembangan motorik anak sudah terkoordinasi dengan baik. Sesuai dengan
perkembangan fisik (motorik) maka di kelas-kelas permulaan sangat tepat diajarkan
:
- Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan
menggambar. - Keterampilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga.
- Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang,
dsb.
C. Perkembanganintelektual dan emosi
Istilah intelek berasal dari perkataan
”itelect” (bahasa inggris) yang berarti : (1).Proses kognitif berfikir, daya
menghubungkan serta kemampuan menilai
dan mempertimbangkan:(2).Kemampuan mental atau intelegensi. (CP.Chaplin,1981: 252)
Pada usia dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan
menghitung).
Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak, maka sekolah
dalam hal ini guru seyogyanya memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapat tentang materi
pelajaran yang dibacanya atau dijelaskan oleh guru, membuat karangan, menyusun
laporan. Perkembangan intelektual anak sangat
tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran
jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan
intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki
kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi
dengan teman-temannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan intelektual.
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan intelek peserta didik usia SD atau MI, antara lain:
- Kondisi organ penginderaan sebagai saluran
yang dilalui pesan indera dalam perjalanannya ke otak (kesadaran). - Intelegensi mempengaruhi kemampuan anak
untuk mengerti dan memahami sesuatu. - Kesempatan belajar yang diperoleh anak.
- Tipe pengalaman yang didapat anak secara
langsung akan berbeda jika anak mendapat pengalaman secara tidak langsung
dari orang lain atau informasi dari buku. - Jenis kelamin karena pembentukan konsep
anak laki-laki atau perempuan telah dilatih sejak kecil dengan cara yang
sesuai dengan jenis kelamin. - Kepribadian pada anak dalam memandang
kehidupan dan menggunakan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang
lain dan lingkungan.
Emosi
dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup
perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya ,dan perubahan
perilaku,(CP.Chaplin, 1982: 163)
Emosional berbeda satu sama lain karena adanya
perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua
maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat
dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.
Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi
oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang
sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering
kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi
perkembangan emosional anak.
Misalnya sangat dimanjakan, terlalu
banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua
yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak
membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak.
Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang
lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan
emosional anak. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh
orang tua dan anak, Biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya
dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut
orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat
menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat
perkembangan mental dan emosional anak.
Stres juga dapat disebabkan oleh
penyakit, frustasi dan ketidak hadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua,
keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua
yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering
kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh
melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan,
penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama
anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.
Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui
peniruan dan latihan (pembiasaan).Dalam proses peniruan, kemampuan orang
tua dalam mengndalikan emosinya sangatlah berpengaruh pada anak.
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah
laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Memgingat hal
tersebut, maka guru hendaknya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi
belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar
mengajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara lain :
- Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan.
- Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang
mempunyai harga diri. - Memberikan nilai secara objektif.
- Menghargai hasil karya peserta didik.
D. Perkembangan Bahasa
Anak sejak awal telah
menunjukkan kemampuan berbahasa yang terus berkembang. Ada aspek
linguistik dasar yang bersifat universal dalam otak manusia yang memungkinkan
menguasai bahasa tertentu (Tarigan, 1986: 257)
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam pengertian ini tercakup semua cara berkomunikasi, dimana pikiran dan
perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan
menggunakan kata-kata,kalimat, bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. Dengan
bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu :
- Proses jadi matang dengan perkataan lain anak itu
menjadi matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk
berkata-kata. - Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah
matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan
mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya. Kedua proses
ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak
Dengan dibekali pelajaran bahasa di sekolah, diharapkan
peserta didik dapat menguasai dan mempergunakannya sebagai alat untuk :
- Berkomunikasi dengan orang lain.
- Menyatakan isi hatinya.
- Memahami keterampilan mengolah informasi yang
diterimanya. - Berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat).
- Mengambangkan kepribadiannya seperti menyatakan
sikap dan keyakinannya.
Bahasa telah berkembang sejak anak
berusia 4 – 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu membimbing anaknya untuk
belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan
berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa.
Oleh karena itu bahasa berkembang
setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan
orang tua membimbing anaknya.
Fungsi dan tujuan berbicara antara lain:
(a) sebagai pemuas kebutuhan.
(b) sebagai alat untuk menarik orang lain.
(c) sebagai
alat untuk membina hubungan social.
(d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri.
(e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan
orang lain.
(f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
Potensi
anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu:
(a) kematangan alat berbicara,
(b) kesiapan mental.
(c) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak.
(d) kesempatan berlatih.
(e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan.
(f) bimbingan dari orang tua.
Di samping adanya berbagai dukungan
tersebut juga terdapat gangguan perkembangan berbicara bagi anak, yaitu:
(a) anak
cengeng.
(b) anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
E. Perkembangansosial,moral,sikap.
Sosial
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja
sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).
Berkat perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan
dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat
sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini
dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik
yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini
dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja
sama, saling menghormati dan betanggung jawab.
Moral
Istilah “moral” berasal dari kata “mores”(latin) yang artinya tata
cara dalam kehidupan,adat istiadat,atau kebiasaan (Gunarsa, 1988: 36)
Moral adalah baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan,sikap kewajiban dsb.(KBBI: 1993: 31)
Berikut ini beberapa proses pembentukan perilaku moral dan sikap
anak:
1.
Imitasi
Pada umunya anak mulai mengadakan imitasi atau
peniruan sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada di
sekitarnya. Anak perempuan meniru perilaku Ibu, kakak perempuan dan orang lain
dirumah, demikian pula anak laki-laki suka meniru perilaku ayah, kakak atau
tetangganya yang sering dijumpai di sekitarnya. Sering kali anak tidak hanya
meniru perilaku misalnya gerak tubuh,rasa senang atau tidak senang,sikap orang
tua terhadap agama, politik, hobi dll
2.
Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada
diri seseorang (anak)
Karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan
paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut.
3.
Introvert dan Ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik
diri dari lingkungan sosialnya, minat, sikap atau keputusan-keputusan yang
diambil selalu berasal berdasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalaman
sendiri. Orang-orang yang berkecenderungan introvert biasanya bersifat pendiam
dan kurang bergaul.
Ekstrovert adalah kencederungan seseorang
untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap dan
keputusan-keputusan yang di ambil lebih banyak di ambil oleh orang lain atau
berbagai peristiwa yang terjadi di luar dirinya.
4. Kemandirian
Kemandirian adalah
kemanpuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam
bentuk material maupun moral. Sedangkan kemandirian pada anak sering di kaitkan
dengan kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan
sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
5. Ketergantuangan
Ketergantungan di tandai
dengan perilaku anak yang bersifat kekanak kanakan perilakunya tidak sesuai
dengan anak lain yang sebayanya. Dengan kata lain anak tersebut tidak memiliki
kemandirian yang mencakup fisik atau mental dan perilakunya berlainan dengan
anak normal.
6. Bakat
Bakat merupakan potensi
dalam diri seseorang yang dengan adanya rangsangan tertentu memungkinkan orang
tersebut dapat mencapai sesuatu tingkat kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan
khusus yang sering kali melebihi orang lain.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari
lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral
ini, tapi lambat laun anak akan memahaminya. Pada usia sekolah dasar, anak sudah
dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan
sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari
suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk
perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk.
Sikap
Sikap merupakan ekspresi atau manifestasi dari pandangan individu
terhadap objek. Sikap merupakan sistem yang bersifat menetap dari komponen
kognisi, afeksi, dan konasi (Krech, 1973: 139).
Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa
selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam
masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak,
mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui
pemberian hadiah kepada anak apabila berbuat atau berperilaku yang positif.
Terdapat
bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa
materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada
kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam
masyarakat luas.
Fungsi hadiah bagi anak, antara lain:
(a) memiliki nilai
pendidikan.
(b) memberikan motivasi
kepada anak.
(c) memperkuat perilaku
dan.
(d) memberikan dorongan
agar anak berbuat lebih baik lagi.
Fungsi
hukuman yang diberikan kepada anak adalah:
(a) fungsi restruktif.
(b) fungsi pendidikan.
(c) sebagai penguat
motivasi.
Syarat
pemberian hukuman adalah:
(a) segera diberikan.
(b) konsisten.
(c) konstruktif.
(d)impresional artinya
tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan kepada perbuatannya.
(e) harus disertai
alasan.
(f) sebagai alat
kontrol dir.,
(g) diberikan pada tempat
dan waktu yang tepat.
F. Perkembangan
kesadaran beragama
Agama
mengandung dua unsur: keyakinan dan tata cara. Keduanya terpisah dan berbeda.
Akibatnya, minat terhadap satu unsur tidak dengan sendirinya menjamin minat
terhadap unsur lain. Juga tidak berarti bahwa minat terhadap kedua unsur akan
sama. Seorang mungkin terutama berminat mematuhi aturan agama tetapi
menunjukkan sedikit minat terhadap apa yang sering dianggap sebagai “teologi”
atau doktrin atau ajaran agama. Hal sebaliknya mungkin terjadi pada orang lain.
Demikian pula terhadap anak-anak. Beberapa anak terutama berminat terhadap
kepatuhan kepada agama dan yang lain terhadap ajaran agama. Mana yang lebih
menarik perhatian ditentukan sebagian oleh tekanan yang diberikan pada kedua unsur
tersebut pada masa awal pendidikan agama dan sebagian oleh apa yang berdasarkan
pengalaman, mereka anggap lebih memenuhi kebutuhan mreka. Jadi minat terhadap
agama terutama egosentris.
Saat anak bertambah usia dan lebih banyak
menghabiskan waktu dengan anggota kelompok teman sebaya, teman-teman ini akan
mempengaruhi minatnya. Contohnya, seorang anak yang mempunyai teman-teman yang
berbincang-bincang mengenai agama,dan mematuhi aturan agama akan mempunyai
minat yang lebih besar pada agama dari seorang anak yang temanya tidak, atau
hampir tidak, menunjukkan minat pada agama dan mempunyai sikap negativ terhadap
semua aturan agama.
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya
ditandai dengan ciri-ciri sebagaiberikut.
Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan
pengertian
- Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional
berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam
semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya. - Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam,
pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral. - Periode usia sekolah dasar merupakan masa
pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
Simpulan:
a.
Peserta
didik diartikan sebagai anggota msyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya
melalui proses pendidikan pada jalur jejang dan jenis pendidikan tertentu.
b.
Perkembangan fisik yang normal merupakan
salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang
pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat
menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
c.
Perkembangan intelektual anak sangat
tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran
jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua.
Kemampuan
mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).Dalam proses
peniruan, kemampuan orang tua dalam mengndalikan emosinya sangatlah berpengaruh
pada anak.
d.
Bahasa telah berkembang sejak anak
berusia 4 – 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu membimbing anaknya untuk
belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan
berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang
setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan
orang tua membimbing anaknya.
e.
Berkat perkembangan sosial, anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya. Moral pertamakali diperkenalkan oleh lingkungan
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Moral itu dikenalkan kepada anak
agar anak bisa membedakan mana yang benar, mana yang salah dan bisa menentukan
sikap anak sehubungan dengan perkembangan sosial nilai dan sikap.
f. Agama
diperkenalkan kepada anak agar, anak dalam bertidak dapat sesuai dengan ajaran
agama.
Saran :
Sebagai calon guru hendaknya kita tahu
dan memahami siapa sebenarnya anak didik kita, agar nantinya dalam kegiatan
belajar tidak terjadi salah arah.
Hendaknya kita bisa menjadi panutan yang
baik untuk anak-anak didik kita,karena segala tingkah laku kita akan mudah
sekali ditiru oleh peserta didik kita.
Dengan materi yang kami sajikan dalam
makalah ini, kami beharap saudara-saudara dapat menjadikan referensi untuk
bekal kelak saudara dalam mengetahui dan mahami perkembangan peserta didik. Sehingga
nanti pada saat anda mengajar anda dapat melakukan proses pembelajaran berdasarkan
perkembangan peserta didik tersebut.
Daftar pustaka
B. Hurlock, Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Vol 2. Jakarta: Erlangga.
Desmita.
2011. Psikologi Perkembangan Peserta
Didik: Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Haryadi,
Soegeng, dkk. 1995. Perkembanan Peserta
Didik. Cet.4. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Moeliono,
Anton M.1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. 4. Jakarta: Balai Pustaka.
Sumantri,
Mulyani dan Syaodih, Nana. 2006. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Departermen
Pendidikan Nasional.
http://blog.um.ac.id/arikaps/2011/12/10/karakter-peserta-didik/
http://ht87.multiply.com/calendar/item/10016?&show_interstitial=1&u=%2Fcalendar%2Fitem
https://karyatulisku.com/2011/05/karakteristik-peserta-didik-usia.html
http://www.lib4online.com/2010/10/perkembangan-peserta-didik.html
http://www.sekolahdasar.net/2011/05/karakteristik-dan-kebutuhan-anak-usia.html