PENERAPAN MEDIA PAPAN LEMPAR TERHADAP
HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGRI JOMBLANG 01
KOTA SEMARANG TAHUN 2015/2016
A.
Latar Belakang Masalah
Dewasa ini bangsa Indonesia sedang
berupaya meningkatkan sumber daya manusia. Hal tersebut dilakukan dengan
meningkatkan kecerdasakan sumber daya manusia. Hal tersebut juga tidak lepas
usaha untuk dapat bersaing di era globalisasi. Upaya mencerdaskan manusia
Indonesia dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya mencerdaskan manusia Indonesia, juga
telah jelas dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003, pasal 3 yang menyebutkan bahwa.
Pendidikannasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. (Sisdiknas No 20 tahun 2003).
Undang-undang
tersebut menyebutkan bahwa yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta menceradaskan kehidupan bangsa adalah pendidikan
nasional. Oleh sebab itu pendidikan nasional harus mempunyai kualitas yang
baik, sehingga mampu untuk mencapai fungsi dan tujuan dari pendidikan di
Indonesia. SementaraUndang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 juga
menyebutkan bahwa:
Pendidikannasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokkratis dan bertanggung jawab.
Undang-Undang
tersebut juga dengan jelas menyampaikan bahwa yang menjadi tujuan nasional
adalah berkembangnya potensi peserta didik. Peserta didik disini adalah siswa
yang ada di sekolah dan potensi yang dimaksut adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh siswa.
Mengingat pada
fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional tersebut maka jelas bahwa diharapkan
melalui pendidikan nasional sumber daya manusia indonesia menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan negara-negara lain. Artinya
kita akan melihat manusia indonesia yang berintelektual, manusia Indonesia yang
berkarakter dan dapat berprestasi untuk bersaing di dunia.
Namun dewasa ini pendidikan di
Indoenesia berada pada tingkat yang rendah. Dikutip DetikNews.com (2014)
disebutkan bahwa hasil survei dari PISA (Program
for International Student Assesment) tahun 2012 memperlihatkan bahwa negara
Indonesia berada diperingkat rendah. Negara yang paling rendah dalam peringkat
ini adalah Peru dan Indonesia. Lebih lanjut dikutip dari MetrotvNews.com (2013)
disampaikan bahwa tingkat membaca pelajar Indonesia menempati urutan ke-61 dari
65 negara anggota PISA. Indonesia hanya mengumpulkan skor membaca 396 poin.
Untuk literasi matematika, pelajar Indonesia berada di peringkat 64 dengan skor
375. Adapun skor literasi sains berada di peringkat 64 dengan skor 382.
Sedangkan dikutip dari Kompas.com (2012) disebutkan bahwa hasil research dari Firma Pendidikan Pearson
sistem pendidikan Indoensia berada di posisi terbaFwah bersama Meksiko dan
Brazil. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan di Indonesia
masihlah rendah dan jauh dibandingkan dengan negara-negara lain.
Kondisi tersebut
jelas menunjukan bahawa terjadinya ketimpangan yaitu anatar harapan dengan
kenyataan. Harapan dari adanya pendidikan nasional yaitu mampu mengembangkan
kualitas sumber daya manusia, sehingga dapat bersaing di era global dengan
negara-negara lain. Namun kondisi yang terjadi adalah sebaliknya, pendidikan
nasional belum mampu secara maksimal mengembangkan manusia indonesia yang mampu
bersaing di era global. Ketimpangan tersebut menjadikan adanya masalah yaitu
kualitas pendidikan nasilan yang masih kurang.
Kualitas
pendidikan salah satunya ditentukan olehsuasana kondusif
dalam proses belajar. Suasana kondusif sangat mempengaruhi kondisi peserta
didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.Menurut Rianto
(2007:1), tingkat keberhasilan pembelajaran amat ditentukan oleh kondisi yang
terbangun selama pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang semakin kondusif, maka
tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajarnya akan semakin tinggi dan
sebaliknya.Lebih lanjut
kondusifitas proses belajar di kelas juga dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
mengajar. Kemapuan guru dalam memfasilitasi perserta didik dalam belajar
meliputi kemampuan guru dalam menyajikan pembelajaran, menggali kemampuan siswa
dan mengembangkan potensi dari siswa.
Oleh sebab itu
untuk menginkatkan kualitas dari pendidikan nasional dapat dilakukan oleh guru
dengan meningkatkan kemampuannya dalam memfasilitasi peserta didik dalam proses
pembelajaran. Menurut Rusman (2015: 21) “pembelajaran merupakan suatu sistem,
yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya”. Komponen-komponen yang saling berhubungan dalam pembelajaran yaitu
tujuan, materi, media dan strategi pembelajaran. Maka dengan kemampuan guru
mengorganisir pembelajaran dengan baik, dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
Namun, kondisi
yang terjadi di sekolah, tidak sepenuhnya terjadi seperti yang diharapkan yaitu
terjadinya proses pembelajaran yang terorganisir dengan baik. Sebaliknya yang
terjadi adalah kurang optimalnya proses belajar mengajar yang terdapat di
sekolah. Dari pengamatan yang dilakukan
oleh penulis pada proses belajar siswa dikelas IVSD
Jomblang 01 Kota Semarang
ditemukan kondisi-kondisi sebagaimana berikut yaitu, kurangnya minat
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa kesulitan untuk memahami
materi yang disampaikan oleh guru serta hasil belajar siswa, dimana sebanyak 22
anak tidak mampu untuk mencapai nilai KKM pelajaran matematika.
Sementara dari
hasil wawancara dengan guru kelas yaitu Ibu Anjar S.Pd menyampaikan bahwa
konsentrasi belajar siswa memang tidak lama, konsentrasi maksimal siswa hanya
mencapai 10-15 menit dalam awal proses pembelajaran selebihnya kurang optimal.
Siswa juga kurang antusias dalam belajar sehingga kurang mampu memahami materi.
Kondisi-kondisi
yang terjadi di sekolah tersebut adalah kelemahan dalam proses pembelajaran
yang perlu segera diatasi. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah
dengan meningkatkan minat siswa dalam belajar. Untuk itu penggunaan media
pembelajaran dapat membantu untuk mengatasi minat siswa dan konsentrasi siswa
dalam proses belajar. Lebih lanjut penggunaan media dalam proses belajar juga
dijelaskan olehHamalik (1986) dalam Arsyad (2013: 19)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. pendapat dari Hamalik tersebut menjalaskan bahwa untuk
menginkatkan.
Penjelasan diatas menjelaskan bahwa
media mampu untuk membangkitkan keinginan dan minat serta motivasi dan
menrangsang siswa dalam belajar. Maka dengan begitu utnuk mengatasi masalah
dalam proses pembelajaran, penggunaan media ini dapat membantu menyelesaikan
masalah tersebut. Menurut Arsyad (2013: 3) “media dalam proses belajar mengajar
cendrung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau electronis untuk
menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal”.
Pengertian dari Arsyad menekankan media adalah alat yang digunakan untuk
menyusun kembali informasi visual atau verbal yang memudahkan siswa menerima
pesan. Media menjadi alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan informasi.
Mempermudah peserta didik dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh guru.
Mengingat kembali pada permasalahan
dalam proses pembelajaran dan mengingat bahwa media mampu untuk membantu
menyelesaikan masalah tersebut, maka penulis hendak meneliti pengaruh dari
penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar. media yang hendak penulis
teliti dalam hal ini adalah media papan lempar.
Media papan lempar terbuat dari bahan kayu dan bergambarkan poin-poin, bisa
berbentuk kotak atau bulat. Pemanfaatan media papan lempar dilakukan dengan
siswa melemparkan mata jarum atau anak panah ke arah papan lemparyang
bergambarkan poin soal yang akan dijawab oleh siswa itu sendiri. Dengan media
ini diharapkan memberikan manfaat kepada proses pembelajaran yang meningkatkan
keaktifan siswa, memotivasi siswa, meningkatkan fokus dari siswa serta yang terakhir
yaitu meningkatkan hasil belajar dari siswa.
Atas dasar
pembahasan di atas maka penulis mencoba untuk mengetahui keefektifan penerapan
media papan lempar terhadap hasil belajar siswa. yang kemudian menjadi bahwan
analsisi skripsi dengan judul “Penerapan Media Papan Lempar Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negri Jomblang 01Kota Semarang Tahun
2015/2016”
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi masalah penelitian
antara lain:
1. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran di kelas.
2. Siswa
hanya mampu berkonsentrasi secara maksimal pada 10-15 menit awal pembelajaran,
selebihnya kurang optimal.
3. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.
4. Hasil belajar siswa yang masih dibawah KKM.
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkanidentifikasi masalah tersebut,
penelitian ini dibatasi pada penerapan media papan lempar terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas IV SD Negri Jomblang 01 Kota Semarang Tahun ajar
2015/2016.
D.
Rumusan Masalah
Dariulasan pembahasan yang telah dipaparkan
pada latar belakang, maka penulis dalam hal ini merumuskan masalah dalam
pengembangan dan penelitian ini adalahbagaimanapenerapan media papan lempar terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negri Jomblang 01 Kota Semarang
Tahun ajar 2015/2016?
E.
Tujuan Pengembangan
Sesuaidengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikanpenerapan media papan lempar terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negri Jomblang 01 Kota Semarang
Tahun ajar 2015/2016.
F. Manfaat penelitian
1. Secara Teoritis
Hasildari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan media
pembelajaran atau penerapan media pembelajaran secara lebih lanjut. Selain itu
juga menjadi sebuah nilai tambah khasanah pengetahuan ilmiah dalam bidang
pendidikan di Indonesia.
2. Secara Praktis
a) Bagisiswa, hasil penelitian diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajarmatematikasiswa kelas IV SD negri jomblang 01 Kota Semarang 2015/2016 dengan penerapan
media.
b) Bagi
guru, penerapan media papan lempar dalam pembelajaran dapat memfasilitasi siswa
dalam belajar dan mempelajari materi dengan mudah dan bermakna.
c) Bagi
sekolah, hasil dari penelitian penerapan media papan lempar ini memberikan
referensi dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan proses belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru. Serta sekolah dapat mendukung guru untuk menciptakan
media yang lebih bervariasi lagi.
d) Bagi
peneliti, peneliti mampu menerapkan media yang sesuai dalam materi pembelajaran
tertentu. Serta peneliti mempunyai pengetahuan dan wawasan mengenai materi dan
media pembelajaran yang sesuai.
G. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
a.
Belajar
Beberapa
ahli telah menyampaikan definisi dari belajar, dianataranya yaitu Surya (1997)
dalam Rusman (2015: 13), belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan prilaku secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman pribadi itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sementara menurut Slameto (2010: 2) menyampaikan bahwa belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tersebut
menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses, artinya belajar tidak dilakukan
secara singkat melainkan terus menerus (continu).
Belajar adalah usaha, yang dilakukan oleh individu untuk menjadi lebih baik,
dan merupakan hasil dari perilaku sebelumnya yang berupa pengalaman.
Sementara
Rusman (2015: 12) berpendapat bahwa belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku
individu. Pendapat tersebut menempatkan belajar sebagai faktor dalam
pembentukan karakter dan perilaku. Pembentukan pribadi dan prilaku seseorang
sangat dipengaruhi oleh kegiatan belajarnya, misal dia tidak dapat belajar
dengan baik, maka akan menghasilkan pembentukan pribadi dan prilaku tidak baik
begitupun sebaliknya.
Cronbach
dalam Rusman (2015: 13) berpendapat bahwa learning
is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar
ditunjukan dari perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pendapat dari
Cronbach mengungkapkan bahwa belajar harus menunjukan perubahan, dan perubahan
tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Belajar menghasilkan out come, yaitu terjadinya perubahan
perilaku.
Howard
L. Kingskey dalam Rusman (2015: 13) mengatakan bahwa learning is process by which behavior (in the broader sence) os
originated or changed through practice or traning. Belajar adalah proses
yang mana perilaku (dalam arti luas)
ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan. Pendapat terebut
mirip dengan pendapat dari Slameto, yang menekankan belajar sebagai proses.
Seseorang dianggap belajar ketika mempunyai tujuan yang hendak dicapai secara
sadar dan merencanakannya.
Berdasarkan
pendapat ahli diatas, hal yang paling utama dalam belajar adalah terjadinya
perubahan prilaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
secara sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan, belajar ditandai dengan adanya
perubahan perilaku secara menyeluruh yang diakibatkan oleh interaksi secara
individu maupun secara kelompok.
Menurut
berbagai macam definisi yang telah disampaikan oleh para ahli, maka inti dari
belajar adalah terjadinya perubahan perilaku. Selanjutnya menurut Surya (1997)
dalam Rusman (2015: 14) ada delapan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu:
1) perubahan yang disadari dan disengaja, 2) perubahan yang berkesinambungan,
3) perubahan yang fungsional, 4) perubahan yang bersifat positif, 5) perubahan
yang bersifat aktif, 6) perubahan yang bersifat permanen, 7) perubahan yang
bertujuan dan terarah, 8) perubahan perilaku secara keseluruhan.
Sedangkan
menurut Slameto (2010: 3) menyampaikan bahwa ciri-ciri dari perubahan tingkah
laku dalam pengertian belajar, yaitu: 1) perubahan terjadi secara sadar, 2)
perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, 3) perubahan dalam
belajar bersifat positif dan aktif, 4) perubahan dalam belajar bukan bersifat
sementara, 5) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah, 6) perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Sedangkan
menurut Bloom, ciri-ciri perubahan perilaku dapat dilihat dari tiga aspek
yaitu, afektif, kognitif dan psikomotorik beserta tingkatannya. Bloom
menyusunnya dalam bentuk tabel, yang disebut dengan Taksonomi tingkah laku
Bloom atau Taksonomibloom.
Tabel 1
Taksonomi Tingkah laku Bloom (Rusman 2015: 18)
COGNITIVE (Think) | PSYCHOMOTOR (Doing) | AFFEVTIVE (Feeling) |
Knowledge | Perception | Receiving |
Comprehension | Set | Responding |
Aplication | Guided | Valueing |
Analysis | Complex over response by velue or velue | Organisation |
Syntetis | Originating | Characterisation |
Evaluation |
Proses
belajar setiap individu mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Terdapat
individu yang mudah belajar dengan melihat, misal dia siswa yang lebih paham
materi tentang nama daerah di Indonesia, ketika melihat peta secara langsung.
Sementara individu lainnya lebih mudah untuk belajar dengan cara mendengar,
misal seorang siswa jauh lebih mudah memahami materi tentang sejarah bangsa
indonesia ketika mendengarkan cerita dari gurunya. Sedangkan terdapat juga
individu yang lebih mudah belajar dengan cara melakukan, misal siswa yang jauh
lebih mudah memahami materi belajar dengan cara melakukan atau mempraktekkan
secara langsung bahan belajar. “Ada beberapa gaya belajar yang harus dicermati
guru, yaitu: gaya belajar visual (visual
learner), gaya belajar autitif (auditory
learner) dan gaya belajar kinestetik (tactual
learner)” (Rusman 2015: 42).
b.
Pembelajaran
Menurut
Rusman (2015: 21) “Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan
satu dengan yang lainnya”. Komponen-komponen dalam pembelajaran diantaranya
adalah tujuan, materi, media, strategi pembelajaran, evaluasi. Seluruh komponen
dalam pembelajaran harus diperhatikan dengan baik. Guru harus mampu untuk
mengorganisasikan komponen-komponen tersebut sehingga tercapai hasil
pembeljaran yang maksimal.
Sedangkan
Warsita (2008) dalam Rusman (2015: 21) “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk
membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta
didik”. Pendapat tersebut sama halnya dengan belajar adalah sebuah usaha untuk
menciptakan proses belajar. Dalam pembelajaran siswa belajar sesuatu dari
perlakuan yang diberikan oleh guru.
Sementara
dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar”. Dalam pembelajaran terdapat interaksi, yaitu
interaksi antara peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan sumber
belajar, pendidik dengan sumber belajar, yang berada dalam suatu ruang lingkup
lingkungan belajar.
Berdasarkan
berbagai pendapat ahli tentang pembelajaran maka terdapat unsur utama dalam
pembelajaran yaitu adanya hubungan atau interaksi antara komponen dalam
pembelajaran. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah interaksi antar
komponen-komponen pembelajaran sebagai usaha untuk membuat peserta didik
belajar.
2.
Media Pembelajaran
a.
Definisi Media Pembelajaran
Ditinjau
dari segi bahasa, menurut Arsyad (2013: 3) media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
‘tengah’, ‘perantara’. Sementara ditinjau secara istilah menurut Heinich, dan
kawan kawan (1982) dalam Arsyad (2013: 3) mengemukakan istilah medium sebagai
perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Definisi
tersebut menekankan istilah media sebagai sebuah perantara. Media berfungsi
untuk menghubungan sebuah informasi dari satu pihak ke pihak lainnya.
Sementara dalam dunia pendidikan kata
‘media’ disebut dengan media pembelajaran. Arsyad (2013: 10) menyampaikan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaiakan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat
merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar. Lebih lanjut Gagne dan
Briggs (1975) dalam Arsyad (2013: 4) secara eksplisit mengatakan bahwa media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi
materi pengajaran. Dari kedua pengertian tersebut media adalah alat yang
digunakan untuk menyampaikan materi pembeljaraan. Alat ini dapat berupa
alat-alat grafis, visual, elektronis dan audio yang digunakan untuk mempermudah
informasi yang disampaikan kepada siswa.
Berdasarkan definisi atau pendapat para
ahli maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang digunakan
dalam proses belajar untuk menyampaiakan pesan, gagasan atau ide yang berupa
materi pembelajaran kepada siswa oleh guru.
b.
Landasan Penggunaan
Media
Menurut Piaget dalam Slameto (2010: 13)
menyampaikan bahwa ada tiga tahap perkembangan mental anak, yaitu: 1) berfikir
secara intuitif + 4 tahun, 2) beroprasi secara kongkrit + 7
tahun, 3) beroprasi secara formal + 11 tahun. Proses pembelajaran di
lingkungan belajar siswa harus disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa.
Anak usia sekolah dasar umumnya berada pada tahap perkembangan mental beroprasi
secara kongkrit. Oleh sebab itu pada pembelajarana di sekolah dasar guru harus
memberikan kondisi pembelajaran yang nyata.
Media pembelajaran dapat digunakan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang nyata. Dengan penggunaan media
pembelajaran, pesan yang sifatnya abstrak dapat diubah menjadi pesan yang
kongkrit. Misalnya guru menyampaikan pesan tentang teknik membaca memindai,
ketika guru hanya menjelaskan maka siswa akan kesulitan memahami teknik membaca
memindai, namun ketika guru menggunakan sebuah majalah, buku atau koran sebagai
media dan menunjukan secara langsung bagaimana teknik membaca memindai, maka
siswa mudah menerima pesan yang disampaikan guru.
Selanjutnya, landasan teori penggunaan
media dalam proses belajar disampaikan oleh Dale (1969) dalam Arsyad
(2013: 13) yaitu Dale’s Cone of
experience (Kerucut Pengalaman Dale) “Kerucut ini merupakan elaborasi yang
rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikeluarkan oleh Burner”.
Dalam kerucut tersebut dijelaskan bahwa pengalaman secara langsung (kongkrit)
memberikan hasil belajar paling tinggi. Dilanjutkan oleh benda tiruan,
dramatisasi, karyawisata, televisi, gambar hidup pameran, gambar diam, lambang
visual dan lambang kata (abstrak) yang memberikan porsi paling sedkit. Meskipun
begitu Arsyad (2013: 13) menyampaikan
bahwa urutan-urutan ini tidak berarti proses belajar dan interaksi mengajar
belajar harus selalu pengalaman langsung, tetapi dimualai dari pengalaman yang
paling sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan
Kerucut Pengalaman Dale.
c.
Manfaat Media
Pembelajaran
Disampaikan oleh Daryanto (2013: 5)
bahwa proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian
pesan dari pengantar ke penerima. Dalam proses belajar terdapat pesan yang
hendak disampaikan. Pesan tersebut dapat berupa informasi yang mudah diserap
oleh penerima, namun juga dapat berupa infomrasi yang abstrak atau sulit untuk
diterima. Ketika pesan yang disampaikan
tidak dapat diterima oleh penerima maka diperlukan solusi yang dapat
mengantarkan pesan tersebut. Media merupakan sarana atau alat yang digunakan
untuk mengantarkan pesan dari pengirim ke penerima pesan, dengan tujuan untuk
mengingkatkan pemahaman penerima pesan tersebut.
Sudjana dan Rivai (2013: 2) menyampaikan
bahwa media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu:1)
Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar. 2) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran
lebih baik. 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
penuturan verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru. Sehingga siswa tidak
bosan, dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengjar untuk setiap
jam pelajaran. 4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Lebih lanjut Sudjana dan Rivai (2013: 3)
menambahkan bahwa media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil
pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berfikir siswa. Hal tersebut juga
sejalan dengan teori perkembangan mental piaget, yang menyampaikan bahwa
terdapat tahap perkembangan mental seorang individu. Tahap berfikir manusia
mengikuti tahap perkembangan berfikir dari kongkrit menuju abstrak.
Hamalik (1986) dalam Arsyad (2013: 19)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Lebih lanjut Levie & Lentz (1982) dalam Arsyad (2013: 20)
mengemukakan bahwa ada empat fungsi media pembelajaran, yaitu 1) fungsi atensi,
2) fungsi afektif, 3) fungsi kognitif, 4) fungsi kompensatoris. Fungsi atensi adalah kemampuan media untuk
menigkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran. Fungsi afektif adalah
kemampuan untuk dapat terlihat dan dapat dinikmati oleh siswa ketika belajar.
Fungsi kognitif dapat diperoleh temuan-temuan informasi dari media tersebut.
Dan fungsi kompensatoris memberikan konteks untuk membantu siswa memahami
materi.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka
dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media dapat memberikan banyak
manfaat. Dianatar manfaat yang didapat dalam penggunaan media adalah menarik
perhatian siswa, memperjelas makna atau pesan dalam pembelajaran, siswa tidak
bosan, siswa melakukan banyak kegiatan belajar dan pembelajaran akan sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa.
d.
Jenis Media
Pembelajaran
Pengelompokan media pembelajaran dapat
dilakukan dengan cara mengelompokan berdasarkan perkembangan teknologi. Oleh
Seels Glasgow dalam Arsyad (2013: 35) “Media tersebut dikelompokan atas media
tradisional dan media moderen”, yang mana sebagai berikut ini:
Tabel
2.
Jenis Media Pembelajaran
No | Media Tradisional | |
Jenis | Bentuk | |
1 | Visual | a. b. c. |
2 | Visual | a. b. c. d. |
3 | Audio | a. b. |
4 | Penyajian | a. b. |
5 | Visual | a. b. c. |
6 | Cetak | a. b. c. d. e. |
7 | Permainan | a. b. c. |
8 | Realita | a. b. c. |
Media Teknologi Muktahir | ||
Jenis | Bentuk | |
1 | Media | a. b. |
2 | Media | a. b. c. d. |
e.
Memilih Media
Pembelajaran
Media adalah perantara atau penghubung.
Media pemebelajaran adalah alat yang digunakan sebagai perantara informasi dari
pemberi pesan ke penerima pesan. Media pembelajaran memberikan manfaat dalam
pembelajaran di kelas, diantaranya meningkatkan perhatian siswa, motivasi
siswa, meningkatkan efektifitas pembelajaran dan menyesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa. Pengunaan media yang tepat akan memberikan manfaat yang baik
dalam pembelajaran, namun sebaliknya jika pemilihan media pembelajaran tidak
tepat, maka tidak akan memberikan hasil yang baik dalam pembelajaran.
Oleh sebab itu, pemilihan media
pembelajaran harus tepat dan sesuai dengan materi, kondisi siswa, dan metode
yang digunakan guru dalam belajar. Selanjutnya
menurut Arsyad (2013: 69) pada tingkat yang menyeluruh dan umum
pemilihan media dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1)
Hambatan pengembangan dan pembelajaran yang meliputi faktor-faktor dana,
fasilitas dan peralatan yang tersedia, waktu yang tersedia (waktu mengajar dan
pembangunan materi dan media), sumber-sumber yang tersedia (manusia dan
material). 2) Persyaratan isi, tugas, dan jenis pembelajaran. Isi pembelajaran
beragam dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa, misalnya: penghafalan,
penerapan keterampilan, pengertian hubungan-hubungan, atau penalaran dan
pemikirantingkatan yang lebih tinggi. 3) Hambatan dari sisi siswa dengan
mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan awal, seperti membaca, mengetik,
dan menggunakan komputer, dan karakteristik siswa lainnya. 4) Pertimbangan
lainnya adalah tingkat kesenangan (preferensi lembaga, guru dan pelajar dan
keefektifan biaya.
Lebih lanjut untuk menjelaskan tentang
kriteria dalam pemilihan media, Arsyad (2013: 74) menyampaikan beberapa
kriteria pemilihan media yaitu: 1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, 2)
tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi, 3) praktis, luwes dan bertahan, 4) guru trampil menggunakannya,
5) pengelompokan sasaran, 6) mutu teknis.
Selain itu media pembelajaran yang baik
harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan media yang sesuai dengan
teori-teori belajar. Menurut Arsyad (2013: 71) prinsip-prinsip psikologis yang
perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah 1)
Memotivasi siswa dalam belajar, 2) Memahami perbedaan individu, 3) Sesuai
dengan tujuan pelajaran, 4) Isi yang terorganisasi, 5) Ketersiapaan siswa dalam
belajar, 6) Menumbuhkan emosi siswa, 7) Menumbuhkan partisipasi siswa, 8)
Memberikan umpan balik, 9) Penguatan, 10) Latihan dan pengulangan, 11)
Penerapan.
3.
Media Papan Lempar
Papan lempar merupakan media yang berfungsi
untuk meningkatkan minat siswa serta memotivasi siswa dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Betuk dari media lempar ini adalah lingkaran. Dalam lingkaran
tersebut terdapat bentuk-bentuk lingkaran mulai dari lingkaran terluar yang
besar mengerucut pada lingkaran terkecil. Seperti papan sasaran panah. Terdiri dari angkka 1-5. Angka-angka tersebut
digunakan untuk menentukan berapa nilai yang akan didapat oleh siswa jika mampu
menjawab soal yang diberikan oleh guru. Bagian lingaran terluar bernilai 1,
sampai pada lingkaran terkecil atau terdalam yang bernilai paling tinggi yaitu
5. Siswa menentukan nilai berapa yang akan dia dapat dengan melemparkan anak
panah yang dibuat untuk dapt menancap di papan lempar tersebut.