Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini dengan tepat pada waktunya yang berjudul “Makhluk
Hidup dan Perkembangannya”
Makalah ini berisikan tentang informasi tentang asal
mula kehidupan di bumi, sejarah perkembangan makhluk hidup dan persebarannya. Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang makhluk hidup
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Tuhan YME senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Semarang, 7 April 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia gemar mencari asal mula atau
permulaan sesuatu dari berbagai hal yang dia temui. Bagi para ahli biologi asal
mula kehidupanlah yang menjadi objeknya, sehingga pertanyaan “apa itu hidup”
dan dari manakah asalnya” merupakan pertanyaan yang selalu ada dari abad ke
abad.
Asal mula dari kehidupan inilah yang
membimbing manusia untuk memahami sejarah perkembangan dari makhluk hidup.
Makhluk Hidup di bumi diyakini tidak langsung berbentuk seperti masa sekarang
ini, terjadi evolusi dari makhluk hidup yang memnjadikannya serupa seperti saat
ini. Evolusi yang memerlukan waktu lama mulai dari ratusan tahun, ribuan tahun
bahkan jutaan tahun ini menarik untuk di ketahui perkembangannya.
Perkembangan dari makluk hidup
menjadikan makluk hidup menyebar keberbagai tempat, ada makluk yang berada di
suatu tempat dan ada ditempat lain juga, namun ada makhluk hidup yang ada
disuatu tempat namun tidak ada ditempat lainnya. Hal tersebut menunjukan adanya
proses penyebaran dari makhluk hidup di Bumi.
Oleh sebab itu pentingl untuk dimenggerti
asal usul dari makhluk hidup yang ada dibumi, sejarah perkembangan makhluk
hidup dan mampu untuk mengidentifikasi persebaran makhluk hidup.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana asal mula kehidupan di Bumi?
2.
Bagaimana sejarah perkembangan makhluk hidup di Bumi?
3.
Bagaimana persebaran makhluk hidup di Bumi?
C. Tujusn Makalah
Makalah ini memiliki tujuan sebagi berikut:
1.
Menjelaskan bagaimana asal mula kehidupan di Bumi.
2.
Menjelaskan sejarah perkembangan makhluk hidup di
Bumi.
3.
Mengidentifikasi persebaran makhluk hidup di Bumi.
D. Manfaat makalah
Manfaat dari makalah ini adalah:
1. Bagi Mahasiswa, memberikan pengetahuan kepada
mahasiswa mengenai asala usul makhluk hidup yang ada di Bumi serta sejarah dan
persebarannya.
2. Bagi Dosen, diharapkan dengan makalah ini bisa menjadi
instrumen pelengkap komponen penilaian mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar (IAD).
3. Bagi masyarakat umum atau pembaca, diharapkan mampu
memberikan pengetahuan baru mengenai mengenai asala usul makhluk hidup yang ada
di Bumi serta sejarah dan persebarannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal
Mula Kehidupan di Bumi
Manusia gemar
mencari asal mula atau permulaan sesuatu. Bagi para ahli biologi asal mula
kehidupanlah yang menjadi objeknya, sehinggapertanyaan “apa itu hidup” dan dari
manakah asalnya” merupakan pertanyaan yang selalu ada dari abad ke abad.
Penemuan catatan tentang fosil tidak
mampu memberi petunjuk tentang asal mula kehidupan, karena fosil-fosil tertua
adalah organisme-organisme yang rumit. Hal tersbutlah yang menjadikan para ahli
memilih berbagai macam cara untuk mengetahui asal mula makluk hidup yang berada
di Bumi.
Dari situlah maka munculah
berbagaimacam anggapan atau pendapat dari para ahli mengenai asal mula makhluk
hidup di Bumi. Berikut ini merupakan beberapa anggapan mengenai asala mula makhluk
hidup menurut beberapa ahli:
1. Abiogenesis/Generative Spontanea
Anggapan yang kuno di dalam biologi dikemukakan oleh
Aritosteles denga teorinya Abiogenesis atau Generative Spontanea yang
menerangkan bahwa makhluk hidup dapat muncul atau terjadi begitu saja dari benda
mati atau spontan.
Contoh:
a. Ikan
dan katak berasal dari lumpur.
b. Cacing
berasal dari tanah, dan
c. Belatung
berasal dari daging yang membusuk.
Namun teori Abiogenesis tentang asal mula kehidupan
ternyata tidak mendapat dukungan karena adanya pembuktian yang dilakukan oleh
para ahli diantaranya: Lazzaro Spallanzini dan Francesco Redi yang
berkebangsaan Italia dan ois oasture yang berkebangsaan Prancis.
2. Biogenesis atau Omnevivum ex oco dan Omnevivum ex vivo
Setelah teori abogenesis tidak mendapat dukungan maka
kemudian muncullah teori baru yang dianggap berdasarkan pada anggapan moderen,
yaitu teori yang dikenal dengan nama: Omnevivum ex oco dan Omnevivum ex vivo,
artinya bahwa makhluk hidup itu berasal dari telur dan semua telur berasal dari
makhluk hidup. Dari teori ini maka dapat dsimpulkan bahwa :kehidupan dapat
terjadi hanya karena telah ada kehidupan sebelumnya”. Namun teori ini jika
direnungkan kembali maka belum mampu untuk menjawab pertanyaan asala mula
kehidupa yang pertama di Bumi ini, dan hanya dapat menerangkan perkembangan
makhluk hidup selanjunya.
3. Evolusi Kimia
Menerangkan
bahwa terbentuknya senyawa organik terjadi secara bertahap dimulai dari
bereaksinya bahan-bahan anorganik yang terdapat di dalam atmosfer primitif
dengan energi halilintar membentuk senyawa-senyawa organik kompleks. Stanley
Miller mencoba mensimulasikan kondisi atmosfer purba di dalam skala
laboratorium. Ia merancang alat yang seperti terlihat dalam gambar di samping.
Miller
memasukkan gas H2, CH4 (metan), NH3 (amonia) dan air ke dalam alat. Air
dipanasi sehingga uap air bercampur dengan gas-gas tadi. Sebagai sumber energi
yang bertindak sebagai “halilintar” agar gas-gas dan uap air bereaksi,
digunakan lecutan aliran listrik tegangan tinggi. Ternyata timbul reaksi,
terbentuk senyawa-senyawa organik seperti asam amino, adenin dan gula sederhana
seperti ribosa. Hasil percobaan di atas memberi petunjuk bahwa satuan-satuan
kompleks di dalam sistem kehidupam seperti lipid, gula, asam amino, nukleotida
dapat terbentuk di bawah kondisi abiotik. Yang menjadi masalah utama adalah
belum dapat terjawabnya bagaimana mekanisme peralihan dari senyawa kompleks
menjadi makhluk hidup yang paling sederhana.
4. Melallui batu-batuan
Para ahli juga banyak mempelajari tentang lapisan bumi
serta batu-batunya untuk mengetahui bagaimana dan kapan timbulnya makhluk hidup
yang pertama-tama di Bumi ini. Berbagai fosil-fosil yang menandakan kehidpan
ditemukan mulai dari ratus jutaan tahun sampai dengan miliaran tahun.
Diperkirakanmakhluk
hidup yang pertama merupakan sel
sederhana yang menyerupai bakteri dan menyebar banyak di lautan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kehidupan yang pertama kali muncul dari lautan.
Dan makhluk ini diperkirakan berasal
dari gabungan asam amino yang berbentuk dari gas –gas metana (CH4), hidrogen
(H2), smonisk (NH3) serta uap air yang banyak terdapat di
atmosfer pada saat permulaan timbulnya kehidupan akibat pengaruh radiasi sinar
kosmos, listrik dan halilintar. Akibat pengaruh lingkungan yang berbeda-beda
maka akan terbentuk tumbuhan bersel tunggal dan hewan bersel tunggal dan
selanjutnya adalah terjadinya hewan dan tumbuhan sederhana yang lebih sempurna.
B.
Sejarah
Perkembangan makhluk Hidup
Menurut suatu teori, organisme
sekarang yang beraneka ragam macamnya adalah hasil dari proses evolusi
kehidupan. Sedangkan yang dimaksud dengan evolusi kehidupan yaitu suatu
perubahan kehidupan menjadi menjadi kehidupan lainnya melalui proses yang
berlahan-lahan dan mungkin memakan waktu ratusan sampai jutaan tahun. Terori
tersebut menyebutkan bahwa organisme yang mula-mula ada di dunia berupa
organisme bersel tunggal dan organisme ini berasal dari molekul-molekul yang
ada.
Yang menjadi persoalan kemudian
adalah baaimana mekanisme dasar sehingga membuat organisme bersel tunggal
tersebu sekarang berkembang menjadi organisme bersel banyak. Dan salah satu
dari dukaan tersebut adalah demikian: Biosfer: suatu dunia kehidupan di bumi
kita ini komponennya menjadi satu subsistem. Maka sebagai suatu subsistem
organisme itu dibentuk oleh materi dan energi yang terdapat dalam biosfer pula.
Karena dalam biosfer berlaku hukum Termodinamika I dan II, maka organisme itu
akan mengalami perlakuaan hukum tersebut.
Hukum
Termodianika I:
Di dalam biosfer tak ada energi yang hilang, jumlah
energi itu tetap yang berubah hanya bentuknya.
Contohnya: Energi listrik berybah menjadi energi
mekanik, energi mekanik berubah menjadi energi panas.
Hukum
Termodinamika II
Bila suatu sistem dibiarkan berdiri sendiri, maka
sistem tersebut cendrung untuk mengalami penguraian ke arah yang paling tidak
teratur.
Bertalian dengan hukum I dan II
tersebut organisme akan menjadi suatu jalur arus energi. Dalam tubuh organisme,
energi akan mengalami suatu sistem kalau dibiarkan begitu saja maka organisme
akan cendrung mengarah pada kerusakan yang paling parah. Tetapi sebaliknya
organisme sebagai suatu sistem akan mempertaankan diri dari perlakuan hukum
tersebut. Organisme dapat mempertahankan diri dengan adanya kemampuan
pelestarian diri atau self perpetuation
dan kemampuan ini adalah bagian dari proses evolusi.
Perkembangan yang lain yaitu dengan
adanya suatu kerjasama antara organisme sehingga akan membentuk kalori. Dengan
alasan yang sama pula akan terjadilah gejala perkembangan menuju ke arah
pembentukan organisme bersel banyak.
Kemudian berkembangalah apa yang dinamakan organisme bersel banyak ysng
seperti halnya organisme uniseluler, organisme multiselulluler ini berkembang
menjadi beraneka ragam organisasi
lainya.
C. Persebaran
Makhluk Hidup
1.
Faktor-faktor
a.
Abiotik
Faktor
abiotik merupakan faktor fisik yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
tumbuhan dan hewan. Faktor abiotik meliputi:
1)
Suhu
Kodisi suhu
udara sangat berpengaruh terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan, karena jenis
spesies tertentu memiliki persyaratan suhu lingkungan yang ideal atau suhu
optimum bagi kehidupannya, serta batas suhu maksimum dan minimum untuk tumbuh
yang dinamakan tolerensi spesies terhadap suhu. Suhu bagi tumbuh-tumbuhan
merupakan faktor pengontrol bagi persebarannya sesuai dengan letak lintang,
ketinggian dan sebagainya. Penamaan habitat tumbuhan biasanya sama dengan
nama-nama wilayah berdasarkan lintang buminya, seperti vegetasi hutan tropik,
vegetasi lintang sedang, dan sebagainya.
2)
Kelembaban udara
Kelembaban
berpengaruh langsung terhadap kehidupan tumbuhan. Ada tumbuhan yang sangat
cocok hidup di daerah kering, daerah lembab bahkan ada yang dapat hidup di
daerah yang sangat basah. Berdasarkan tingkat kelembaban lingkungan habitatnya,
dunia tumbuhan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a)
Xerophyta (Xerofit), yaitu tumbuhan yang sangat tahan
terhadap lingkungan kering atau kondisi kelembaban udara yang sangat rendah,
misalnya kaktus.
b)
Mesophyta (Mesofit), yaitu tumbuhan yang sangat cocok
hidup di lingkungan yang lembab tetapi tidak basah, seperti anggrek dan cendawan.
c)
Hygrophyta (Higrofit), yaitu tumbuhan yang sangat
cocok hidup di daerah basah, seperti teratai, eceng gondok, dan selada air.
d)
Tropophyta (Tropofit), yaitu jenis tumbuh-tumbuhan
yang mampu beradaptasi terhadap perubahan musim hujan dan musim kemarau.
Tropophyta merupakan tumbuhan khas iklim muson tropik.
3)
Angin
Angin
sangat membantu dalam proses penyerbukan atau pembuahan beberapa jenis
tumbuhan, sehingga proses regenerasi tumbuhan dapat berlangsung. Bahkan ada
tumbuhan tertentu yang penyebaran benihnya dilakukan oleh angin. Contohnya,
ilalang atau sejenis rumput-rumputan.
4)
Curah hujan
Untuk
memenuhi kebutuhan akan air, tumbuh-tumbuhan sangat tergantung pada curah hujan
dan kelembaban udara. Banyak sedikitnya jumlah curah hujan di suatu tempat akan
membentuk karakter yang khas bagi formasi-formasi vegetasi di muka bumi.
Kekhasan jenis-jenis vegetasi, dapat mengakibatkan adanya hewan-hewan yang khas
pada lingkungan vegetasi tertentu, karena tunbuh-tumbuhan merupakan produsen
yang menyediakan makanan bagi hewan. Misalnya, di daerah padanh rumput akan
terdapat hewan khas seperti kijang, biri-biri, dan sapi, sedangkan hewan
pemangsanya adalah singa dan harimau.
5)
Intensitas cahaya
Semakin
banyak intensitas cahaya dalam suatu lingkungan, maka pesebaran organisme pun
akan lebih padat
6)
Relief
Bentuk
bumi yang tidak rata juga menyebabkan pesebaran makhluk hidup. Bentuk bumi yang
berbeda – beda menyebabkan suatu daerah dengan daerah yang lain memiliki
intensitas cahaya yang berbeda – beda. Jika suatu daerha lebih banyak mendapat
penyinaran matahari makan daerah itu padat akan vegeatasi. Selain itu juga
didukung dengan keadaan tanah, air dan suhu.
7)
Kondisi Tanah
Hal
ini paling berpengaruh bagi tumbuhan. Karena, jika suatu wilayah mempunyai
kondisi tanah yang baik maka tumbuhan pun dapat dengan mudah tumbuh disana.
Baik atau tidaknya kondisi tanah dipengaruhi oleh butiran tanah, mineral,
humus, sirkulasi udara dan air tanah.
b. Persebaran
makhluk hidup
1) Persebaran
komunitas tumbuhan di dunia
Pada
tahun 1889 C. Hart Meeriem, seorang peneliti biologi alam,
mengemukakan model persebaran tumbuhan berdasar variasi ketinggian pada Gunung
San Fransisko dari kaki hingga puncaknya. Model tersebut ternyata sejalan
dengan pola persebaran tumbuhan dari garis tropis ekuator hingga ke arah utara
maupun selatan. karena tempetaratur berubah sesuai dengan ketinggian
sebagaimana pula garis lintang (latitude) selatan dan utara, maka Meeriem
berkesimpulan bahwa tipe tumbuhan pada suatu daerah dipengaruhi oleh
temperatur. curah hujan yang tinggi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan
tanaman besar. sebaliknya, semakin kita bergerak ke daerah dengan curah hujan
rendah tumbuhan akan didominasi oleh tumbuhan kecil, belukar, padang rumput,
dan akhirnya kaktus atau tanaman padang pasir lainnya.
2) Persebaran
komunitas fauna di dunia
Keadaan iklim sangat
berpengaruh terhadap keadaan tumbuh-tumbuhan, sedangkan keadaan tumbuh-tumbuhan
mempengaruhi adanya jenis-jenis fauna tertentu. Keadaan fauna di tiap-tiap
daerah (bioma) tergantung pada kemungkinan-kemungkinan yang dapat diberikan
daerah itu untuk memberi makanan. Secara langsung atau tidak, iklim sangant
berpengaruh pula pada penyebaran fauna. Akibat pengaruh iklim terdapatlah fauna
pegunungan, fauana dataran rendah, fauna padang rumput (sabana), fauna hutan
tropis, dan lain sebaginya.
a) Fauna di daerah padang rumputDi daerah padang
rumput lebih banyak terdapat spesies-spesies hewan bila dibandingkan dengan
habitat darat lainnya. Hewan pemakan rumput yang besar-besar, misalnya zebra di
Afrika, kanguru di Australia, dan bison di Amerika merupakan konsumen primer di
padang rumput. Predator yang terdapat di padang rumput seperti singa dan anjing
liar memangsa herbivora besar, sedangkan ular memangsa herbivora kecil. Selain
vertebrata herbivora, dipadang rumput banyak juga terdapat insekta, misalnya
belalang dan capung.
b) Fauna di daerah gurunHewan-hewan kecil di
daerah gurun hidup dalam lubang. Hewan-hewan itu akan keluar untuk mencari
mangsa pada pagi atau malam hari. Hewan-hewan gurun beradaptasi terhadap
lingkungan yang panas dan gersang. Mamalia besar jarang yang bisa hidup di
daerah gurun. Hewan besar sukar menyesuaikan diri terhadap suhu tinggi dan
ketiadaan air. Satu diantara jenis hewan besar yang mampu bertahan hidup dengan
baik di daerah panas adalah unta. Jenis hewan yang banyak terdapat di gurun
adalah ular, rodentia, dan kadal.
c) Fauna di daerah tundraUrutan bioma dari
daerah ekuator ke kutub, sama dengan urutan bioma dari daratan di daerah
ekuator ke arah vertikal. Kearah vertical (meninggi), suhu dan curah hujan
menentukan komunitas. Urutan bioma dari suatu gunung tinggi yang terdapat di
daerah tropika adalah hutan gugur, hutan konifer, tundra, dan lumut. Beberapa
hewan yang hidup di bioma tundra ada yang hidup menetap dan ada pula yang hanya
datang di daerah itu pada musim panas saja untuk bertelur. Hewan yang hidup
menetap di daerah ini, baik jenis burung maupun mamlia, mempunyai bulu atau
rambut yang tebal. Bulu tebal ini berfungsi untuk melindungi tubuhnya dari suhu
rendah. Untuk perlindungan terhadap suhu rendah, hewan-hewan itu mengalami
perubahan warna, yakni menjadi putih pada musim dingin. Warna putih tersebut
merupakan warna pelindung di atas salju dan juga mengurangi kehilangan panas
oleh radiasi matahari. Herbivora yang besar, misalnya muskox dan reindeer,
mendapat cukup makanan, yaitu lumut dan lichenes. Jumlah spesies makhluk hidup
yang menetap di daerah tundra sangat sedikit. Bahkan, lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah spesies yang hidup di gurun. Makin ke arah kutub
dari daerah tundra terdapat es. Di daerah ini hewan yang dapat hidup adalah
hewan-hewan seperti walrus, seal, dan penguin yang berbulu tebal. Hewan mamalia
lain yang dapat hidup di tundra adalah beruang kutub, kelinci kutub, dan lemur.
Sementara jenis serangga sangat banyak, khususnya lalat yang telurnya tahan
dingin dan telur-telur tersebut menetas pada musim panas.
d) Fauna di daerah hutan basahHewan-hewan hutan
basah tropika yang sering kita jumpai adalah babi hutan, kera, burung, kucing
hutan, bajing, dan lain sebaginya. Apabila kita masuk hutan tropika yang gelap
pada siang hari, kita tidak menjumpai banyak hewan. Seakan-akan hutan tersebut
tidak dihuni oleh hewan. Hal ini disebabkan karena gelapnya dasar hutan dan
hewan pada waktu siang banyak yang hidup di daerah tudung. Dengan demikan,
tidak terlihat dari bawah. Selain itu, banyak hewan di hutan tersebut yang
beraktivitas di malam hari. Suatu contoh keadaan ekologi yang sama walaupun
letak geografis daerahnya berjauhan adalah bahwa herbivora menjadi buruan dari karnivora.
Contoh karnivora di daerah Asia-Afrika adalah macan tutul, sedangkan di Amerika
adalah jaguar.
e) Fauna di daerah hutan gugurBeberap hewan yang
hidup di daerah hutan gugur adalah beruang, rusa, raccoon, tupai, rubah, dan
burung pelatuk.
f) Fauna di daerah taigaKebanyakan burung yang
hidup di daerah taiga adalah burung yang berimigrasi ke selatan pada waktu
musim gugur. Hewan yang khas terdapat di taiga adalah moose. Ada juaga hewan
yang lain walaupun tidak banyak, seperti beruang hutan, ajag, dan marten.