BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada era global dalam berbagai
bidang, kita harus berpikir global dan bertindak lokal, baik di bidang Ekonomi dan Politik maupun
bidang Ideologi, Sosial Budaya, dan Pertahanan. Sudah terlihat jelas, hanya
bangsa-bangsa yang memiliki sumber daya manusia (SDM) berkualitas tinggi yang
mendapat survive mencapai Stabilitas Nasional yang sehat dan dinamis,
berkembang dan mencapai kemakmuran yang berkeadilan.
Dalam rangka merealisasikan upaya
tersebut diatas, wahana dan sarana yang paling tepat adalah Peningkatan
Pendidikan, sebab pada dasarnya pendidikan merupakan proses peningkatan
kualitas SDM yang hasilnya diperlukan dalam pembangunan. Namun demikian
kemampuan dunia pendidikan untuk menjalankan fungsi dan perannya secara optimal
baru akan terwujud apabila memiliki sistem dan isi yang relevan dengan tuntutan
kebutuhan pembangunan dan Revolusi Iptek, yang kenyataannya karakteristik
pendidikan seperti itu justru masih merupakan permasalahan di negeri ini.
Diantaranya perlu strategi
pembelajaran yang membangun minat dan semangat siswa, untuk mematangkan dan
mengembangkan hasil belajar perlu belajar yang menyenangkan dan guru yang
menyenangkan ( Quantum Learning and Quantum Teaching).
B. Tujuan
Tujuan dari Penelitian ini adalah Untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, disamping juga
menyelaraskan dan meyerasikan proses pembelajaran dengan pandangan-pandangan
dan temuan-temuan baru di pelbagai bidang falsafah dan metodologi pembelajaran
senantiasa dimutakhirkan, diperbaharui, dan dikembangkan oleh berbagai kalangan
khususnya kalangan pendidikan-pengajaran-pembelajaran. Oleh karena itu,
falsafah dan metodologi pembelajaran silih berganti dipertimbangkan, digunakan
atau diterapkan dalam proses pembelajaran dan pengajaran. Lebih-lebih dalam
dunia yang lepas kendali atau berlari tunggang langgang (runway world-istilah Anthony Giddens) sekarang, falsafah dan
metodologi pembelajaran sangat cepat berubah dan berganti, bahkan bermunculan
secara serempak; satu falsafah dan metodologi pembelajaran dengan cepat
dirasakan usang atau ditinggalkan, kemudian diganti (dengan cepat pula) dengan
dan dimunculkan satu falsafah dan metodologi pembelajaran yang lain, malahan
sering diumumkan atau dipopulerkan secara serentak beberapa falsafah dan
metodologi pembelajaran.
Tidak mengherankan, dalam beberapa
tahun terakhir ini, di Indonesia telah berkelebatan (muncul, populer, surut,
tenggelam) berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang
baru-mutakhir meskipun akar-akar atau sumber-sumber pandangannya seebenarnya
sudah ada sebelumnya, malah jauh sebelumnya. Beberapa di antaranya (yang banyak
dibicarakan), didiskusikan, dan dicobakan oleh pelbagai kalangan pembelajaran
konstruktivis, Pembelajaran kooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran
aktif, pembelajaran kontekstual (contextual
teaching and learning, CTL).
C. Sasaran
Pada permulaan perkembangannya,
pembelajaran kuantum terutama dimaksudkan untuk membantu meningkatkan
keberhasilan hidup dan karier para remaja di rumah atau di ruang-ruang rumah;
tidak dimaksudkan sebagai metode dan strategi pembelajaran untuk mencapai
keberhasilan lebih tinggi di sekolah atau ruang-ruang kelas. Lambat laun, orang
tua para remaja juga meminta kepada DePorter untuk mengadakan program-program
pembelajaran kuantum bagi mereka. “Mereka telah melihat hal yang telah
dilakukan Quantum Lerning pada
anak-anak mereka, dan mereka ingin belajar untuk menerapkan teknik dan prinsip
yang sama dalam hidup dan karier mereka sendiri-perusahaan komputer; kantor
pengacara, dan tentu agen-agen relestat mereka. Demikian lingkaran ini terus
bergulir”, papar DePorter dalam Quantum
Business (2001:27). Demikianlah, metode pembelajaran kuantum merambah
berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di
rumah (parenting), lingkungan bisnis,
lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah).
Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran kuantum merupakan falsafah
dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus
diperuntukkan bagi pengajaran sekolah.
Falsafah dan metodologi pembelajarn
kuantum yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan diujicobakan tersebut
selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara utuh dan lengkap
dalam buku Quantum Learning: Unleashing
The Genius in You. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1992 oleh
Dell Publishing New York. Pada tahun 1999 muncul terjemahannya dalam bahasa
Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung dengan judul Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan). Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mike
Hernacki-mitra kerja DePorter yang mantan guru dan pengacara, tersebut
memaparkan pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang membentuk
bangun pembelajaran kuantum. Pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar
yang termuat dalam Quantum Lerning
selanjutnya diterapkan, dipraktekkan, dan atau diimplementasikan dalam
lingkungan bisnis dan kelas (sekolah).
Pembelajaran Quantum pada dasarnya
merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi
kognitif dan pemrograman neurologi/
neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah ada. Disamping itu, ditambah dengan pandangan-pandangan pribadi
dan temuan-temuan empiris yang diperoleh DePorter ketika mengembangkan konstruk
awal pembelajaran Quantum. Hal ini diakui sendiri oleh DePorter. Dalam Quantum
Learning (1999:16) dia mengatakan sebagai berikut:
Quantum
Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan
teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep
kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
·
Teori otak kanan/ kiri
·
Teori otak triune (3 in 1)
·
Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)
·
Teori kecerdasan ganda
·
Pendidikan holistik (menyeluruh)
·
Belajar berdasarkan pengalaman
·
Belajar dengan simbol
·
Simulasi/ Permainan
Sementara itu,
dalam Quantum Teaching (2000:4) dikatakannya sebagai berikut:
Quantum
Teaching adalah badan hukum ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan dalam
rancangan, penyajian, dan fasilitas SuperCamp. Diciptakan berdasarkan
teori-teori pendidikan seperti Accelerated
Learning (Lozanov), Multiple
Intelegences (Gardner), Neuro-Linguistic
Programming (Grinser dan Bandler), Experimential
Learning (Hahn), Socratic Inquiry,
Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan Element of Effective Instruction (Hunter).
Dua kutipan
tersebut dengan gamblang menunjukkan bahwa ada bermacam-macam akar pandangan
dan pikiran yang menjadi landasan pembelajaran Quantum. Pelbagai akar pandangan
dan pikiran itu diramu, bahkan disatukan dalam sebuah model teoritis yang padu
dan utuh hingga tidak tampak lagi asalnya, pada gilirannya model teoritis
tersebut diujicobakan secara sistematis sampai ditemukan bukti-bukti
empirisnya.
Diantara berbagai akar pandangan dan
pikiran yang menjadi landasan pembelajaran Quantum yang dikemukakan oleh
DePorter di atas, tidak dapat dipungkiri bahwa pandangan-pandangan teori
sugestologi atau pembelajaran eksperensial neurolinguistik (NLP) Grinder dan
Blinder, dan pembelajaraneksperensial (berdasarkan pengalaman) Hahn serta
temuan-temuan mutakhir neurolinguistik sangat berpengaruh terhadap pandangan
dasar pembelajaran Quantum mengenai kemampuan manusia selaku pembelajar,
khususnya kemampuan otak dan pikiran pembelajar. Selain itu, dalam batas
tertentu teori dan temuan tersebut juga berpengaruh terhadap pandangan dasar
pembelajaran Quantum tentang perancangan, penyajian, dan pemudahan (fasilitas)
proses pembelajaran untuk mengembangkan dan melejitkan potensi diri pembelajar,
khususnya kemampuan dan kekuatan pikiran pembelajar. Sementara itu pembelajaran
akseleratif, pembelajaran eksperensial, dan pembelajaran kooperatif sangat
berpengaruh terhadap pandangan dasar pembelajaran Quantum terhadap kiat-kiat
merangang, menyajikan, mengelola, memudahkan, dan atau mengorkestrasi proses
pembelajaran yang efektif dan optimal termasuk kiat memperlakukan faktor-faktor
yang menentukan keberhailan proses pembelajaran.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Quantum
Learning (Belajar yang Menyenangkan)
Belajar adalah proses penambahan
pengetahuan, yang bertujuan untuk menghasilkan generasi hari esok yang memiliki
kecerdasan majemuk dan berkembang secara harmonis dan optimal, memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan bervariasi serta etos kerja yang
kuat dan bersifat konsisten, sehingga berdaya saing tinggi dan markettable
(mudah diterima atau dibutuhkan oleh pasar) baik ditingkat Regional maupun
Nasional, dengan harapan hasil kerja dari belajar untuk melawan tantangan masa
depan. Tantangan ini akan berpengaruh pada dunia pendidikan baik dalam kontek
makro maupun mikro.
Ruang lingkup belajar substansinya
mencakup pengetahuan dan keterampilannya, kalau pengetahuan hal yang paling
diharapkan adalah pendekatan nilai dan sikap kognitif, sedangkan keterampilan
yang diharapkan agar berguna bagi hidup (life skills).
Belajar menurut Gagne (1977),
Definisi belajar adalah sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang
meliputi perubahan kecendrungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan
perubahan kemampuan yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis
performance (kinerja). Perubahan tingkah laku harus dapat bertahan selama
jangka waktu tertentu. Dengan demikian, belajar pada dasarnya dpat dipandang
sebagai proses perubahan positif, kualitatif yang terjadi pada tingkah laku
siswa sebagai subjek didik akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan,
nilai, sikap, minat, apresiasi, kemampuan berpikir logis dan kritis, kemampuan
interaktif dan kreativitas yang telah dicapai. Konsep belajar menempatkan
manusia yang belajar tidak panya pada proses teknis, tetapi ditempatkan pada
proses normatif juga. Hal ini amat penting agar perkembangan kepribadian dan
kemampuan pembelajaran terjadi harmonis dan optimal.
1. Faktor-Faktor
Belajar
- Faktor Internal (dari dalam siswa)
Yang
harus diperhatikan antara lain bakat, kecerdasan (intelektual (IQ), emosional
(EQ), spiritual (SQ), minat, motivasi, sikap dan latar belakang sosial ekonomi
dan budaya.
- Faktor Eksternal (dari luar siswa)
Yang
harus diperhatikan tujuan pembelajarannya, materi belajarnya, strategi dan
metode pembelajarannya, media atau alat pembelajaran, pengorganisasian kelas,
penguatan positif (rein forcement), iklim sosial dalam kelas, waktu yang
tersedia, sistem dan teknik evaluasi pandangan dan sikap guru tehadap siswa,
dan upaya guru dalam menangani kesulitan belajar siswa.
2. QUANTUM
LEARNING (belajar yang menyenangkan)
Dari banyaknya faktor yang mempengaruhi
belajar siswa, maka interaksi antar faktor akan berpengaruh pada kualitas
proses dan hasil belajar siswa. Ada pendapat dari sebuah Credo (keyakinan)
dalam konteks Revolusi Belajar (Peter Kline, dikutip oleh Gordon Dry den dan
Jennete Vos, 1999) “belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan”. Dan hal ini sekarang menjadi salah satu terobosan di dunia
pendidikan dalam menerapkan strategi pembelajaran, memang harus diakui, belajar
dalam keadaan senang bahkan asyik (Joyful, Fun), siswa akan mengaktualisasikan
dan mendayagunakan seluruh potensi yang dinilikinya dan dihadapinya. Dengan
maksud hatinya akan berusaha”menyesuaikan diri”, bahkan”menaklukkan” obyek
belajar yang dihadapi sehingga dapat menguasai secara optimal.
3. KARAKTERISTIK
UMUM
Walaupun memiliki akar landasan
bermacam-macam sebagaimana dikemukakan di atas, pembelajaran quantum memiliki
karakteristik umum yang dapat mamantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa
karakteristik umum yang tampak membentuk sosok pembelajaran Quantum sebagai
berikut:
· Pembelajaran Quantum berpangkal pada psikologi kognitif,
bukan fisika quantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum dipakai.
Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar
diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari bernagai teori psikologi
kognitif; bukan teori fisika quantum. Dapat dikatakan disini bahwa pembelajarn
quantum tidak berkaitan erat dengan fisika quantum, kecuali analogi beberapa
konsep quantum. Hal ini membuatnya lebih bersifat kognitif daripada fisis.
· Pembelajaran quantum lebih bersifat humanistis, bukan
positivistis-empiris, hewan-istis, dan atau nativistis. Manusia selaku
pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya
motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara
maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena semua
usaha yang dilakukan manusia patut dihargai. Kesalahan dipandang sebagai gejala
manusiawi. Ini semua menunjukkan bahwakeseluruhan yang ada pada manusia dilihat
dalam perspektif humanistis.
· Pembelajaran quantum lebih bersifat konstruktivis (tis),
bukan positivis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis. Karena itu,
menurut hemat penulis, nuansa konstruktivisme dalam pembelajaran quantum
relatif kuat. Malah dapat dikatakan di sini bahwa pembelajaran quantum
merupakan salah satu cermin silsafat konstruktivisme kognitif, bukan
konstruktivisme sosial. Meskipun demikian, berbeda dengan konstrutivisme
kognitif lainnya yang kurang begitu mengedepankan atau mengutamakan lingkungan,
pembelajaran quantum justru menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam
mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan
tujuan pembelajaran.
· Pembelajaran quantum berupaya memadukan
(mengintegrasikan), menyinergi, dan mengolaborasikan faktor potensi diri
manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks
pembelajaran. Atau lebih tepat dikatakan di sini bahwa pembelajaran quantum
tidak memisahkan dan tidak membedakan antara res cogitans dan res extenza,
antara apa yang di dalam dan apa yang di luar.
Dalam pandangan pembelajaran quantum, lingkungan fisik-mental dan
kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan saling mendukung.
Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia
harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulan yang seimbang agar pembelajaran
berhasil baik.
· Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi
yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Dapat
dikatakan bahwa interaksi telah menjadi
kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran quantum. Karena itu,
pembelajaran quantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi
dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Di sini proses pembelajaran
dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang
dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi
cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar. Interaksi yang
tidak mampu mengubah energi menjadi cahaya harus dihindari, kalau perlu dibuang
jauh dalam proses pembelajaran. Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat
penting dalam pembelajaran quantum
· Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan
pembelajaran diandaikan sebagai lompatan quantum. Pendeknya, menurut
pembelajarn quantum, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan
keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang dapat
melambatkan proses pembelajaran harus disingkirkan, dihilangkan, atau
dieliminasi. Disini pelbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan,
misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan lingkungan yang
nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala sesuatu
yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus dihilangkan pada satu sisi dan
pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus
diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.
· Pembelajaran quantum sangat menekankan kealamiahan dan
kewajaran proses pembelajaran, bukan kertifisialan atau keadaan yang
dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar,
sehat, releks, santai, dan menyenangkan, sedang keartifisialan dan
kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan. Karena itu,
pembelajaran harus dirancang, disajikan, dikelola, dan difasilitasi sedemikian
rupa sehingga dapat diciptakan atau diwujudkan proses pembelajaran yang alamiah
dan wajar. Disilah para perancang dan pelaksana pembelajaran harus bekerja
secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran.
· Pembelajaran quantum sangat menekankan kebermaknaan dan
kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan
tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak
tercapai. Sebab itu, segala upaya memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan
kebermutuan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar atau fasilitator. Dalam
hubungan inilah perlu dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti
bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara
memadai. Pengalaman yang asing bagi pembelajar tidak perlu dihadirkan, karena
hal ini hanya membuahkan kehampaan proses pembelajaran. Untuk itu, dapat
dilakukan upaya membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar pada satu
pihak dan pada pihak lain mengantarkan dunia pengajar ke dalam dunia
pembelajar. Hal ini perlu dilakukan secara seimbang.
· Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan
konteks dan isi pembelajaran. Konteks
pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh,
lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancanngan belajar yang dinamis.
Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur,
keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup. Konteks dan isi ini
tidak terpisahkan, saling mendukung, bagaikan sebuah orkestra yang memainkan
simfoni.. Pemisahan keduanya hanya akan membuahkan kegagalan pembelajaran.
Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional akan membuahkan keberhasilan
pembelajaran yang tinggi; ibaratnya permainan simfoni yang sempurna yang
dimainkan dalam sebuah orkestra.
· Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada
pembentukan keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi
fisikal atau material. Ketiganya harua diperhatikan , diberlakukan, dan
dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran; tidak bisa
hanya salah satu di antaranya. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang
berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal
pembelajar, namun lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup
pembelajar. Untuk itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga
terwujud kombinasi harmonis antara keterampilan akadenis, keterampilan hidup,
dan prestasi fifikal.
· Pembelajaran quantum menempatkan nilai dan keyakinan
sebagai bagian penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu,
proses pembelajaran kurang bermakna.
Untuk itu, pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif
dalam proses pembelajaran. Disamping itu proses pembelajaran hendaknya menanamkan
nilai dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. Nilai dan keyakinan negatif
akan membuahkan kegagalan proses pembelajaran. Misalnya, pembelajar perlu
memiliki keyakinan bahwa kesalahan atau kegagalan merupakan tanda telah
belajar; kesalahan atau kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir segalanya. Dalam
proses pembelajaran dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah (punishment dan reward tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan
dihargai. Nilai dan keyakinan positif seperti ini perlu terus-menerus
dikembangkan dan dimantapkan. Makin kuat dan mantap nilai dan keyakinan positif
yang dimiliki oleh pembelajar, kemungkinan beerhasil dalam pembelajaran akan
makin tinggi. Dikatakan demikian sebab “Nilai-nilai ini menjadi kacamata yang
dengannya kita memandang dunia. Kita mengevaluasi, menetapkan prioritas,
menilai, dan bertingkah laku berdasarkan cara kita memandang kehidupan melalui
kacamata ini”, ungkap DePorter dalam Quantum
Business (2000:54).
· Pembelajaran quantum mengutamakan keberagaman dan
kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain
interaksi. Karena itu, dalam
pembelajaran quantum berkembang ucapan: Selamat
datang keberagaman dan kebebasan, selamat tinggal keseragaman dan ketertiban! Disinilah
perlunya diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya
aktivitas-aktivitas pembelajar yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam
kiat dan metode pembelajaran.
· Pembelajaran quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan
pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran
membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
4. PRINSIP-PRINSIP
UTAMA
Prinsip dapat berarti (1) aturan
aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal dan (2) sebuah hukum, aksioma,
atau doktrin fundamental. Pembelajaran quantum juga dibangun di atas aturan
aksi, hukum, aksioma, dan atau doktrin fundamental mengenai dengan pembelajan
dan pembelajar. Setidak-tidaknya ada tiga macam ptinsip utama yang membangun sosok
pembelajaran quantum. Ketiga prinsip utama yang dimaksud sebagai berikut :
a.
Prinsip utama pembelajarn quantum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam
Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita9Pengajar) ke dalam Dunia Mereka
(Pembelajar). Setiap brntuk interaksi dengan pembelajar, setiap rancangan
kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun diatas prinsip utama
tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dunia pembelajar
sebagai langkah pertama pembelajaran selain juga mengharuskan pengajar untuk
membangun jembatan otentik memasuki kehidupan pembelajar. Untuk itu, pengajar
dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki pembelajar sebagai titik
tolaknya. Dengan jalan ini pengajar akan mudah membelajarkan pembelajar baik
dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan pembelajar menuju kesadaran
dan ilmu yang lebih luas. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, maka baik
pembelajar maupun pembelajaran akan memperoleh pemahaman baru. Disamping
berarti dunia pembelajar diperluas, hal ini juaga berarti dunia pengajar
diperluas. Disinilah Dunia Kita menjadi
dunia bersama pengajar dan pembelajar. Inilah dinamika pembelajaran manusia
selaku pembelajar.
b. Dalam pembelajaran quantum juga berlaku prinsip bahwa
proses pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain memiliki lagu
atau partitur, permainan simfoni ini memiliki struktur dasar chord. Strutur dasar chord dapat disebut prinsip-prinsip dasar
pembelajaran quantum. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini:
- Ketahuilah bahwa Segalanya Berbicara
Dalam pembelajaran quantum, segala sesuatu mulai
lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang
sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan
rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran
v Ketahuilah bahwa Segalanya Bertujuan
Semua yang
terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak
ada kejadian yang tidak bertujuan. Baik pembelajar maupun pengajar harus
menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.
v Sadarilah bahwa Pengalaman Mendahului Penamaan
Proses
pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi
sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan
demikian karena otak manusia berkembang pesat dengan adanya stimulan yang
kompleks, yang selanjutnya akan menggerakkan rasa ingin tahu.
v Akuilah Setiap Usaha yang Dilakukan dalam Pembelajaran
Pembelajaran atau
belajar selalu mengandung resiko besar. Dikatakan demikian karena pembelajaran
berarti melangkah keluar dari kenyamanan dan kemapanan di samping berarti
membongkar pengetahuan sebelumnya. Pada waktu pembelajar melakukan langkah
keluar ini, mereka patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan
diri mereka. Bahkan sekalipun mereka berbuat kesalahan, perlu diberi pengakuan
atas usaha yang mereka lakukan.
v Sadarilah bahwa Sesuatu yang Layak Dipelajari Layak Pula
Dirayakan.
Segala sesuatu
yang layak dipelajari oleh pembelajar sudah pasti layak pula dirayakan
keberhasilannya. Perayaan atas apa yang telah dipelajari dapat memberikan
balikan mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan
pembelajaran.
c. Dalam pembelajaran quantum juga berlaku prinsip bahwa
pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain,
pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena itu,
keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi pembelajaran
quantum. Ada delapan prinsi[ keunggulan yang juga disebut delapan kunci
keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran quantum.
Delapan kunci
keunggulan itu sebagai berikut :
v Terapkanlah Hidup dalam Integritas
Dalam
pembelajarn, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika
nilai-nilai dan prilaku kita menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi
belajar yang pada gilirannya mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain,
integritas dapat membuka pintu jalan menuju prestasi puncak.
v Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan
Dalam
pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan
dapat memberikan informasi kepada kita
yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut, sehingga kita dapat berhasil.
Kegagalan janganlah membuat cemas terus menerus dan diberi hukuman karena
kegagalan merupakan tanda bahwa seseorang telah belajar.
v Berbicara dengan Niat Baik
Dalam
pembelajaran, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan
bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Niat baik berbicara
dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar pembelajar.
v Tegaskanlah Komitmen
DalamPembelajaran,
baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-visi tanpa ragu-ragu,
tetap pada rel yang telah ditetapkan. Untuk itu, mereka perlu melakukan apa
saja untuk menyelesaikan pekerjaan. Disinilah perlu dikembangkan slogan : Saya harus menyelesaikan pekerjaan yang
memang harus saya selesaikan, bukan yang hanya saya senangi.
v Jadilah Pemilik
Dalam
pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin
terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. Karena itu, pengajar dan
pembelajar harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugas mereka. Mereka
hendaklah menjadi manusia yang dapat diandalkan, seseorang yang bertanggung jawab.
v Tetaplah Lentur
Dalam
pembelajaran, pertahankan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk
memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar, lebi-lebih pengajar, harus
pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan
dan suasana bilamana diperlukan. Misalnya, di kelas guru dapat saja mengubah
rencana pembelajaran bilamana diperlukan demi keberhasilan siswa-siswanya;
jangan mati-matian mempertahankan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
v Pertahankan Keseimbangan
Dalam
pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan
dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal. Tetap
dalam keseimbangan merupakan proses berjalan yang membutuhkan penyesuaian
terus-menerus sehingga diperlukan sikap dan tindakan cermat dari pembelajar dan
pengajar.
PANDANGAN TENTANG PEMBELAJARAN DAN PEMBELAJAR
Selain memiliki
karakteristik umu dan prinsip-prinsip utama seperti dikemukakan di atas,
pembelajaran quantum memiliki pandangan tertentu tentang pembelajaran dan
pembelajar. Beberapa pandangan mengenai pembelajaran dan pembelajar yang
dimaksud dapat dikemukakan secara ringkas berikut:
Ø Pembelajaran
berlangsung secara aktif karena pembelajar
itu aktif dan kreatif. Bukti keaktifan dan kekreatifan itu dapat
ditemukan dalam peranan dan fungsi otak kanan dan otak kiri pembelajar.
Pembelajaran pasif mengingkari kenyataan bahwa pembelajar itu aktif dan
kreatif, mengingkari peranan dan fungsi otak kanan dan otak kiri.
Ø Pembelajaran
berlangsung efektif dan optimal bila didasarkan pada karakteristik gaya belajar
pembelajar sehingga penting sekali pemahaman atas gaya belajar pembelajar.
Setidak-tidaknya ada tiga gaya belajar yang harus diperhitungkan dalam proses
pembelajaran yaitu: gaya auditoris, gaya visual, dan gaya kinestesis.
Ø Pembelajaran
berlangsung efektif dan optimal tercipta atau terdapat suasana nyaman,
menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan sehingga kenyamanan, kesenangan,
kerileksan, dan kegairahan dalam pembelajaran perlu diciptakan dan dipelihara.
Pembelajar dapat mencapai hasil optimal bila berada dalam suasana nyaman,
menyenangkan, rileks, sehat, dan menggairahkan. Untuk itu, baik lingkungan
fisikal, lingkungan mental, dan suasana harus dirancang sedemikian rupa agar
membangkitkan kesan rileks, menyenangkan, sehat, dan menggairahkan.
Ø Pembelajaran
melibatkan lingkungan fisikal-mental dan kemampuan pikiran atau potensi diri
pembelajar secara serempak. Oleh karena itu penciptaan dan pemeliharaan
lingkungan yang tepat sangat penting bagi terciptanya proses pembelajaran yang
efektif dan optimal. Dalam konteks inilah perlu dipelihara suasana positif,
aman, suportif, santai, dan menyenangkan; lingkungan belajar yang nyaman,
membangkitkan semangat, dan bernuansa musikal; dan lingkungan fisik yang
partisipatif, saling menolong, mengandung permainan, dan sejenisnya.
Ø Pembelajaran
terutama pengajar membutuhkan keserasian konteks dan isi. Segala konteks
pembelajaran perlu dikembangkan secara serasi dengan isi pembelajaran. Untuk
itulah harus diciptakan dan dipelihara suasana yang memberdayakan atau
menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan fisikal-mental yang mendukung,
dan rancangan pembelajaran yang dinamis. Selain itu, perlu juga diciptakan dan
dipelihara peyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan
belajar merangsang untuk belajar; dan keterampilan hidup yang suprtif.
Ø Pembelajaran
berlangsung optimal bilamana ada keragaman dan kebebasan karena pada dasarnya
pembelajar amat beragam dan memerlukan kebebasan. Karena itu, keragaman dan
kebebasan perlu diakui, dihargai, dan diakomodasi dalam proses pembelajaran.
Keseragaman dan ketertiban (dalam arti kekakuan) harus dihindari karena
mereduksi dan menyederhanakan potensi dan karakteristik pembelajar. Potensi dan
karakteristik pembelajar sangat beragam yang memerlukan suasana bebas untuk
aktualisasi atau artikulasi.
BAB III
SIMPULAN DAN
SARAN
A. Simpulan
Dalam
rangka untuk merealisasikan upaya persaingan global dalam berbagai bidang
wahana dan sarana yang paling tepat adalah untuk Peningkatan Pendidikan, sebab
pada dasarnya pendidikan merupakan proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang hasilnya diperlukan dalam pembangunan.Namun demikian
kemampuan dunia pendidikan untuk menjalankan fungsi dan perannya secara optimal
baru akan terwujud apabila memiliki sistem dan isi yang relevan dengan tuntutan
kebutuhan pembangunan dan Revolusi Iptek, yang kenyataannya karakteristik
pendidikan seperti itu justru masih merupakan permasalahan di negeri ini.
Diantaranya perlu strategi
pembelajaran yang membangun minat dan semangat siswa, untuk mematangkan dan
mengembangkan hasil belajar perlu belajar yang menyenangkan dan guru yang
menyenangkan (Quantum Learning and Quantum Teaching).
B. Saran
Berdasarkan
simpulan diatas ada beberapa saran yang perlu disampaikan diantaranya yaitu 1) guru dapat memfasilitasi siswa untuk belajar, 2) guru lebih memperhatikan faktor-faktor yang ada pada diri siswa baik internal maupun ekternal, 3)guru dapat membantu mengarahkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa.