• About
  • Advertise
  • Careers
  • Contact
Sunday, January 24, 2021
  • Login
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Karyatulisku
  • Home
  • Admin Guru
  • Penelitian
    • All
    • Contoh Penelitian
    • Metode Penelitian
    • Penelitian Kualitatif
    • Penelitian Kuantitatif
    Downoad 40+ Contoh Judul Skripsi Pendidikan Guru PAUD (PG PAUD) S1 beserta file PDF

    Downoad 40+ Contoh Judul Skripsi Pendidikan Guru PAUD (PG PAUD) S1 beserta file PDF

    Panduan Baru Cara Download di Karyatulisku

    Panduan Baru Cara Download di Karyatulisku

    Download 50 Contoh Skripsi Akuntansi S1 Terbaik dalam bentuk PDF

    Download 50 Contoh Skripsi Akuntansi S1 Terbaik dalam bentuk PDF

    Download 101+ Contoh Skripsi Teknik Informatika (PDF) dan Tips Membuat Judul Skripsi

    Download 101+ Contoh Skripsi Teknik Informatika (PDF) dan Tips Membuat Judul Skripsi

    10 Contoh Essay Ilmiah Pendidikan √ Pengertian dan Langkah-Langkah Membuatnya Lengkap 100% Terbaik

    [SPSS] Cara Menggunakan SPSS untuk Mengolah Data Statistika

    [SPSS] Cara Menggunakan SPSS untuk Mengolah Data Statistika

  • Informasi
  • Inspirasi
  • Kuliah
Karyatulisku
  • Home
  • Admin Guru
  • Penelitian
    • All
    • Contoh Penelitian
    • Metode Penelitian
    • Penelitian Kualitatif
    • Penelitian Kuantitatif
    Downoad 40+ Contoh Judul Skripsi Pendidikan Guru PAUD (PG PAUD) S1 beserta file PDF

    Downoad 40+ Contoh Judul Skripsi Pendidikan Guru PAUD (PG PAUD) S1 beserta file PDF

    Panduan Baru Cara Download di Karyatulisku

    Panduan Baru Cara Download di Karyatulisku

    Download 50 Contoh Skripsi Akuntansi S1 Terbaik dalam bentuk PDF

    Download 50 Contoh Skripsi Akuntansi S1 Terbaik dalam bentuk PDF

    Download 101+ Contoh Skripsi Teknik Informatika (PDF) dan Tips Membuat Judul Skripsi

    Download 101+ Contoh Skripsi Teknik Informatika (PDF) dan Tips Membuat Judul Skripsi

    10 Contoh Essay Ilmiah Pendidikan √ Pengertian dan Langkah-Langkah Membuatnya Lengkap 100% Terbaik

    [SPSS] Cara Menggunakan SPSS untuk Mengolah Data Statistika

    [SPSS] Cara Menggunakan SPSS untuk Mengolah Data Statistika

  • Informasi
  • Inspirasi
  • Kuliah
No Result
View All Result
Karyatulisku
No Result
View All Result
Home Kuliah

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF PENERAPAN MEDIA PAPAN LEMPAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD

23 July 2020
in Kuliah, Penelitian, Tak Berkategori
58 min read
163
SHARES
2.7k
VIEWS
Share on WhatsappShare on Telegram

PENERAPAN MEDIA PAPAN LEMPAR TERHADAP
HASIL BELAJAR

 MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGRI JOMBLANG 01

KOTA SEMARANG TAHUN 2015/2016

A.     
Latar Belakang Masalah          

Dewasa ini bangsa Indonesia sedang
berupaya meningkatkan sumber daya manusia. Hal tersebut dilakukan dengan
meningkatkan kecerdasakan sumber daya manusia. Hal tersebut juga tidak lepas
usaha untuk dapat bersaing di era globalisasi. Upaya mencerdaskan manusia
Indonesia dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan.  Upaya mencerdaskan manusia Indonesia, juga
telah jelas dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003, pasal 3 yang menyebutkan bahwa.

Pendidikannasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. (Sisdiknas No 20 tahun 2003).

Undang-undang
tersebut menyebutkan bahwa yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta menceradaskan kehidupan bangsa adalah pendidikan
nasional. Oleh sebab itu pendidikan nasional harus mempunyai kualitas yang
baik, sehingga mampu untuk mencapai fungsi dan tujuan dari pendidikan di
Indonesia. SementaraUndang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 juga
menyebutkan bahwa:

Pendidikannasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokkratis dan bertanggung jawab.

Undang-Undang
tersebut juga dengan jelas menyampaikan bahwa yang menjadi tujuan nasional
adalah berkembangnya potensi peserta didik. Peserta didik disini adalah siswa
yang ada di sekolah dan potensi yang dimaksut adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh siswa.

Mengingat pada
fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional tersebut maka jelas bahwa diharapkan
melalui pendidikan nasional sumber daya manusia indonesia menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan negara-negara lain. Artinya
kita akan melihat manusia indonesia yang berintelektual, manusia Indonesia yang
berkarakter dan dapat berprestasi untuk bersaing di dunia.

Namun dewasa ini pendidikan di
Indoenesia berada pada tingkat yang rendah. Dikutip DetikNews.com (2014)
disebutkan bahwa hasil survei dari PISA (Program
for International Student Assesment)
tahun 2012 memperlihatkan bahwa negara
Indonesia berada diperingkat rendah. Negara yang paling rendah dalam peringkat
ini adalah Peru dan Indonesia. Lebih lanjut dikutip dari MetrotvNews.com (2013)
disampaikan bahwa tingkat membaca pelajar Indonesia menempati urutan ke-61 dari
65 negara anggota PISA. Indonesia hanya mengumpulkan skor membaca 396 poin.
Untuk literasi matematika, pelajar Indonesia berada di peringkat 64 dengan skor
375. Adapun skor literasi sains berada di peringkat 64 dengan skor 382.
Sedangkan dikutip dari Kompas.com (2012) disebutkan bahwa hasil research dari Firma Pendidikan Pearson
sistem pendidikan Indoensia berada di posisi terbaFwah bersama Meksiko dan
Brazil. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan di Indonesia
masihlah rendah dan jauh dibandingkan dengan negara-negara lain.

Kondisi tersebut
jelas menunjukan bahawa terjadinya ketimpangan yaitu anatar harapan dengan
kenyataan. Harapan dari adanya pendidikan nasional yaitu mampu mengembangkan
kualitas sumber daya manusia, sehingga dapat bersaing di era global dengan
negara-negara lain. Namun kondisi yang terjadi adalah sebaliknya, pendidikan
nasional belum mampu secara maksimal mengembangkan manusia indonesia yang mampu
bersaing di era global. Ketimpangan tersebut menjadikan adanya masalah yaitu
kualitas pendidikan nasilan yang masih kurang.

Kualitas
pendidikan salah satunya ditentukan olehsuasana kondusif
dalam proses belajar. Suasana kondusif sangat mempengaruhi kondisi peserta
didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.Menurut Rianto
(2007:1), tingkat keberhasilan pembelajaran amat ditentukan oleh kondisi yang
terbangun selama pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang semakin kondusif, maka
tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajarnya akan semakin tinggi dan
sebaliknya.Lebih lanjut
kondusifitas proses belajar di kelas juga dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
mengajar. Kemapuan guru dalam memfasilitasi perserta didik dalam belajar
meliputi kemampuan guru dalam menyajikan pembelajaran, menggali kemampuan siswa
dan mengembangkan potensi dari siswa.

Oleh sebab itu
untuk menginkatkan kualitas dari pendidikan nasional dapat dilakukan oleh guru
dengan meningkatkan kemampuannya dalam memfasilitasi peserta didik dalam proses
pembelajaran. Menurut Rusman (2015: 21) “pembelajaran merupakan suatu sistem,
yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya”. Komponen-komponen yang saling berhubungan dalam pembelajaran yaitu
tujuan, materi, media dan strategi pembelajaran. Maka dengan kemampuan guru
mengorganisir pembelajaran dengan baik, dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik.

Namun, kondisi
yang terjadi di sekolah, tidak sepenuhnya terjadi seperti yang diharapkan yaitu
terjadinya proses pembelajaran yang terorganisir dengan baik. Sebaliknya yang
terjadi adalah kurang optimalnya proses belajar mengajar yang terdapat di
sekolah.  Dari pengamatan yang dilakukan
oleh penulis pada proses belajar siswa dikelas IVSD 
Jomblang 01 Kota Semarang 
ditemukan kondisi-kondisi sebagaimana berikut yaitu, kurangnya minat
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa kesulitan untuk memahami
materi yang disampaikan oleh guru serta hasil belajar siswa, dimana sebanyak 22
anak tidak mampu untuk mencapai nilai KKM pelajaran matematika.

Sementara dari
hasil wawancara dengan guru kelas yaitu Ibu Anjar S.Pd menyampaikan bahwa
konsentrasi belajar siswa memang tidak lama, konsentrasi maksimal siswa hanya
mencapai 10-15 menit dalam awal proses pembelajaran selebihnya kurang optimal.
Siswa juga kurang antusias dalam belajar sehingga kurang mampu memahami materi.

Kondisi-kondisi
yang terjadi di sekolah tersebut adalah kelemahan dalam proses pembelajaran
yang perlu segera diatasi. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah
dengan meningkatkan minat siswa dalam belajar. Untuk itu penggunaan media
pembelajaran dapat membantu untuk mengatasi minat siswa dan konsentrasi siswa
dalam proses belajar. Lebih lanjut penggunaan media dalam proses belajar juga
dijelaskan olehHamalik (1986) dalam Arsyad (2013: 19)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. pendapat dari Hamalik tersebut menjalaskan bahwa untuk
menginkatkan.

Penjelasan diatas menjelaskan bahwa
media mampu untuk membangkitkan keinginan dan minat serta motivasi dan
menrangsang siswa dalam belajar. Maka dengan begitu utnuk mengatasi masalah
dalam proses pembelajaran, penggunaan media ini dapat membantu menyelesaikan
masalah tersebut. Menurut Arsyad (2013: 3) “media dalam proses belajar mengajar
cendrung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau electronis untuk
menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal”.
Pengertian dari Arsyad menekankan media adalah alat yang digunakan untuk
menyusun kembali informasi visual atau verbal yang memudahkan siswa menerima
pesan. Media menjadi alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan informasi.
Mempermudah peserta didik dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh guru.

Mengingat kembali pada permasalahan
dalam proses pembelajaran dan mengingat bahwa media mampu untuk membantu
menyelesaikan masalah tersebut, maka penulis hendak meneliti pengaruh dari
penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar. media yang hendak penulis
teliti dalam hal ini adalah media papan lempar.

Media papan lempar terbuat dari  bahan kayu dan bergambarkan poin-poin, bisa
berbentuk kotak atau bulat. Pemanfaatan media papan lempar dilakukan dengan
siswa melemparkan mata jarum atau anak panah ke arah papan lemparyang
bergambarkan poin soal yang akan dijawab oleh siswa itu sendiri. Dengan media
ini diharapkan memberikan manfaat kepada proses pembelajaran yang meningkatkan
keaktifan siswa, memotivasi siswa, meningkatkan fokus dari siswa serta yang terakhir
yaitu meningkatkan hasil belajar dari siswa.

Atas dasar
pembahasan di atas maka penulis mencoba untuk mengetahui keefektifan penerapan
media papan lempar terhadap hasil belajar siswa. yang kemudian menjadi bahwan
analsisi skripsi dengan judul “Penerapan Media Papan Lempar Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negri Jomblang 01Kota Semarang Tahun
2015/2016”

B.      
Identifikasi Masalah

Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi masalah penelitian
antara lain:

1.      Kurangnya minat siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran di kelas.

2.  Siswa
hanya mampu berkonsentrasi secara maksimal pada 10-15 menit awal pembelajaran,
selebihnya kurang optimal.

3.      Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.

4.      Hasil belajar siswa yang masih dibawah KKM.

C.     
Pembatasan Masalah

Berdasarkanidentifikasi masalah tersebut,
penelitian ini dibatasi pada penerapan media papan lempar terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas IV SD Negri Jomblang 01 Kota Semarang Tahun ajar
2015/2016.

D.     
Rumusan Masalah

Dariulasan pembahasan yang telah dipaparkan
pada latar belakang, maka penulis dalam hal ini merumuskan masalah dalam
pengembangan dan penelitian ini adalahbagaimanapenerapan media papan lempar terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negri Jomblang 01 Kota Semarang
Tahun ajar 2015/2016?

E.      
Tujuan Pengembangan

Sesuaidengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikanpenerapan media papan lempar terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negri Jomblang 01 Kota Semarang
Tahun ajar 2015/2016.

F.       Manfaat penelitian

1.   Secara Teoritis

Hasildari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan media
pembelajaran atau penerapan media pembelajaran secara lebih lanjut. Selain itu
juga menjadi sebuah nilai tambah khasanah pengetahuan ilmiah dalam bidang
pendidikan di Indonesia.

2. Secara Praktis

a)     Bagisiswa, hasil penelitian diharapkan dapat 
meningkatkan hasil belajarmatematikasiswa kelas IV SD negri jomblang 01 Kota Semarang 2015/2016 dengan penerapan
media.

b)    Bagi
guru, penerapan media papan lempar dalam pembelajaran dapat memfasilitasi siswa
dalam belajar dan mempelajari materi dengan mudah dan bermakna.

c)   Bagi
sekolah, hasil dari penelitian penerapan media papan lempar ini memberikan
referensi dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan proses belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru. Serta sekolah dapat mendukung guru untuk menciptakan
media yang lebih bervariasi lagi.

d)  Bagi
peneliti, peneliti mampu menerapkan media yang sesuai dalam materi pembelajaran
tertentu. Serta peneliti mempunyai pengetahuan dan wawasan mengenai materi dan
media pembelajaran yang sesuai.

G.      Kajian Teori

1.      Belajar dan Pembelajaran

a.        
Belajar

Beberapa
ahli telah menyampaikan definisi dari belajar, dianataranya yaitu Surya (1997)
dalam Rusman (2015: 13), belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan prilaku secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman pribadi itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sementara menurut Slameto (2010: 2) menyampaikan bahwa belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tersebut
menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses, artinya belajar tidak dilakukan
secara singkat melainkan terus menerus (continu).
Belajar adalah usaha, yang dilakukan oleh individu untuk menjadi lebih baik,
dan merupakan hasil dari perilaku sebelumnya yang berupa pengalaman.

Sementara
Rusman (2015: 12) berpendapat bahwa belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku
individu. Pendapat tersebut menempatkan belajar sebagai faktor dalam
pembentukan karakter dan perilaku. Pembentukan pribadi dan prilaku seseorang
sangat dipengaruhi oleh kegiatan belajarnya, misal dia tidak dapat belajar
dengan baik, maka akan menghasilkan pembentukan pribadi dan prilaku tidak baik
begitupun sebaliknya.

Cronbach
dalam Rusman (2015: 13) berpendapat bahwa learning
is shown by change in behavior as a result of experience
. Belajar
ditunjukan dari perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pendapat dari
Cronbach mengungkapkan bahwa belajar harus menunjukan perubahan, dan perubahan
tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Belajar menghasilkan out come, yaitu terjadinya perubahan
perilaku.

Howard
L. Kingskey dalam Rusman (2015: 13) mengatakan bahwa learning is process by which behavior (in the broader sence) os
originated or changed through practice or traning
. Belajar adalah proses
yang mana perilaku (dalam arti luas) 
ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan. Pendapat terebut
mirip dengan pendapat dari Slameto, yang menekankan belajar sebagai proses.
Seseorang dianggap belajar ketika mempunyai tujuan yang hendak dicapai secara
sadar dan merencanakannya.

Berdasarkan
pendapat ahli diatas, hal yang paling utama dalam belajar adalah terjadinya
perubahan prilaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
secara sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan, belajar ditandai dengan adanya
perubahan perilaku secara menyeluruh yang diakibatkan oleh interaksi secara
individu maupun secara kelompok.

Menurut
berbagai macam definisi yang telah disampaikan oleh para ahli, maka inti dari
belajar adalah terjadinya perubahan perilaku. Selanjutnya menurut Surya (1997)
dalam Rusman (2015: 14) ada delapan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu:
1) perubahan yang disadari dan disengaja, 2) perubahan yang berkesinambungan,
3) perubahan yang fungsional, 4) perubahan yang bersifat positif, 5) perubahan
yang bersifat aktif, 6) perubahan yang bersifat permanen, 7) perubahan yang
bertujuan dan terarah, 8) perubahan perilaku secara keseluruhan.

Sedangkan
menurut Slameto (2010: 3) menyampaikan bahwa ciri-ciri dari perubahan tingkah
laku dalam pengertian belajar, yaitu: 1) perubahan terjadi secara sadar, 2)
perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, 3) perubahan dalam
belajar bersifat positif dan aktif, 4) perubahan dalam belajar bukan bersifat
sementara, 5) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah, 6) perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Sedangkan
menurut Bloom, ciri-ciri perubahan perilaku dapat dilihat dari tiga aspek
yaitu, afektif, kognitif dan psikomotorik beserta tingkatannya. Bloom
menyusunnya dalam bentuk tabel, yang disebut dengan Taksonomi tingkah laku
Bloom atau Taksonomibloom.

Tabel 1 

Taksonomi Tingkah laku Bloom (Rusman 2015: 18)

COGNITIVE

(Think)

PSYCHOMOTOR

(Doing)

          AFFEVTIVE

(Feeling)

Knowledge

Perception

Receiving
(Attending)

Comprehension

Set

Responding

Aplication
response

Guided
Mechanism

Valueing

Analysis

Complex over response by velue or velue
complex

Organisation
of value

Syntetis

Originating

Characterisation

Evaluation

Proses
belajar setiap individu mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Terdapat
individu yang mudah belajar dengan melihat, misal dia siswa yang lebih paham
materi tentang nama daerah di Indonesia, ketika melihat peta secara langsung.
Sementara individu lainnya lebih mudah untuk belajar dengan cara mendengar,
misal seorang siswa jauh lebih mudah memahami materi tentang sejarah bangsa
indonesia ketika mendengarkan cerita dari gurunya. Sedangkan terdapat juga
individu yang lebih mudah belajar dengan cara melakukan, misal siswa yang jauh
lebih mudah memahami materi belajar dengan cara melakukan atau mempraktekkan
secara langsung bahan belajar. “Ada beberapa gaya belajar yang harus dicermati
guru, yaitu: gaya belajar visual (visual
learner),
gaya belajar autitif (auditory
learner
) dan gaya belajar kinestetik (tactual
learner
)” (Rusman 2015: 42).

b.       
Pembelajaran

Menurut
Rusman (2015: 21) “Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari  berbagai komponen yang saling berhubungan
satu dengan yang lainnya”. Komponen-komponen dalam pembelajaran diantaranya
adalah tujuan, materi, media, strategi pembelajaran, evaluasi. Seluruh komponen
dalam pembelajaran harus diperhatikan dengan baik. Guru harus mampu untuk
mengorganisasikan komponen-komponen tersebut sehingga tercapai hasil
pembeljaran yang maksimal.

Sedangkan
Warsita (2008) dalam Rusman (2015: 21) “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk
membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta
didik”. Pendapat tersebut sama halnya dengan belajar adalah sebuah usaha untuk
menciptakan proses belajar. Dalam pembelajaran siswa belajar sesuatu dari
perlakuan yang diberikan oleh guru.

Sementara
dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar”. Dalam pembelajaran terdapat interaksi, yaitu
interaksi antara peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan sumber
belajar, pendidik dengan sumber belajar, yang berada dalam suatu ruang lingkup
lingkungan belajar.

Berdasarkan
berbagai pendapat ahli tentang pembelajaran maka terdapat unsur utama dalam
pembelajaran yaitu adanya hubungan atau interaksi antara komponen dalam
pembelajaran. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah interaksi antar
komponen-komponen pembelajaran sebagai usaha untuk membuat peserta didik
belajar.

2.     
Media Pembelajaran

a.        
Definisi Media Pembelajaran

Ditinjau
dari segi bahasa, menurut Arsyad (2013: 3) media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
‘tengah’, ‘perantara’. Sementara ditinjau secara istilah menurut Heinich, dan
kawan kawan (1982) dalam Arsyad (2013: 3) mengemukakan istilah medium sebagai
perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Definisi
tersebut menekankan istilah media sebagai sebuah perantara. Media berfungsi
untuk menghubungan sebuah informasi dari satu pihak ke pihak lainnya.

Sementara dalam dunia pendidikan kata
‘media’ disebut dengan media pembelajaran. Arsyad (2013: 10) menyampaikan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaiakan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat
merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar. Lebih lanjut Gagne dan
Briggs (1975) dalam Arsyad (2013: 4) secara eksplisit mengatakan bahwa media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi
materi pengajaran. Dari kedua pengertian tersebut media adalah alat yang
digunakan untuk menyampaikan materi pembeljaraan. Alat ini dapat berupa
alat-alat grafis, visual, elektronis dan audio yang digunakan untuk mempermudah
informasi yang disampaikan kepada siswa.

Berdasarkan definisi atau pendapat para
ahli maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang digunakan
dalam proses belajar untuk menyampaiakan pesan, gagasan atau ide yang berupa
materi pembelajaran kepada siswa oleh guru.

b.       
Landasan Penggunaan
Media

Menurut Piaget dalam Slameto (2010: 13)
menyampaikan bahwa ada tiga tahap perkembangan mental anak, yaitu: 1) berfikir
secara intuitif + 4 tahun, 2) beroprasi secara kongkrit + 7
tahun, 3) beroprasi secara formal + 11 tahun. Proses pembelajaran di
lingkungan belajar siswa harus disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa.
Anak usia sekolah dasar umumnya berada pada tahap perkembangan mental beroprasi
secara kongkrit. Oleh sebab itu pada pembelajarana di sekolah dasar guru harus
memberikan kondisi pembelajaran yang nyata.

Media pembelajaran dapat digunakan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang nyata. Dengan penggunaan media
pembelajaran, pesan yang sifatnya abstrak dapat diubah menjadi pesan yang
kongkrit. Misalnya guru menyampaikan pesan tentang teknik membaca memindai,
ketika guru hanya menjelaskan maka siswa akan kesulitan memahami teknik membaca
memindai, namun ketika guru menggunakan sebuah majalah, buku atau koran sebagai
media dan menunjukan secara langsung bagaimana teknik membaca memindai, maka
siswa mudah menerima pesan yang disampaikan guru.

Selanjutnya, landasan teori penggunaan
media dalam proses belajar disampaikan oleh Dale (1969) dalam Arsyad
(2013:  13) yaitu Dale’s Cone of
experience (Kerucut Pengalaman Dale) “Kerucut ini merupakan elaborasi yang
rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikeluarkan oleh Burner”.
Dalam kerucut tersebut dijelaskan bahwa pengalaman secara langsung (kongkrit)
memberikan hasil belajar paling tinggi. Dilanjutkan oleh benda tiruan,
dramatisasi, karyawisata, televisi, gambar hidup pameran, gambar diam, lambang
visual dan lambang kata (abstrak) yang memberikan porsi paling sedkit. Meskipun
begitu  Arsyad (2013: 13) menyampaikan
bahwa urutan-urutan ini tidak berarti proses belajar dan interaksi mengajar
belajar harus selalu pengalaman langsung, tetapi dimualai dari pengalaman yang
paling sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan
Kerucut Pengalaman Dale.

c.        
Manfaat Media
Pembelajaran

Disampaikan oleh Daryanto (2013: 5)
bahwa proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian
pesan dari pengantar ke penerima. Dalam proses belajar terdapat pesan yang
hendak disampaikan. Pesan tersebut dapat berupa informasi yang mudah diserap
oleh penerima, namun juga dapat berupa infomrasi yang abstrak atau sulit untuk
diterima.  Ketika pesan yang disampaikan
tidak dapat diterima oleh penerima maka diperlukan solusi yang dapat
mengantarkan pesan tersebut. Media merupakan sarana atau alat yang digunakan
untuk mengantarkan pesan dari pengirim ke penerima pesan, dengan tujuan untuk
mengingkatkan pemahaman penerima pesan tersebut.

Sudjana dan Rivai (2013: 2) menyampaikan
bahwa media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu:1)
Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar. 2) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran
lebih baik. 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
penuturan verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru. Sehingga siswa tidak
bosan, dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengjar untuk setiap
jam pelajaran. 4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

Lebih lanjut Sudjana dan Rivai (2013: 3)
menambahkan bahwa media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil
pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berfikir siswa. Hal tersebut juga
sejalan dengan teori perkembangan mental piaget, yang menyampaikan bahwa
terdapat tahap perkembangan mental seorang individu. Tahap berfikir manusia
mengikuti tahap perkembangan berfikir dari kongkrit menuju abstrak.

Hamalik (1986) dalam Arsyad (2013: 19)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Lebih lanjut Levie & Lentz (1982) dalam Arsyad (2013: 20)
mengemukakan bahwa ada empat fungsi media pembelajaran, yaitu 1) fungsi atensi,
2) fungsi afektif, 3) fungsi kognitif, 4) fungsi kompensatoris.  Fungsi atensi adalah kemampuan media untuk
menigkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran. Fungsi afektif adalah
kemampuan untuk dapat terlihat dan dapat dinikmati oleh siswa ketika belajar.
Fungsi kognitif dapat diperoleh temuan-temuan informasi dari media tersebut.
Dan fungsi kompensatoris memberikan konteks untuk membantu siswa memahami
materi.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka
dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media dapat memberikan banyak
manfaat. Dianatar manfaat yang didapat dalam penggunaan media adalah menarik
perhatian siswa, memperjelas makna atau pesan dalam pembelajaran, siswa tidak
bosan, siswa melakukan banyak kegiatan belajar dan pembelajaran akan sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa.

d.       
Jenis Media
Pembelajaran

Pengelompokan media pembelajaran dapat
dilakukan dengan cara mengelompokan berdasarkan perkembangan teknologi. Oleh
Seels Glasgow dalam Arsyad (2013: 35) “Media tersebut dikelompokan atas media
tradisional dan media moderen”, yang mana sebagai berikut ini:

Tabel
2. 

Jenis Media Pembelajaran

No

Media Tradisional

Jenis

Bentuk

1

Visual
diam yang diproyeksikan

a.   
proyeksi
apaque (tak-tembus pandang).

b.   
proyeksi
overhead. 3)slides.

c.   
Filmstrips

2

Visual
yang tak diproyeksikan

a.   
gambar
poster.

b.   
foto.

c.   
charts, grafik, diagram.

d.   
pameran,
papan info, papan-bulu.

3

Audio

a.   
rekaman
piringan.

b.   
pita
kaset, reel catridge.

4

Penyajian
Multimedia

a.   
slide
plus suara.

b.   
multi-image.

5

Visual
Dinamis

a.   
filem.

b.   
televisi.

c.   
Vidio

6

Cetak

a.   
buku
teks.

b.   
modul,
teks terprogram.

c.   
workbook.

d.   
majalah
ilmiah, berkala.

e.   
lembaran
lepas (hand-out)

7

Permainan

a.   
teka-teki.

b.   
simulasi.

c.   
permainan
papan.

8

Realita

a.   
model.

b.   
specimen(contoh).

c.   
manipulatif
(peta, boneka).

Media Teknologi Muktahir

Jenis

Bentuk

1

Media
berbasis telekomunikasi

a.   
telekonfren.

b.   
kuliah
jarak jauh.

2

Media
berbasis mikroprosesor

a.   
computer assisted
intruction.

b.   
permainan
komputer.

c.   
sistem
tutor intelejen.

d.   
interaktif.

e.        
Memilih Media
Pembelajaran

Media adalah perantara atau penghubung.
Media pemebelajaran adalah alat yang digunakan sebagai perantara informasi dari
pemberi pesan ke penerima pesan. Media pembelajaran memberikan manfaat dalam
pembelajaran di kelas, diantaranya meningkatkan perhatian siswa, motivasi
siswa, meningkatkan efektifitas pembelajaran dan menyesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa. Pengunaan media yang tepat akan memberikan manfaat yang baik
dalam pembelajaran, namun sebaliknya jika pemilihan media pembelajaran tidak
tepat, maka tidak akan memberikan hasil yang baik dalam pembelajaran.

Oleh sebab itu, pemilihan media
pembelajaran harus tepat dan sesuai dengan materi, kondisi siswa, dan metode
yang digunakan guru dalam belajar. Selanjutnya 
menurut Arsyad (2013: 69) pada tingkat yang menyeluruh dan umum
pemilihan media dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:

1)
Hambatan pengembangan dan pembelajaran yang meliputi faktor-faktor dana,
fasilitas dan peralatan yang tersedia, waktu yang tersedia (waktu mengajar dan
pembangunan materi dan media), sumber-sumber yang tersedia (manusia dan
material). 2) Persyaratan isi, tugas, dan jenis pembelajaran. Isi pembelajaran
beragam dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa, misalnya: penghafalan,
penerapan keterampilan, pengertian hubungan-hubungan, atau penalaran dan
pemikirantingkatan yang lebih tinggi. 3) Hambatan dari sisi siswa dengan
mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan awal, seperti membaca, mengetik,
dan menggunakan komputer, dan karakteristik siswa lainnya. 4) Pertimbangan
lainnya adalah tingkat kesenangan (preferensi lembaga, guru dan pelajar dan
keefektifan biaya.

Lebih lanjut untuk menjelaskan tentang
kriteria dalam pemilihan media, Arsyad (2013: 74) menyampaikan beberapa
kriteria pemilihan media yaitu: 1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, 2)
tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi, 3) praktis, luwes dan bertahan, 4) guru trampil menggunakannya,
5) pengelompokan sasaran, 6) mutu teknis.

Selain itu media pembelajaran yang baik
harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan media yang sesuai dengan
teori-teori belajar. Menurut Arsyad (2013: 71) prinsip-prinsip psikologis yang
perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah 1)
Memotivasi siswa dalam belajar, 2) Memahami perbedaan individu, 3) Sesuai
dengan tujuan pelajaran, 4) Isi yang terorganisasi, 5) Ketersiapaan siswa dalam
belajar, 6) Menumbuhkan emosi siswa, 7) Menumbuhkan partisipasi siswa, 8)
Memberikan umpan balik, 9) Penguatan, 10) Latihan dan pengulangan, 11)
Penerapan.

3.     
Media Papan Lempar

Papan lempar merupakan media yang berfungsi
untuk meningkatkan minat siswa serta memotivasi siswa dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Betuk dari media lempar ini adalah lingkaran. Dalam lingkaran
tersebut terdapat bentuk-bentuk lingkaran mulai dari lingkaran terluar yang
besar mengerucut pada lingkaran terkecil. Seperti papan sasaran panah.  Terdiri dari angkka 1-5. Angka-angka tersebut
digunakan untuk menentukan berapa nilai yang akan didapat oleh siswa jika mampu
menjawab soal yang diberikan oleh guru. Bagian lingaran terluar bernilai 1,
sampai pada lingkaran terkecil atau terdalam yang bernilai paling tinggi yaitu
5. Siswa menentukan nilai berapa yang akan dia dapat dengan melemparkan anak
panah yang dibuat untuk dapt menancap di papan lempar tersebut.





















Media papan lempar dimainkan dalam proses pembelajaran dengan cara,
siswa melemparkan anak panah dengan jarak 3m. Anak panah yang dilemparkan harus
mencapai dan dapat tertancap pada papan lempar berbentuk lingkaran. Jika anak
panah tertancap pada lingkaran dengan nilai 5, maka dia akan mendapatkan poin 5
jika mampu menjawab pertanyaan dari guru. Namun sebaliknya jika dia tidak dapat
menjawab pertanyaan maka tidak akan mendapatkan nilai dari guru.





Untuk memperjelas viasualisasi media papan lempar, berikuti ini
adalahprototipeatau rancangan dari
media papan lempar.

 

H.      Metodologi Penelitian

1.   
Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian jenis ini dipilih karena
peneliti hendak melihat hasil belajar siswa setelah menggunakan atau menerapkan
media papan lempar. Hasil belajar siswa ini dapat dilihat jika hanya
menggunakan data-data konkrit yang dapat diamati oleh panca indra. Lebih lanjut
data ini harus dapat diukur dengan jelas. Hal tersebut juga dikuatkan oleh
pendapat dari Sugiono (2009: 10) yang menyampaikan bahwa metode kuantitatif
berlandaskan pada filsafat positivisme, realitas dipandang sebagai sesuatu yang
kongkrit, dapat diamati dengan panca indra, dapat dikategorikan dalam jenis,
bentuk, warna,  dan prilaku, tidak
berubah, dapat dikuru, dan diverifikasi. 
Pendapat tersebut jelas menekankan bahwa penelitian yang berusaha untuk
mengukur sesuatu hal, yang dapat dengan jelas diamati dengan panca indra,  serta harus dapat diverivikasi maka
menggunakan metode kuantitatif.

Lebih lanjut pemilihan metode kuantitatif juga
dilandasi oleh hubungan peneliti dengan yang diteliti, dimana pada penelitian
ini, posisi peneliti berada diluar objek penelitian. penelitia secara objektif
tidak mengenal individu-individu yang diteliti. Sehingga posisi peneliti adalah
independen. Sugiono (2009: 11) menjelaskan bahwa dalam penelitian kuantitatif
kebenaran itu di luar dirinya, sehingga hubungan antara peneliti dengan yang
diteliti harus dijaga jaraknya sehingga bersifat independen.

Lebih lanjut pemiliahan metode kuantitatif juga
dilandasi oleh variabel dalam penelitian, dalam hal ini penulis hendak
mengetahui sebab akibat dari penelitian ini. Sebab akibat yang ingin ditujukan
dalam penelitian ini adalah adanya sebab dari penggunaan media dan akibat yang
ditimbulkan dalam hasil belajar siswa. Dalam hal ini, penelitian ini
membutuhkan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab, sementara
variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat. “Peneliti
kuantitatif dalam melihat hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih
bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel
independen dan dependen” (Sugiono: 2009: 11).

Selanjutnya dipilih metode penelitian
eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat perlakuan, perlakuan atau treatmen yang diberikan yaitu penggunaan
media papan lempar dalam proses belajar. Sugiono (2009: 72) jelas menyampaikan
bahwa dalam penelitian eksperimen terdapa perlakuan (treatment).

Metode eksperimen dalam penelitian ini adalah true experiment design, pemilihan
tersebut dugunakan agar peneliti dapat mengkontrol bahwa tidak ada variabel –
variabel luar yang ikut mempengaruhi variabel dependen dalam penelitian ini.
Artinya jelas bahwa yang mempengaruhi variabel dependen hanya variabel
independen atau dalam hal ini yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
penggunaan media papan lempar. “Dikatakan true
experiment design
(ekperimen yang benar-benar) karena dalam desain ini,
peneliti dapat mengkontrol semua variabel luar yang mempengaruhi
jalannyaeksperiemen” (Sugiono: 2009: 75).

Dan metode eksperimen yang digunakan dalam true experiment design adalah metode posttest-only control disign. Sugiono
(2009: 76) menyampaikan bahwa dalam desain ini terdapat dua kelompok yang
masing-masing dipilih secara rabdom (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X)
dan kelompok yang lain tidak. Kelompo yang diberi perlakuan disebut kelompok
eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok
kontrol.  Selanjutnya untuk melihat
pengaruh adanya perlakuan adalah (O1 : O2). Dalam
penelitan ini pengaruh dari penerapan media dianalisis dengan menggunakan uji
beda, menggunakan statistik t-test. Dan jika terdapat perbedaan yang siknifikan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka dapat dikatakan bahwa
perlakukan memberikan pengaruh secara siknifikan. Untuk lebih memperjelas,
berikut ini merupakan tabel experiment
dengan metode posttest-only control
disign.

Keterangan
:

            R              :
Kelompok Random

Q2            :
Hasil tes akhir kelompok ekperimen yang diberikan perlakuan.

Q4            : Hasil tes akhir kelompok kontrol yang tidak diberikan
perlakuan.

X              :
Perlakuan

2.   
Tempat dan Waktu Penelitian

a.        Tempat penelitian

Penelitian
ini akan dilaksanakan di SD Negri Jomblang 01 Semarang

b.       
Waktu Penelitian

Penelitian
ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

3.   
Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang
berfungsi sebagai variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen
adalah variabel yang mempengaruhi atau perlakuan. Sementara variabel independen
adalah variael yang dikenai perlakuan. Menurut Sugiono (2009: 39)  variabel ini (independen) sering disebut
sebagai variabel, stimulus, prediktor,
antecedent
. Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel bebas merupakan
variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Selanjutnya Suginio (2009: 35) juga menjelaskan bahwa
variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel
terikat merupakan variabel yang dipengarhui atau yang menjadi akibat
adanyavariabel bebas.

Dalam penelitian dengan judul penerapan media
papan lempar terhadap hasil belajar 
siswa kelas IV SD N Jomblang Kota Semarang tahu 2015/2016. Variabel
bebasnya adalah media papan lempar sementara variabel terikat adalah hasil
belajar siswa kelas IV SD N Jomblang Semarang.

4.   
Populasi, sample dan sampling

Arikunto (2006: 130) menyampaikan bahwa
populasi adalah keseluruhan subyek. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek
adalah siswa kelas IV SD N Jomblang 01 Semarang. Populasi dalam penelitian ini
hanya merujuk pada jumlah siswa. Sementara jumlah populasi siswa dalam
penelitian ini adalah 130 siswa yang merupakan seluruh siswa kelas IV yang
terdapt di SD N Jomblang 01 Semarang Tahun ajaran 2015/2016.

Sedangkan sample adalah bagian dari populasi
yang dipilih untuk mereduksi jumlah subek yang diteliti. Penggunaan sample ini
digunakan mengingat pada keterbatasan waktu, tenaga dan dana dari peneliti.
Menuru Sugiono (2009: 81) sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sample dalam penelitian ini menentukan
kelas yang akan dijadikan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada
perinsipnya sample ini dilakukan dengan cara membuat undian anatara kelas IV A,
B, dan C. dari undian itu didapat kelas yang menjadi sample kelas kontrol dan
kelas eksperimen.

Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam
penleitian ini adalah teknik Cluster
Sampling
. Teknik atau pengambilan berdasarkan pada rumpun atau kelompok.
Asumsi dasar dari Cluster Sampling
adalah beresiko adanya kemungkinan salah mengambil sampel lebih besar. Namun
menurut Soegeng (2006: 80) kemungkinan salah ini dapat diperkecil dengan
memperbesar jumlah anggota sample yang diambil. Mengambil sampel dengan cata
membuat undian kertas dari seluruh kelas untuk dambil kelas mana yang akan
digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas mana yang menjadi kotrol.

5.   
Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang
digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data penelitian. Soegeng (2009: 137)
menyampaikan bahwa kualitas pengumpulan data berkenaan dengan cara-cara yang
digunaan untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara
seting laboratorium. Sementara sumber data ini merupaakan sumber data primer.
Sumber data dinyatakan sebagai sumber data primer ketika data dari objek
langsung diterima oleh penulis, tanpa melalui orang lain. Sementara teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan hasil tes.

Teknik observasi digunakan penulis untuk
melihat perubahan sikap dari siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiono
(2006: 145) yang menyampaikan bahwa teknik pengumpulan observasi digunakan
bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Sementara dalam
prosesnya teknik observasi yang dilakukan adlaah observasi berperan serta.
Seperti pada namanya teknik ini menempatkan peneliti untuk berperan serta
secara langsung dalam kegiatan objek. Dalam hal ini penliti sebagai guru ikut
serta mengajar dan mengamati perilaku dari siswa dalam kelas.Lebih lanjut
teknik observasi ini dapat dikatakan sebagai teknik observasi terstruktur,
artinya bahwa penelitia telah merancang terlebih dahulu, ahal apa saja yang
akan diamati dalam prosesnya.

6.   
Instrumen Penelitian

Intrumen adalah alat yang digunakan oleh
peneliti dalam sebuah penelitian. Instumen yang baik akan mempengaruhi kualitas
dari penelitian. Menurut Soegeng (2009: 222) dalam penelitian kuantitatif,
kualitas instrumen berkenaan dengan validitas dan reabilitas. Untuk menciptakan
istrumen penelitian yang baik, diperlukan valditas dan reabilitas instrumen.
Instrumen dalam penelitian ini adalah Silabus, RPP, lembar penilaian sikap,
lembar penilaian psikomotorik, lembar penilaian kognitif, kisi-kisi soal dan
soal, serta lembar jawaban tes siswa.

Dalam hal ini pembuatan RPP disusun berdasarkan
silabus, Selanjutnya untuk melihat hasil belajar peneliti melihat tigas aspek
yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Untuk mengetahui sikap maka peneliti
membuat daftar indikator peneilaian sikap, begitupun dengan keterampilan,
peneliti membuat indikatro penilaian keterampilan dari siswa. Smeentara yang
terakhir yaitu kognitif atau pengetahuan, peneliti membuat soal-soal yang
sebelum digunakan terlebih dahulu di validitas. Sehingga instrumen soal yang
digunakan dikatakan sudah valid.

7.   
Analisis Perangkat Tes

a.        
Validitas

Aarikunto (2006: 168) menyampaikan bahwa
validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu isntrument. Suatu istrumen yang valid mempunyai validitas yang
tinggi, namun sebaliknya instumen yang tidak valid sudah pasti mempunyai
validitas yang rendah.

Untuk menentukan suatu isntrumen valid atau
tidak, peneliti menggunakan rumus korelasi
product mement
. Adapun rumusnya sebagai berikut.



Keterangan:

rxy               :
Koofisien korelasi antara skor item dan skor total

N              :
Jumlah responden

∑X           : Jumlah skor butir

∑Y           : Jumlah skor total

∑X2          : jumlah kuadrat skor butir

∑Y2          : Jumlah kuadrat skor total

∑XY        : Jumlah perkalian skor item (X) dan skor toal (Y)

b.       
Reabilitas



Menurut Arikunto (2006: 178) reabilitas menunjukan pada suatu
pengertian bahwa suatu instrumen cukup untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik untuk mengukur. Reabilitas dalam
penelitian ini menggunakan rumus alpha. Adapaun sebagai berikut ini.

8.   
Teknik Analisis Data

Data yang didapat dalam penelitian ini berupa
angka-anakga yang di dapatkan dari posttest
kepada kelompok kontrol dan kelompok ekperimen. Pada analisis dilakukan uji
normalitas, uji homogonitas dan uji anova dan uji t.

a.        
Uji Normalitas

Ujinormalitas digunakan
untuk mengetahui data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak.
Maka digunakan uji Liliefors.
Berdasarkan sampel maka akan diuji hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya,
yaitu:

Ho            : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.          

Ha            : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi
normal.

Adapunlangkah-langkah
pengujiannya adalah sebagai berikut :

1)   Pengamatan
x1, x2, x3, … , xn dijadikan
bentuk baku z1, z2, z3, … ,zn
dengan

2)   menggunakan
rumus

  (

masing-masingmerupakan rata-rata dan simpangan baku sampel).

3)   Untuk
tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluangnya: F (zi) =
P (z ≤ zi).

4)   Selanjutnya
dihitung proporsi z1, z2,
z3, …,zn yang ≤ zi. Jika proporsi ini
dinyatakan oleh S(zi)
maka;



5)   Hitung
selisih F (zi) – S(zi)kemudian
tentukan harga mutlaknya.

6)   Ambil
harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut, sebutlah
harga terbesar ini L0.

Untuk menerima atau menolak H0, kita bandingkan L0
ini dengan nilai Ltabel­.
Dengan tarafsignifikanα= 5%, maka terima H0jika L0<Ltabel(Sudjana, 2013: 466 – 467)

b.       
Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji
kesamaan varians dua populasi yang berdistribusi normal. Tepatnya, misalkan
dipunyai dua buah populasi berdistribusi normal masing-masing dengan varians

 dan

 akan diuji hipotesis



( varians homogen )



( varians tidak homogen )

Keterangan:



 = 
varians kelompok eksperimen



 =
varians kelompok kontrol

Statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis H0 adalah:

F = Dengan kriteria pengujian, tolak H0
hanya jika F ≥ F

α(v1, v2) dengan F

α(v1, v2) didapat daru daftar distribusi F
dengan peluang

α, sedangkan derajat kebebasan v1dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut
serta α = taraf nyata. (Sudjana, 2013: 250).

c.        
Uji Hipotesis

ArtikelTerkait

Downoad 40+ Contoh Judul Skripsi Pendidikan Guru PAUD (PG PAUD) S1 beserta file PDF

Panduan Baru Cara Download di Karyatulisku

Download 50 Contoh Skripsi Akuntansi S1 Terbaik dalam bentuk PDF

Download 101+ Contoh Skripsi Teknik Informatika (PDF) dan Tips Membuat Judul Skripsi

Teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis
dalam penelitian ini adalah tekik t-test.
Yang diuji adalah perbedaan antara Q2 dengan Q4. Kalau terdapat perbedaan
dimana Q2 lebih besar dari Q4 maka berpengaruh positif. Uji ini digunakan untuk
mengetahui hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol, Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:

Ho            :µ1
= µ1

Ha            :
µ1 > µ2

Keterangan:

µ1             : rata-rata hasil belajar
eksperimen dengan perlakuan atau menggunakan media papan lempar.

µ2             : rata-rata hasil belajar kontrol
tanpa diberi perlakuan atau menggunakan media papan lempar.

Pengujian Ho dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut

Jika t> t1-αmaka Ho diterima, berarti hasil belajar kelompok
eksperimen dengan media papan lempar lebih baik dar pada kelompok kontrol.

                                           

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rinika
Cipta.

Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Depok: PT
Rajagrafindo Persada

Beritahasil survei PISA. “m.detik.com”. Diakses pada tanggal 31 Januari
2016.

Berita. 2012.Sistem Pendidikan
Indonesia Terendah di Dunia
. http://edukasi.kompas.com/read/2012/11/27/15112050/Sistem.Pendidikan.Indonesia.Terendah.di.Dunia.
Diakses pada tanggal 31 Januari 2016

Daryanto.
2013. Media Pembelajaran Perannya Sangat
Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran
. Yogyakarta: GAVA MEDIA

Rianto, Milan. 2007. Pengelolaan Kelas Model Pakem. Jakarta:
Dirjen PMPTK Depdiknas.

Rusman.
2015. Pembelajaran Tematik Terpadu Teori
Praktik Dan Penilaian
. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Slameto. 2010. Belajar &
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.

Soegeng,
A.Y. Ysh. 2006. Dasar-Dasar Penelitian.
Semarang: IKIP PGRI SEMARANG PRESS.

Sudjana,
Nana.2013. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah.Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset

Sudjana,
Nana dan Rivai, Ahmad. 2011. Media
Pengajaran. Bandung
: Sinar Baru Algensindo Offset

Swasty,
Renata. 2013. Pendidikan Indonesia Peringkat 64 dari 65 Negara.http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:1ZC7P8WbfeUJ:www.metrotvnews.com. Diakses pada tanggal 31 januari 2016

Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Rineka
Cipta

Tags: KuliahPenelitianPROPOSAL
SendShareShare65Tweet41
Next Post
Panduan Membuat dan Contoh RPP Kurikulum 2013 SD

Panduan Membuat dan Contoh RPP Kurikulum 2013 SD

PENGERTIAN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF : PERBEDAAN PROSES PENELITIAN KEDUANYA

PENGERTIAN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF : PERBEDAAN PROSES PENELITIAN KEDUANYA

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular News

  • 10 Contoh Essay Ilmiah Pendidikan √ Pengertian dan Langkah-Langkah Membuatnya Lengkap 100% Terbaik

    4401 shares
    Share 1759 Tweet 1099
  • Contoh Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian : Cara membuat Tujuan dan Manfaat Penelitian yang baik dan Benar

    4974 shares
    Share 1990 Tweet 1244
  • 6 contoh populasi dan sampel penelitian pada skripsi kualitatif dan kuantitatif

    3433 shares
    Share 1373 Tweet 858
  • 100 Contoh Judul Penelitian Kualitatif PGSD Berkualitas! dan Cara Membuat Judul Penelitian

    2321 shares
    Share 928 Tweet 580
  • 3 Contoh Analisis Jurnal Pendidikan Ilmiah

    2859 shares
    Share 1144 Tweet 715

Connect with us

  • About
  • Advertise
  • Careers
  • Contact
Call us: +62 812-1521-2066

© 2020 Karyatulisku.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kuliah
  • Penelitian
  • Admin Guru
  • Informasi
  • Inspirasi

© 2020 Karyatulisku.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In