MEDIA PEMBELAJARAN
SERTA IMPLEMENTASINYA OLEH GURU
Oleh Devika Wasiatul Aulia
NPM 11120205
Kelas 3 E PGSD
Email: [email protected]
ABSTRAK
Salah satu
faktor keberhasilan dalam pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang efektif
tidak dapat muncul dengan sendirinya, tetapi guru harus menciptakan
pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan secara optimal. secara umum tugas guru dalam kegiatan pembelajaran
adalah sebagai fasilitator yang bertugas menciptakan sesuatu yang memungkinkan
terjadinya proses belajar pada diri siswa. Dalam menjalankan tugasnya sebagai
fasilitator, guru harus mampu menempatkan posisinya minimal sebagai
komunikator.
Sebagai seorang
komunikator, guru harus mampu menyampaikan informasi atau pesan pembelajaran
dengan tepat dan cermat sehingga informasi tersebut dapat dipahami oleh siswa
dengan mudah dan tepat pula. Berkenaan dengan hal itu, materi pelajaran
hendaknya disajikan dengan cara yang menarik sehingga rasa ingin tahu siswa
terhadap materi pelajaran tersebut lebih meningkat. Oleh sebab itu, guru
dituntut untuk menggunakan berbagai
metode secara variatif dan media pembelajaran yang menarik agar siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran.
Komunikasi yang segar dan hangat antara guru dan siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung sangat menunjang keberhasilan belajar siswa. Tanpa
komunikasi yang baik antara guru dan siswa proses belajar mengajar tidak akan
berjalan dengan efektif. Salah satu upaya agar tercipta kondisi yang demikian
adalah difungsikannya media pembelajaran.
Jika berbicara
masalah media pembelajaran, maka banyak hal yang perlu diuraikan, antara lain
hakikat media pembelajaran, fungsi media pembelajaran, jenis-jenis media
pembelajaran, kriteria memilih media pembelajaran. Satu hal lagi yang amat
penting adalah apakah semua guru telah memanfaatkan media dalam pembelajaran
sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.
A. PENDAHULUAN
Proses
pembelajaran sebagai proses implementasi kurikulum menuntut peran guru untuk
mengartikulasikan kurikulum atau bahan ajar serta mengembangkan dan
mengimplementasikan program-program pembelajaran dalam suatu tindakan yang
akurat dan adikuat. Peran ini hanya mungkin dilakukan jika guru mamahami betul
tujuan dan isi kurikulum serta segala perangkatnya untuk mewujudkan proses
pembelajaran yang optimal (Sunaryo Kartadinata (dalam Satori, 2005).
Guru
sebagai aktor sekaligus sutradara pembelajaran dituntut memiliki kompetensi
paedagogik yang ideal pula serta mampu mengaktualisasikannya di depan kelas
secara cerdas. Dijelaskan oleh Julaeha (dalam Suciati, 2004) bahwa salah satu faktor keberhasilan dalam
pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang efektif tidak dapat muncul dengan
sendirinya, tetapi guru harus menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara optimal. Lebih lanjut
diuraikan pula oleh Juleha (2005) bahwa secara umum tugas guru dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagai fasilitator yang bertugas menciptakan sesuatu yang
memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Dalam menjalankan
tugasnya sebagai fasilitator, guru harus mampu menempatkan posisinya minimal
sebagai komunikator.
Gaya
penyajian yang digunakan guru dalam membahas materi pelajaran sangat
berpengaruh terhadap perhatian siswa. Berkenaan dengan hal itu, materi pelajaran
hendaknya disajikan dengan cara yang menarik sehingga rasa ingin tahu siswa
terhadap materi pelajaran tersebut lebih meningkat. Oleh sebab itu, guru
dituntut untuk menggunakan berbagai
metode secara variatif dan media pembelajaran yang menarik agar siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran.
Komunikasi yang segar dan hangat antara guru dan siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung sangat menunjang keberhasilan belajar siswa. Seperti
dikemukakan oleh Nasution (2000) bahwa tanpa komunikasi yang baik antara guru
dan siswa proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan efektif. Salah
satu upaya agar tercipta kondisi yang demikian adalah difungsikannya media
pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh Hernawan (dalam Zaman, 2005) bahwa
kegiatan atau proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam proses
komunikasi terdebut guru bertindak sebagai komunikator (communicator)
yang bertugas menyampaikan pesan pembelajaran (message) kepada penerima
pesan (communican), yaitu siswa. Agar pesan-pesan pembelajaran yang
disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh siswa, maka dalam proses
komunikasi tersebut diperlukan wahana penyalur pesan yang disebut dengan media
pembelajaran. Dengan demikian, proses pembelajaran dengan media tersebut akan
terjadi manakala ada komunikasi antara sumber pesan (guru) dengan penerima
pesan (siswa) melalui perantara yang disebut dengan media pembelajaran.
Dikatakan pula oleh Berlo bahwa komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya
area of experience atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan
dengan penerima pesan (Hernawan dalam Zaman, 2005).
Senada
dengan pendapat di atas, diuraikan pula oleh Sudjana (2008:99) seperti berikut
:
Media dalam pembelajaran memegang
peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar
yang efektif. Setiap proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa
unsur, antara lain tujuan, bahan, metode dan media, serta evaluasi. Unsur
metode dan media merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsur
lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan
pelajaran agar sampai kepada tujuan pembelajaran. Dalam pencapaian tujuan
tersebut, peranan media atau alat bantu memegang peranan penting sebab dengan
adanya media ini materi pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami
siswa. Penggunaan media dalam proses pembelajaran bertujuan membantu guru agar
mampu menciptakan proses belajar siswa yang efektif dan efisien.
Di
sisi lain dikemukakan pula oleh Sudjana (2001) bahwa penelitian yang dilakukan
terhadap penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sampai
kepada kesimpulan, yaitu proses dan hasill belajar siswa menunjukkan perbedaan
yang berarti antara pembelajaran tanpa menggunakan media dan pembelajaran menggunakan
media. Oleh karena itu, penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat
dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran. Lebih lanjut diuraikan
oleh Sudjana (2001) bahwa pengajaran sebagai upaya terencana dalam membina
pengetahuan, sikap, dan keterampilan para siswa melalui interaksi siswa dengan
lingkungan belajarnya yang diatur guru pada hakikatnya adalah mempelajari
lambang-lambang verbal dan visual agar diperoleh makna yang terkandung di
dalamnya. Lambang-lambang tersebut disimak dan dicerna oleh siswa sebagai
penerima pesan yang disampaikan guru. Oleh karena itu, pembelajaran disebut
efektif apabila si penerima pesan dapat memahami makna yang dipesankan guru
sebagai sumber pesan.
Atas
dasar penjelasan tersebut dikiranya dapat dipahami bahwa tampilnya
lambang-lambang visual adalah untuk memperjelas lambang-lambang verbal yang
memungkinkan siswa lebih mudah memahami makna pesan yang dibicarakan dalam
proses pembelajaran. Hal itu disebabkan visualisasi lambang verbal tersebut
mencoba menggambarkan hakikat suatu pesan ke dalam bentuk yang menyerupai
keadaan sebenarnya atau realisme.
Akan
tetapi, keterbatasan pada diri siswa tidak memungkinkan ia memperleh informasi,
pengertian, atau pengalaman di luar dirinya secara langsung, nyata, dan menyeluruh.
Di samping itu, kemampuan siswa dalam menyerap makna dari setiap peristiwa di
sekitarnya juga terbatas disebabkan tingkat intelegensi atau kecerdasan dan
kapasitas memori untuk mengingat pada diri siswa juga terbatas. Akibatnya tidak
semua pengalaman nyata dapat dihayati dan pengalaman verbal tidak selalu dapat
dimengerti, maka jurang antara keduanya yang cukup ekstrim tersebut perlu
dijembatani dengan sesuatu yang disebut dengan pengganti pengalaman nyata atau dikenal dengan istilah media.
Sebagaimana dikemukakan oleh Hernawan (dalam Zaman, 2005) bahwa berdasarkan
penelitian yang meneliti hubungan antara pengetahuan yang dapat diingat
setelah berselang tiga hari dengan jenis
rangsangan terhadap inderanya menunjukkan hasil sebagai berikut:
1. Pengetahuan
yang diperoleh melalui indera pendengaran (auditori) hanya mampu diingat
sebanyak 10%.
2. Pengetahuan
yang diperoleh melalui indera penglihatan (visual) mampu diingat sebanyak 20%.
3. Sedangkan
pengetahuan yang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan
(audio-visual) mampu diingat sebanyak 65%.
Permasalahan
atau pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah apakah sebenarnya yangh disebut
dengan media pembelajaran itu? Apakah fungsi media dalam pembelajaran? Apa saja
jenis-jenis media pembelajaran? Bagaimana kriteria memilih media pembelajaran?
Apakah semua guru telah memanfaatkan media dalam pembelajaran?
Sehubungan
dengan permasalahan tersebut maka artikel ini bertujuan ingin mengetahui
hakikat media pembelajaran, fungsi media pembelajaran, jenis-jenis media
pembelajaran, kriteria memilih media pembelajaran, dan apakah semua guru telah
memanfaatkan media dalam pembelajaran.
Secara
teoritis artikel ini memiliki manfaat, antara lain adalah memperoleh informasi
tentang hakikat media pembelajaran, fungsi media pembelajaran, jenis-jenis
media pembelajaran, kriteria memilih media pembelajaran serta apakah semua guru
telah memanfaatkan media dalam pembelajaran. Sedangkan secara praktis artikel
ini memiliki manfaat yaitu menambah wawasan serta memberikan bekal kepada para
guru mengenai media pembelajaran serta cara memilihya secara tepat untuk digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
B.
PEMBAHASAN
Media pembelajaran tidak
selalu identik dengan sarana atau
peralatan. Memang media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikannya.
Namun demikian, yang terpenting bukannya peralatan itu, melainkan pesan atau
informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut. Sesuatu dapat disebut
sebagai media pembelajaran manakala sesuatu tersebut terdiri atas dua unsur,
yaitu unsur peralatannya atau perangkat kerasnya (hardware) dan
unsur pesannya (message) atau
perangkat lunaknya (software). Perangkat keras (hardware) adalah
sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan, sedangkan
perangkat lunak (software) adalah informasi atau materi ajar itu sendiri
yang akan disampaikan kepada siswa. Pada dasarnya media pembelajaran dapat
disimpulkan seperti berikut:
1. Media
pembelajaran merupakan peralatan yang digunakan dalam peristiwa kumunikasi
pembelajaran dengan tujuan membuat komunikasi tersebut lebih efektif.
2.
Media pembelajaran merupakan peralatan
pembawa pesan atau wahana dari pesan yang oleh sumber pesan (guru) ingin
disampaikan atau diteruskan kepada si penerima pesan (siswa).
3. Pesan
yang disampaikan adalah isi pembelajaran dalam bentuk materi pembelajaran.
Dengan berpijak pada uraian dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran pada hakikatnya adalah bahan, alat, atau
segala sesuatu yang digunakan guru dalam proses komunikasi pembelajaran yang
merupakan sarana pembantu atau perantara agar pesan atau materi pembelajaran
yang disampaikan dapat diterima oleh siswa dengan lebih mudah, efektif, dan
efisien.
Dalam
hubungannya dengan proses belajar mengajar, media pembelajaran memiliki fungsi
seperti berikut:
a.
pembelajaran akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa,
b. bahan
pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh
para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran dengan lebih
baik,
c. metode
pembelajaran akan lebih bervariasi dan tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru. Sehingga, siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga, apalagi jika guru mengajar untuk setiap jam pelajaran,
d. siswa
dapat lebih banyak melakukan aktivitas belajar sebab tidak hanya mendengarkan
uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Media
pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu seperti berikut:
a. Media
visual, yaitu media yang menyampaikan pesan melalui penglihatan pemirsa atau
media yang hanya dapat dilihat. Media visual ini dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu sebagai berikut:
1) Media
visual yang dapat diproyeksikan (projected visual), yaitu media yang menggunakan
alat proyeksi (proyektor) untuk menayangkan gambar atau tulisan yang akan
nampak pada layar (screen). Media proyeksi ini bisa berbentuk media
proyeksi diam, misalnya gambar diam (still picture), dan media proyeksi
gerak, misalnya gambar bergerak (motion picture).
2) Media
visual yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual). Media ini
dibedakan menjadi seperti berikut:
a) Gambar
diam atau gambar mati, yaitu gambar-gambar yang disajikan secara fotografik
atau seperti fotografik, misalnya gambar manusia, binatang, atau objek lainnya.
b) Media
grafis, yaitu media pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang dirancang
secara khusus untuk mengkomunikasikan pesanpesan pembelajaran. Unsur-unsurnya
terdiri dari gambar dan tulisan. Contohnya grafik, bagan, diagram, poster,
kartun, dan komik.
c) Media model, yakni media tiga dimensi yang
sering digunakan dalam pembelajaran di sekolah, yang merupakan tiruan dari
beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu jauh, terlalu besar, terlalu
kecil, terlalu mahal, terlalu rumit, terlalu sulit untuk ditemukan, atau sulit
dipelajari wujud aslinya. Jenis media model di antaranya adalah model padat (solid
model), model penampang (eutaway model), model susun (build-up model), model kerja (working
model), mock-up, dan diorama.
d) Media realita, adalah alat bantu visual dalam
pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada siswa. Media ini berupa benda
sesungguhnya seperti mata uang, tumbuhan, binatang, atau lainnya yang tidak
berbahaya.
b. Media
Audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat
didengar). Media audio contohnya program kaset suara dan program radio.
c. Media
Audi-Visual yaitu media yang merupakan media kombinasi dari media audio dan
media visual atau biasa disebut dengan istilah media pandang-dengar. Media ini
contohnya film bersuara, VCD, DVD, program televisi, program video, slide
bersuara, dan sebagainya.
Telah
diuraikan di atas bahwa media pembelajaran memiliki beragam jenis. Oleh karena
itu, guru harus cermat dan selektif dalam memilih media yang akan dipergunakan
dalam proses pembelajaran serta dituntut memiliki kompetensi dan performansi
yang memadai agar dapat mengoperasikan media tersebut sehingga proses
pembelajaran berjalan aktif, kreatif, edukatif, dan menyenangkan yang pada
gilirannya akan tercipta proses pembelajaran yang berkualitas serta berimbas
pada hasil belajar siswa yang optimal. Kesalahan dalam memilih dan menggunakan
media dapat mengakibatkan proses belajar mengajar tidak berjalan efektif serta
berimplikasi pada rendahnya hasil belajar siswa. Sehubungan dengan hal itu, di
bawah ini diketengahkan kriteria-kriteria dalam memilih media pembelajaran,
yaitu sebagai berikut :
a. Ketepatan
dengan tujuan pembelajaran, artinya media pembelajaan dipilih atas dasar tujuan
instruksional yang telah ditetapkan.
b. Dukungan
terhadap isi bahan pembelajaran, artinya bahan pembelajaran yang sifatnya
fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar
mudah dipahami.
c. Kemudahan
memperoleh data, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh atau dibuat oleh
guru pada waktu pembelajaran.
d. Keterampilan
guru dalam menggunakannya, artinya apa pun jenis media yang diperlukan, syarat
utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran.
e. Tersedia
waktu untuk menggunakanya, sehingga media tersebut bermanfaat bagi siswa selama
pembelajaran berlangsung.
f. Sesuai
dengan taraf berpikir siswa, sehingga maka yang terkandung di dalamnya dapat
dipahami oleh para siswa.
Seperti
telah dikemukakan di depan bahwa media sebagai alat bantu pembelajaran memiliki
peran dan fungsi yang amat esensial dalam upaya menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih berkualitas. Dengan demikian, tidak ada alasan kiranya
jika dalam melaksanakan pembelajaran, guru tidak menggunakan media sebagai alat
bantu pembelajaran. Akan tetapi, apakah semua guru, khususnya guru Sekolah
Dasar telah memanfaatkan media ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar?
Untuk
menjawab pertanyaan tersebut akan disajikan ilustrasi sebagaimana diuraikan
berikut ini yang dapat dijadikan sebagai bahan dalam menarik suatu konklusi.
Pada
suatu saat penulis berkunjung ke salah satu sekolah, tepatnya Sekolah Dasar di
wilayah Kabupaten Demak. (Maaf, jika
nama dan identitas sekolah tidak disebutkan secara eksplisit. Hal ini dilakukan
semata-mata demi menjaga etika dan nama baik lembaga tersebut). Kunjungan itu
tidak dilakukan secara formal dan tidak juga terencana secara sistematis karena
sebetulnya penulis hanya ingin menemui salah seorang guru yang kebetulan
bertugas di sekolah tersebut untuk meminjam buku pelajaran. Kunjungan tersebut
dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 sehingga penulis terpaksa menunggu
karena guru yang dimaksud masih melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pada
saat itulah secara tiba-tiba muncul keinginan untuk melihat-lihat situasi
Kegiatan belajar Mengajar (KBM) yang dilaksanakan oleh para guru di setiap
kelas sekolah tersebut. pengamatan tersebut difokuskan pada pemanfaatan media
dalam pembelajaran. Agar dapat diperoleh informasi yang akurat, maka pengamatan
itu dilakukan secara diam-diam tanpa sepengatuhan para guru dengan harapan
situasi belajar di setiap kelas benar-benar murni tanpa rekayasa. Berdasarkan
pengamatan tersebut diperoleh data seperti berikut:
No. | Nama Guru | Mengajar Kelas | Mapel yang Diampu | Pemanfaatan Media Pembelajaran | |
Ya | Tidak | ||||
1 | Guru Kelas 1 | 1 | Matematika | – | √ |
2 | Guru Kelas 2 | 2 | IPA | – | √ |
3 | Guru Kelas 3 | 3 | IPA | – | √ |
4 | Guru Kelas 4 | 4 | IPA | √ | – |
5 | Guru Kelas 5 | 5 | IPS | – | √ |
6 | Guru | 6 | Penjasorkes | √ | – |
Pengamatan yang
kedua dilaksanakan di salah satu Sekolah Dasar di wilayah Kabupaten Grobogan.
Pengamatan tersebut juga bersifat kebetulan, tiba-tiba, dan tidak melalui
rencana yang sistematis karena penulis hanya ingin menemui salah satu guru yang
kebetulan ibu dari penulis. Prosedur yang digunakan pun sama seperti ketika
pengamatan pertama. Hasil pengamatan tersebut dapat disajikan sebagaimana berikut ini.
No. | Nama Guru | Mengajar Kelas | Mapel yang Diampu | Pemanfaatan Media Pembelajaran | |
Ya | Tidak | ||||
1 | Guru | 1 | Bhs Indonesia | – | √ |
2 | Guru | 2 | Matematika | – | √ |
3 | Guru | 3 | IPA | – | √ |
4 | Guru | 4 | Matematika | – | √ |
5 | Guru | 5 | IPS | √ | – |
6 | Guru | 6 | IPA | – | √ |
Berdasarkan
tabel pertama diperoleh data bahwa dari enam guru yang melaksanakan KBM hanya
dua guru yang memanfaatkan media
pembelajaran sedangkan empat guru tidak memanfaatkan media pembelajaran. Itu
berarti hanya 33,33% guru yang menggunakan media dalam KBM sedangkan 66,67%
guru tidak memanfaatkan media pembelajaran. Sementara pada tabel kedua
diperoleh data bahwa dari enam guru yang melaksanakan KBM hanya terdapat satu
guru yang memanfaatkan media pembelajaran dan lima guru lainnya tidak
menggunakan media pembelajaran. Itu artinya hanya 16,67% yang telah
memanfaatkan media pembelajaran sedangkan 83,33% belum memanfaatkan media
pembelajaran.
C.
PENUTUP
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya media pembelajaran
adalah bahan, alat, atau segala sesuatu yang digunakan guru dalam proses
komunikasi pembelajaran yang merupakan sarana pembantu atau perantara agar
pesan atau materi pembelajaran yang disampaikan dapat diterima oleh siswa
dengan lebih mudah, efektif, dan efisien. Media pembelajaran berfungsi sebagai
alat bantu mempermudah penyampaian materi pembelajaran oleh guru agar lebih cepat
diterima oleh siswa serta berkesan kuat dalam pikirannya.
Media
pembelajaran memiliki banyak ragam atau jenis. Secara umum media pembelajaran
terdiri atas media visual, media audio, dan media audio-visual. Karena memiliki
banyak jenis, maka dalam memilih media pembelajaran guru perlu memperhatikan
beberapa kriteria, antara lain bahwa media tersebut harus sesuai dengan tujuan pembelajaran,
mampu menunjang/mempermudah menyampaian materi/isi pembelajaran, mudah diperoleh
oleh guru, mudah dilaksanakan oleh guru pada saat proses pembelajaran, serta
sesuai dengan taraf berpikir siswa.
Meskipun peran
media sangat penting dalam upaya menciptakan situasi pembelajaran yang
berkualitas, akan tetapi belum semua guru memanfaatkan alat bantu pembelajaran
tersebut pada setiap pelaksanaan pembelajaran.
Sehubungan
dengan hal tersebut, maka disarankan agar para guru senantiasa memanfaatkan
media pembelajaran setiap melaksanakan KBM agar tercipta situasi pembelajaran
yang berkualitas yang pada gilirannya berimplikasi pada meningkatnya hasil
belajar siswa. Karena media pembelajaran memiliki banyak ragam, maka guru
hendaknya memperhatikan kriteria-kriteria pemilihan media pembelajaran agar
sesuai dengan isi serta tujuan pembelajaran yang diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Masitoh. 2004. Strategi Pembelajaran SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Nasution, S.
2000. Berbagai Pendekatan Dalam
Proses Belajar
&
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Satori, Djam’an. 2005. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suciati. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sudjana, Nana. 2008. Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru
Algensindo..
Sudjana, Nana, Ahmad Rivai. 2001. Metode Pengajaran. Bandung:
Sinar
Baru Algensindo.
Winataputra, Udin
S. 2003. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta:
Universitas
Terbuka.
Zaman, Badru, Asep Herry Hernawan, Cucu
Eliyawati. 2005. Media dan
Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.
Baca juga : Media Pembelajaran Interaktif di Era Digitalisasi